Peran seorang istri dalam rumah tangga, menurut ajaran Islam, jauh melampaui sekadar peran domestik. Ia bukan hanya pendamping hidup, tetapi juga madrasah pertama bagi anak-anaknya, sekaligus pilar kekuatan bagi suami dalam menjalani kehidupan. Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, "Perempuan (istri) adalah penanggung jawab dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya," mengungkapkan bobot tanggung jawab yang diemban. Ungkapan ini bukan sekadar beban, melainkan pengakuan atas peran sentral istri dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Konsep "istri idaman" dalam Islam tidak terpaku pada citra ideal yang sempit dan statis. Ia merupakan manifestasi dari ketakwaan, kesabaran, dan kecerdasan emosional yang dipadukan dengan pemahaman mendalam akan ajaran agama. Atiqah Hamid, dalam bukunya "Ragam Tips dan Amalan Istri Disenangi dan Dihargai Suami," menekankan pentingnya ketakwaan sebagai pondasi utama. Ketakwaan di sini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan implementasi nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan rumah tangga. Seorang istri yang bertakwa akan menjalankan kewajibannya dengan ikhlas, mengerjakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Rumah tangga yang harmonis, menurut perspektif Islam, adalah surga kecil di dunia. Kehadiran istri yang salehah menjadi kunci terciptanya suasana rumah yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang. Gambaran istri ideal dalam Islam mencakup beberapa karakteristik penting: benar dalam akidah, sederhana dalam hidup, sabar dalam menghadapi cobaan, setia kepada suami, menjaga kehormatan diri dan keluarga, teguh dalam menghadapi suka dan duka, serta senantiasa mengajak keluarga untuk mengingat dan memuji Allah SWT.
Ayat Al-Quran surat An-Nisa ayat 32, yang sering dikutip dalam konteks ini, menekankan pentingnya keadilan dan keseimbangan dalam relasi suami-istri: "Dan janganlah kamu mengingini apa yang telah Allah berikan kelebihannya kepada sebagian kamu (laki-laki) atas sebagian yang lain. Laki-laki memperoleh bagian dari apa yang mereka usahakan, dan perempuan (pun) memperoleh bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Ayat ini menolak perbandingan yang tidak adil dan mendorong suami-istri untuk saling menghargai kontribusi masing-masing dalam membangun keluarga. Keberhasilan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan hasil kolaborasi yang didasari saling pengertian dan rasa keadilan.
Lebih lanjut, Rizem Aizid dalam buku "Ajak Aku ke Surga Ibu" merinci ciri-ciri istri salehah dalam Islam, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Taat dan Bertakwa kepada Allah SWT: Ketaatan kepada Allah SWT menjadi landasan utama. Ini mencakup ketaatan kepada suami dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta tanggung jawab mendidik anak-anak dengan ajaran agama, membentuk karakter mereka agar menjadi pribadi yang saleh dan salehah, dan menjauhkan mereka dari jalan yang sesat.
2. Rajin Mengaji dan Mengkaji Al-Qur’an: Penguasaan Al-Qur’an dan pemahaman ajaran Islam menjadi bekal penting bagi seorang istri dalam membimbing keluarga. Kemampuan ini tidak hanya memperkuat keimanan pribadi, tetapi juga memberikan landasan yang kokoh dalam mendidik anak dan menavigasi tantangan dalam kehidupan rumah tangga. Dengan memahami Al-Qur’an, istri mampu mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan bijak dan berlandaskan ajaran agama.
3. Selalu Menjaga Aib Suami: Menjaga rahasia dan aib suami merupakan bagian penting dari kesetiaan dan kepercayaan dalam pernikahan. Hadits yang diriwayatkan Ahmad, yang menceritakan kisah Asma binti Yazid RA, menekankan pentingnya menjaga privasi hubungan suami-istri. Membocorkan rahasia rumah tangga merupakan tindakan yang dilarang dan dapat merusak keharmonisan keluarga. Kepercayaan merupakan pondasi utama dalam membangun relasi yang kuat dan langgeng.
4. Sabar dan Mampu Meredam Amarah: Kesabaran merupakan kunci dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan rumah tangga. Seorang istri yang salehah mampu mengendalikan emosi, meredam amarah, dan menghadapi masalah dengan tenang dan bijaksana. Ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 153, "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," menunjukkan pentingnya kesabaran sebagai senjata menghadapi ujian hidup. Kemampuan mengelola emosi sangat penting untuk menciptakan suasana rumah yang damai dan harmonis.
5. Hanya Berdandan untuk Suami: Konsep ini menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan menghindari tindakan yang dapat mengundang fitnah. Berdandan hanya untuk suami merupakan bentuk penuh kasih sayang dan penghormatan terhadap hubungan suami istri. Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Dawud, "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri salehah yang bisa dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi akan menjaga dirinya," menunjukkan pentingnya kesetiaan dan kepercayaan dalam membangun rumah tangga yang sakinah.
Namun, konsep "istri idaman" dalam konteks modern memerlukan penafsiran yang lebih dinamis dan inklusif. Peran istri tidak hanya terbatas pada ruang domestik, banyak wanita juga berkarir dan berkontribusi di luar rumah. Oleh karena itu, konsep "istri idaman" harus mempertimbangkan keseimbangan antara tanggung jawab rumah tangga dan karir profesional. Saling mendukung dan menghargai kontribusi masing-masing sangat penting dalam membangun relasi yang sehat dan berkelanjutan.
Kesimpulannya, menjadi "istri idaman" dalam Islam bukanlah tujuan yang statis dan sempit. Ia merupakan proses terus-menerus untuk menumbuhkan ketakwaan, kesabaran, dan kecerdasan emosional dalam menjalani peran sebagai istri dan ibu. Dengan memahami ajaran Islam dan menyesuaikannya dengan konteks modern, seorang wanita dapat menjadi pilar kekuatan bagi keluarganya dan menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Perlu diingat bahwa keharmonisan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama suami dan istri, dibangun atas landasan saling menghormati, menghargai, dan saling mendukung.