Jakarta – Wacana pembangunan fasilitas akomodasi khusus bagi jemaah haji Indonesia di Makkah kembali mencuat, kali ini diusung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Gagasan ini, yang diutarakan oleh Kepala Badan Penyelenggaraan Haji, KH. Mohammad Irfan Yusuf, mendorong diskusi hangat tentang perlunya perkampungan haji Indonesia di Arab Saudi.
Keinginan untuk memiliki "kampung halaman" di Tanah Suci bukan hal baru. Pada tahun 2018, sejumlah anggota DPR RI telah mengusulkan pembangunan hotel untuk menampung jemaah haji. Kemudian, pada tahun 2021, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) merancang Proyek Rumah Indonesia di Makkah, sebuah upaya untuk menyediakan penginapan bagi jemaah.
Menjawab Kebutuhan yang Semakin Meningkat
Gagasan ini muncul di tengah meningkatnya jumlah jemaah haji dan umrah Indonesia. Data Kementerian Agama menunjukkan bahwa pada tahun 2024, jumlah jemaah haji mencapai 241.000 orang, terdiri dari 213.320 jemaah haji regular dan 27.860 jemaah haji khusus.
Sementara itu, jumlah jemaah umrah hingga September 2024 hampir mencapai dua juta orang. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan antrian haji yang panjang dan meningkatnya minat masyarakat untuk melaksanakan ibadah umrah sebagai alternatif.
Melihat Kampung Haji Negara Lain
Berbagai negara telah menerapkan konsep serupa untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas bagi jemaah haji mereka. Malaysia, misalnya, mengelola kampung haji dengan sangat baik melalui Tabung Haji, sebuah lembaga khusus yang menangani segala keperluan haji. Tabung Haji memastikan semua jemaah terakomodasi dalam satu kawasan atau hotel-hotel yang berdekatan, sehingga memudahkan koordinasi dan mobilitas.
Brunei Darussalam menyediakan tim medis dan fasilitas kesehatan terintegrasi di lokasi akomodasi jemaah, memastikan semua jemaah, terutama yang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan khusus, mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. Pemerintah Brunei juga mengirimkan tenaga medis dan perawat berbahasa Melayu, sehingga para jemaah merasa lebih nyaman dan memahami prosedur medis dengan lebih baik.
Turki mendirikan pusat informasi di area akomodasi jemaah yang beroperasi 24 jam. Pusat ini menyediakan bimbingan ibadah, konsultasi agama, dan informasi penting lainnya dalam bahasa Turki. Jemaah dapat mendapatkan panduan manasik, bantuan rute, hingga konsultasi tentang masalah ibadah kapan saja.
Pakistan dan India memahami pentingnya pola makan sehat yang sesuai dengan kebiasaan kuliner jemaah mereka. Mereka menyediakan dapur atau layanan katering yang menawarkan makanan khas negara asal jemaah, tetapi tetap memperhatikan kesehatan dan kandungan nutrisi. Jemaah mendapatkan makanan yang sesuai dengan selera mereka, yang membantu mereka tetap bugar selama ibadah.
Iran menerapkan sistem pendampingan terstruktur dengan membagi jemaah ke dalam kelompok-kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang pembimbing atau "ketua kelompok". Mereka menggunakan teknologi seperti aplikasi ponsel untuk berkomunikasi dengan jemaah, menyampaikan informasi penting, dan memastikan setiap jemaah tetap dalam kelompoknya, mengurangi risiko tersesat atau terpisah.
Yordania menyediakan pelayanan bimbingan dan informasi dalam beberapa bahasa yang umum digunakan oleh jemaah mereka, sehingga jemaah yang tidak bisa berbahasa Arab tetap merasa nyaman. Jemaah juga bisa mengakses informasi seputar kebudayaan Arab Saudi dan aturan-aturan penting selama haji untuk mencegah kesalahpahaman budaya.
Prospek Kampung Haji Indonesia: Sebuah Peluang Emas
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah jemaah haji terbesar di dunia, memiliki kebutuhan unik terkait akomodasi, pelayanan, dan konektivitas di Tanah Suci. Dalam konteks ini, konsep Kampung Haji Indonesia di Mekkah dapat menjadi solusi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan para jemaah, tetapi juga berpotensi menjadi pusat ekonomi dan sosial bagi komunitas Muslim Indonesia di Arab Saudi.
Dengan adanya Kampung Haji Indonesia, jemaah haji dan umrah Indonesia bisa merasakan "sentuhan kampung halaman" di tanah suci sekaligus mendapat pelayanan yang lebih sesuai dengan budaya dan kebutuhan mereka.
Kampung Haji Indonesia memiliki peluang besar dalam sektor ekonomi, khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UMKM). Fasilitas yang didesain untuk memenuhi kebutuhan jemaah asal Indonesia, seperti restoran dengan cita rasa Indonesia, pusat oleh-oleh khas Nusantara, dan layanan logistik, bisa memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi jemaah.
Peluang ekonomi lainnya juga muncul dari layanan akomodasi jangka panjang bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja atau berziarah di Mekah. Membuka peluang bisnis kuliner khas Indonesia, terutama masakan yang sesuai dengan selera jemaah Indonesia, menyediakan toko dan pusat oleh-oleh yang menjual produk-produk khas Indonesia, dan pengembangan jasa transportasi dan layanan pendamping haji untuk mempermudah mobilitas jemaah, semuanya dapat menjadi potensi ekonomi yang menjanjikan.
