Jakarta – Ajakan untuk "Yuk Traveling!" tak hanya sekadar semboyan pariwisata belaka. Lebih dalam dari itu, ajakan tersebut berakar pada ajaran Islam yang secara eksplisit menganjurkan, bahkan memerintahkan, umatnya untuk menjelajahi bumi. Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW menyajikan sejumlah dalil yang mendukung praktik perjalanan sebagai sebuah ibadah dan sarana peningkatan keimanan. Memahami landasan teologis ini memberikan perspektif baru terhadap aktivitas traveling, mengangkatnya dari sekadar rekreasi semata menjadi sebuah perjalanan spiritual yang sarat makna dan keberkahan.
Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Menganjurkan Penjelajahan Bumi:
Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, memuat beberapa ayat yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong manusia untuk menjelajahi bumi. Ayat-ayat ini bukan sekadar anjuran, melainkan juga menunjukkan hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Berikut beberapa ayat yang relevan:
- Surat Al-Mulk Ayat 15: "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
Ayat ini dengan tegas menyatakan kemudahan yang Allah SWT berikan kepada manusia untuk menjelajahi bumi. Kata "berjalanlah di segala penjurunya" ( fa-sīrū fī manāṭiqihā) menunjukkan cakupan yang luas, meliputi seluruh penjuru bumi. Anjuran ini tidak terbatas pada perjalanan untuk tujuan tertentu, melainkan mencakup eksplorasi secara umum. Lebih dari itu, ayat ini mengaitkan penjelajahan bumi dengan nikmat rezeki yang Allah SWT berikan. Dengan menjelajahi bumi, manusia dapat memperoleh rezeki dan merasakan kebesaran-Nya dalam menyediakan sumber daya alam yang melimpah. Perjalanan pun menjadi bagian dari proses mensyukuri nikmat Allah SWT.
- Surat Al-An’am Ayat 11: "Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu."
Ayat ini memberikan perspektif yang berbeda. Anjuran untuk menjelajahi bumi di sini dikaitkan dengan pengambilan hikmah dari sejarah. Dengan mengamati peradaban-peradaban terdahulu yang telah mengalami kehancuran, manusia diajak untuk merenungkan akibat dari keingkaran dan kedustaan terhadap ajaran Allah SWT. Perjalanan menjadi sarana pembelajaran sejarah, sebuah pelajaran berharga untuk menghindari kesalahan yang sama dan menguatkan keimanan.
- Surat Ar-Rum Ayat 42: "Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."
Mirip dengan ayat sebelumnya, Surat Ar-Rum ayat 42 juga menekankan pentingnya belajar dari sejarah. Dengan menjelajahi bumi dan mengamati peradaban-peradaban lampau, manusia dapat mengambil pelajaran berharga tentang konsekuensi dari kesyirikan dan kemaksiatan kepada Allah SWT. Ayat ini mengajak pada refleksi diri dan peningkatan ketakwaan.
- Surat Ar-Rum Ayat 9: "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri."
Ayat ini mengajak pada perbandingan. Manusia diajak untuk memperhatikan kemajuan peradaban terdahulu dan membandingkannya dengan kondisi saat ini. Perjalanan menjadi sarana untuk memahami proses peradaban dan mengamati dampak dari kebaikan dan keburukan. Ayat ini juga menekankan tanggung jawab manusia dalam memakmurkan bumi dan menghindari kezaliman.
- Surat Luqman Ayat 31: "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."
Ayat ini menggunakan analogi perjalanan laut untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Perjalanan laut, dengan segala tantangan dan keindahannya, menjadi bukti nyata kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan dan mengendalikan alam semesta. Ayat ini mengajak pada kesabaran dan kesyukuran dalam menjalani perjalanan hidup.
- Surat An-Naml Ayat 69: "Katakanlah, "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa."
Ayat ini memberikan peringatan. Anjuran untuk menjelajahi bumi di sini dikaitkan dengan pengamatan akibat dari kemaksiatan. Dengan melihat dampak buruk dari perbuatan dosa pada peradaban lampau, manusia diajak untuk bertaubat dan menjauhi dosa.
- Surat Yusuf Ayat 109: "Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?"
Ayat ini mengaitkan penjelajahan bumi dengan sejarah kenabian. Dengan melihat kesudahan orang-orang yang mendustakan rasul di masa lampau, manusia diajak untuk merenungkan pentingnya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
- Surat Muhammad Ayat 10: "Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu."
Ayat ini menekankan pentingnya belajar dari sejarah untuk menghindari nasib yang sama. Penjelajahan bumi menjadi sarana untuk memahami konsekuensi dari kekafiran dan kemaksiatan.
- Surat Ar-Rahman Ayat 33: "Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan."
Ayat ini menunjukkan kebesaran Allah SWT yang menciptakan alam semesta yang luas dan tak terhingga. Anjuran untuk menjelajahi bumi di sini menjadi sebuah tantangan untuk memahami kekuasaan Allah SWT.
- Surat Ali Imran Ayat 137: "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Ayat ini menekankan pentingnya belajar dari sejarah dan sunnah Allah SWT. Penjelajahan bumi menjadi sarana untuk memahami pola kejadian di masa lampau dan mengambil hikmah dari kesudahan orang-orang yang mendustakan rasul.
Hadis Nabi dan Manfaat Menjelajahi Bumi:
Selain Al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad SAW juga mendukung anjuran menjelajahi bumi. Hadis riwayat Abu Sa’id al-Khudri, misalnya, menyebutkan: "Tidak ada seorang muslim yang berangkat dalam suatu urusan kecuali Allah SWT akan mencatat baginya sejumlah pahala sebanyak langkah yang ia tempuh, dan akan dihapuskan darinya sejumlah dosa sebanyak langkah yang ia tempuh, selama ia tidak menemukan apa-apa yang membatalkan (nilai pahala) itu. Dan Allah adalah Pengampun dan Maha Penyayang." (HR Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa perjalanan yang dilakukan dengan niat baik akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Setiap langkah yang ditempuh akan dicatat sebagai amal saleh dan akan dihapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan. Ini menunjukkan bahwa traveling bukanlah sesuatu yang dilarang dalam Islam, bahkan dapat menjadi ibadah jika dilakukan dengan tujuan yang benar dan niat yang ikhlas.
Menjelajahi bumi menawarkan beragam manfaat, termasuk peningkatan ketakwaan melalui tadabbur alam. Melihat keindahan dan kebesaran ciptaan Allah SWT dapat meningkatkan keimanan dan kesadaran akan kekuasaan-Nya. Perjalanan juga dapat menjadi sarana untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan. Bertemu dengan berbagai budaya dan masyarakat dapat meningkatkan toleransi dan pemahaman antar umat.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa menjelajahi bumi harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab. Aspek syariat Islam harus tetap diperhatikan selama perjalanan, seperti memperhatikan waktu shalat, menjaga kesucian diri, dan menghindari hal-hal yang dilarang agama. Dengan demikian, perjalanan akan menjadi sebuah pengalaman yang bermanfaat dan berkah bagi diri sendiri dan orang lain. Traveling dengan landasan iman akan menjadikan setiap langkah menjadi ibadah dan setiap pengalaman menjadi pelajaran berharga dalam meniti jalan kehidupan yang diridhoi Allah SWT.