Kehadiran semut di lingkungan rumah tangga, meskipun terkesan sepele, seringkali menimbulkan keresahan. Koloni serangga kecil ini, dengan kemampuannya yang luar biasa dalam mencari makan dan membangun sarang, bisa menjadi gangguan yang signifikan, bahkan beberapa spesies tertentu dapat menimbulkan sengatan yang menyakitkan. Namun, dalam konteks ajaran Islam, pengusiran semut tidak boleh dilakukan dengan cara yang sembarangan, apalagi sampai membunuh. Pandangan ini dilandasi oleh hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang menekankan penghormatan terhadap makhluk hidup, termasuk semut. Artikel ini akan mengkaji lebih dalam tentang cara mengusir semut menurut perspektif Islam, mempertimbangkan berbagai pendapat ulama, serta memberikan panduan praktis dalam menghadapi permasalahan ini.
Doa Nabi Sulaiman: Sebuah Jalan Tengah yang Bijak
Salah satu cara yang direkomendasikan untuk mengusir semut dalam Islam adalah dengan membaca doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman AS, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 18. Ayat ini menceritakan kisah Nabi Sulaiman dan pasukannya yang melewati sarang semut. Sebuah semut bijak memperingatkan koloni mereka untuk berlindung agar tidak terinjak-injak. Doa ini, yang sering dikutip sebagai solusi Islami untuk mengatasi masalah semut, menunjukkan pendekatan yang bijak dan penuh rasa hormat terhadap makhluk Allah.
Berikut teks doa tersebut dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahannya:
Arab: حتى إذا أتوا على وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Latin: ḥattā idā ataww ʿalā wādi n-naml, qālat namlatun: yā ayyuha n-naml, udkhulu masākina-kum, lā yaḥṭimannakum sūlaimānu wa junūduhu wa hum lā yasyʿurūn.
Terjemahan: "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’"
Doa ini bukan sekadar mantra untuk mengusir semut secara ajaib. Lebih dari itu, doa ini mengajarkan kita untuk bersikap arif dan bijaksana dalam berinteraksi dengan alam sekitar. Membaca doa ini sembari melakukan upaya-upaya lain yang ramah lingkungan untuk mengusir semut, merupakan pendekatan yang lebih selaras dengan ajaran Islam.
Pandangan Ulama Mengenai Hukum Membunuh Semut
Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW melarang pembunuhan terhadap beberapa jenis hewan, termasuk semut. Beberapa riwayat dari Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad menyebutkan larangan membunuh semut, lebah, burung hudhud, dan burung shurad. Namun, penafsiran terhadap hadis ini memiliki perbedaan di kalangan ulama.
Perbedaan pendapat ini muncul karena beberapa faktor. Pertama, jenis semut yang dimaksud dalam hadis tersebut tidak dijelaskan secara spesifik. Apakah larangan tersebut berlaku untuk semua jenis semut, atau hanya jenis tertentu saja? Kedua, konteks zaman dan lingkungan hidup saat itu berbeda dengan kondisi saat ini. Ketiga, tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh semut juga bervariasi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan membunuh semut hanya berlaku untuk jenis semut tertentu, misalnya semut yang berukuran besar dan panjang seperti yang disebutkan dalam kisah Nabi Sulaiman. Semut-semut kecil yang dianggap tidak membahayakan, diperbolehkan untuk diusir atau bahkan dibunuh jika diperlukan. Imam Qasthalani, misalnya, menyatakan bahwa larangan membunuh semut dikhususkan untuk semut yang besar, sedangkan semut kecil diperbolehkan untuk dibunuh.
Pendapat lain menyatakan bahwa membunuh semut makruh (dibenci) kecuali jika semut tersebut menimbulkan bahaya yang signifikan dan tidak ada cara lain untuk mengatasinya selain dengan membunuhnya. Imam Malik termasuk yang berpendapat demikian. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, prinsip kehati-hatian dan keseimbangan sangat ditekankan.
Praktik Mengusir Semut yang Ramah Lingkungan dan Islami
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka upaya mengusir semut hendaknya dilakukan dengan cara yang bijak dan ramah lingkungan, menghindari tindakan yang dapat menyakiti atau menyiksa semut secara berlebihan. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
-
Membersihkan lingkungan: Kebersihan merupakan kunci utama dalam mencegah kehadiran semut. Pastikan rumah dan sekitarnya terbebas dari remah-remah makanan, tumpahan minuman, dan sampah organik yang dapat menarik perhatian semut. Simpan makanan dalam wadah tertutup rapat.
-
Menutup celah dan lubang: Semut seringkali masuk ke dalam rumah melalui celah-celah kecil di dinding, lantai, atau jendela. Tutup celah-celah tersebut dengan sealant atau bahan lain yang sesuai.
-
Menggunakan bahan alami: Beberapa bahan alami dapat digunakan untuk mengusir semut, seperti kapur barus, cuka, air lemon, atau bubuk kayu manis. Bahan-bahan ini aman bagi manusia dan lingkungan, serta efektif dalam mengusir semut tanpa membunuhnya.
-
Memindahkan sarang semut: Jika memungkinkan, pindahkan sarang semut ke tempat yang lebih jauh dari rumah. Lakukan dengan hati-hati dan hindari tindakan yang dapat merusak sarang atau menyakiti semut.
-
Membaca doa: Membaca doa Nabi Sulaiman dapat dilakukan sebagai bentuk permohonan pertolongan kepada Allah SWT agar terhindar dari gangguan semut. Doa ini sebaiknya diiringi dengan niat yang tulus dan usaha yang nyata untuk mengatasi masalah tersebut.
-
Membunuh semut dengan cara yang manusiawi: Jika semut tersebut benar-benar membahayakan (misalnya, semut api yang agresif dan menyengat), maka diperbolehkan untuk membunuhnya. Namun, hindari cara-cara yang kejam dan menyiksa, seperti membakar atau menggunakan insektisida beracun. Cara yang lebih manusiawi adalah dengan menginjak atau memukulnya.
Kesimpulan:
Mengusir semut dalam perspektif Islam bukanlah sekadar persoalan praktis, tetapi juga menyangkut etika dan tanggung jawab moral terhadap makhluk hidup lainnya. Ajaran Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara memenuhi kebutuhan manusia dan menjaga kelestarian alam. Oleh karena itu, upaya mengusir semut hendaknya dilakukan dengan cara yang bijak, ramah lingkungan, dan selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama. Membaca doa Nabi Sulaiman dapat menjadi bagian dari solusi ini, tetapi bukan satu-satunya cara. Kombinasi antara doa, upaya pencegahan, dan pengusiran yang manusiawi merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan ajaran Islam. Wallahu a’lam bis-shawab.