Kampung Haji dapat menjadi pusat aktivitas sosial dan budaya bagi WNI di Mekah. Keberadaan kampung ini dapat memperkuat rasa kebersamaan, menciptakan lingkungan yang familiar, dan membantu jemaah baru beradaptasi dengan kondisi di Tanah Suci.
Sebagai pusat komunitas, Kampung Haji bisa mengadakan kegiatan rutin seperti pengajian, diskusi, atau pembekalan bagi jemaah yang akan berangkat dan pulang, sehingga terjalin hubungan yang erat antarjemaah.
Kampung Haji Indonesia bisa difokuskan untuk menyediakan layanan kesehatan dan logistik yang disesuaikan dengan kebutuhan jemaah Indonesia. Layanan kesehatan dengan dokter dan tenaga medis yang memahami kebutuhan jemaah asal Indonesia akan sangat membantu, terutama bagi lansia dan mereka yang memiliki keterbatasan bahasa. Selain itu, layanan logistik dan kebutuhan sehari-hari, seperti transportasi dan pengantaran barang, akan lebih mudah tersedia.
Kampung Haji Indonesia tidak hanya bisa berfungsi sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai pusat spiritual bagi jemaah. Dengan adanya masjid, ruang ibadah, serta kegiatan keagamaan yang rutin diadakan, Kampung Haji bisa menjadi tempat untuk memperkuat ibadah dan spiritualitas jemaah. Jemaah juga bisa mengikuti kajian, pembekalan spiritual, dan pendampingan ibadah yang dapat memberikan pengalaman haji yang lebih mendalam.
Tantangan yang Menanti: Sebuah Ujian untuk Realisasi
Meskipun prospeknya menjanjikan, mendirikan Kampung Haji Indonesia menghadapi tantangan dalam hal regulasi dan perizinan. Arab Saudi memiliki aturan ketat dalam hal kepemilikan properti dan bisnis bagi warga negara asing. Pengembangan kampung haji memerlukan kerjasama erat antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi untuk mengamankan izin operasional dan memastikan standar layanan sesuai dengan aturan yang berlaku di Saudi.
Tantangan lainnya meliputi:
- Biaya Pengelolaan dan Pemeliharaan: Biaya pengelolaan dan pemeliharaan kampung ini tidak kecil, apalagi di kota-kota suci seperti Mekah dan Madinah yang memiliki harga tanah dan sewa yang tinggi.
- Logistik: Logistik pengiriman barang dari Indonesia, seperti makanan dan kebutuhan lainnya, memerlukan infrastruktur rantai pasokan yang solid untuk memastikan barang-barang sampai dengan kualitas baik.
- Teknologi: Penyediaan teknologi untuk memudahkan komunikasi, pemantauan kesehatan, dan penjadwalan ibadah akan sangat membantu, tetapi memerlukan investasi dan pelatihan khusus bagi jemaah yang mungkin belum terbiasa dengan perangkat digital.
- Adaptasi Budaya: Kampung Haji juga harus memperhatikan adaptasi budaya agar tetap sesuai dengan norma dan aturan Arab Saudi, mengingat pentingnya menjaga hubungan baik antar negara.
Menuju Realisasi: Sebuah Kerja Sama yang Strategis
Dengan perencanaan matang, sinergi lintas lembaga, dan kerja sama diplomatik yang kuat, Kampung Haji Indonesia di Arab Saudi berpotensi besar untuk menjadi layanan unggulan yang meningkatkan kualitas ibadah serta memberikan manfaat jangka panjang bagi jemaah haji dan komunitas Indonesia di Tanah Suci.
Mewujudkan Kampung Haji Indonesia di Arab Saudi adalah sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi jemaah haji Indonesia. Kampung Haji ini dapat dirancang sebagai pusat yang menyediakan akomodasi nyaman, layanan kesehatan, dan fasilitas yang memenuhi kebutuhan khas jemaah Indonesia, seperti makanan Nusantara dan bimbingan ibadah dengan bahasa Indonesia.
Untuk merealisasikan konsep ini, diperlukan kerja sama diplomatik yang erat antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi, terutama dalam mengatasi izin dan regulasi ketat terkait kepemilikan properti dan operasional usaha asing.
Selain itu, Kampung Haji ini akan membutuhkan dukungan dari sektor swasta dan UMKM Indonesia untuk memastikan pasokan makanan, obat-obatan, dan produk lainnya yang diperlukan jemaah tersedia dengan kualitas terjamin. Pendanaan untuk pengelolaan kampung ini juga penting, karena biaya pemeliharaan akomodasi di Mekah dan Madinah sangat tinggi.
Penyediaan teknologi, seperti aplikasi untuk memudahkan akses informasi ibadah dan komunikasi dengan pendamping, akan menambah kenyamanan bagi jemaah dan meningkatkan efisiensi layanan.
Dengan perencanaan matang dan dukungan semua pihak, Kampung Haji Indonesia di Arab Saudi dapat menjadi tempat yang tidak hanya memenuhi kebutuhan logistik dan fisik jemaah, tetapi juga mempererat solidaritas dan memberikan pengalaman ibadah yang lebih tenang serta khusyuk bagi jemaah haji Indonesia.
Imam Marsudi
Penulis adalah Peneliti MMD Initiative, Eks Staf Khusus Menko Polhukam
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis.