ERAMADANI.COM, DENPASAR – Tak bisa di pungkiri bahwa ayam geprek merupakan makanan yang sangat populer saat ini, banyak bermunculan merek makanan serupa di seluruh penjuru daerah di Indonesia.
Akhir akhir ini makanan jenis ini menjadi perbincangan banyak orang, lantaran putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak gugatan Ruben Onsu dalam perebutan merek dagang Geprek Bensu dengan I am Geprek Bensu.
Namun, di balik perebutan merek tersebut, asal usul ayam geprek bukanlah dari Geprek Bensu. Makanan ini adalah salah satu makanan kekinian yang populer beberapa tahun terakhir.
Perbedaan Ayam Geprek dan Ayam Penyet
Dikutip dari CNNIndonesia.com, ayam geprek adalah ayam berlapis tepung tipis (bukan fried chicken) dan digoreng.
Setelah digoreng ayam ini akan digeprek dan dicampur dengan sambal ulek. Geprek sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti dipukul atau ditekan.
Hasilnya, ayam goreng tepung yang sudah ditumbuk akan hancur sehingga lebih mudah dimakan.
Tak dimungkiri, makan ayam memang sedikit ribet jika dimakan menggunakan garpu atau sendok. Dengan digeprek, daging ayamnya akan jadi lembut dan mudah dicabik dengan garpu.
Ayam penyet merupakan ayam goreng dengan bumbu kuning lalu dihancurkan hingga penyet. Ayam penyet juga disandingkan dengan aneka sambal yang pedas.
Dalam perkembangannya, makanan jenis ini, disajikan dengan berbagai tambahan dan juga inovasi.
Popularitas ayam geprek belakangan lebih tinggi dibandingkan ayam penyet lantaran banyak masyarakat yang lebih senang dengan ayam goreng tepung.
Berbagai gerai dan rumah makan makanan ini bertebaran di seluruh Indonesia, yang merupakan salah satu menu yang paling banyak dipesan melalui aplikasi ojek online.
Asal Usul Makanan Populer
Berbagai sumber menyebut makanan jenis ini, pertama kali berasal dari Yogyakarta. Pada tahun 2003, seorang penjual ayam goreng tepung di kawasan Papringan yang ramai mahasiswa, Ibu Ruminah membuat ayam geprek pertama.
Saat itu, seorang mahasiswa meminta perempuan yang akrap disapa Bu Rum itu menggeprek ayam sekaligus menambahkannya dengan sambal. Awalnya ayam itu dikenal dengan ayam gejrot dan ayam ulek. Namun, Bu Rum memberi nama ayam geprek.
Banyak pegiat kuliner ikut membuat gerai makanan serupa, termasuk I am Geprek Bensu dari Benny Sudjono dan Geprek Bensu ala Ruben Onsu.
Berdasarkan pengamatan CNNIndonesia.com yang berkunjung ke warung Ayam Geprek Bu Rum tahun lalu, warung ini tetap ramai dan bertahan meski banyak warung yang lainnya baru yang bermunculan. Tak jauh dari warungnya Bu Rum terdapat banyak warung makan serupa.
Para pelanggan harus mengantre untuk menyantap ayam geprek lantaran tak pernah sepi pengunjung.
Uniknya, antrian dilakukan langsung di depan tenda berkonsep semi prasmanan itu. Setiap orang yang datang mesti antri mengambil makanan. Nasi dan sayur dapat diambil sesuai selera.
Pelanggan juga dapat memilih ayam goreng tepung serta tambahan tahu dan tempe. Pelanggan akan ditanyai jumlah cabai rawit yang diinginkan. Semakin banyak, akan semakin pedas.
Setelah itu barulah pelanggan dapat duduk di meja panjang bersama dengan pelanggan lainnya menyantap kelezatan ayam goreng Bu Rum. Ayam geprek pedas ini cocok dimakan dengan es teh manis. (MYR)