Bulan Rajab, salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam, memiliki kedudukan istimewa. Sebagai bulan yang diyakini sebagai "Syahrullah" (bulan Allah) – sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Dailamy, "Rajab adalah Syahrullah (bulan Allah), Sya’ban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulan umatku" – bulan ini menjadi momentum bagi umat Muslim untuk meningkatkan amal ibadah. Salah satu amalan sunnah yang kerap dikaitkan dengan bulan Rajab adalah sholat sunnah, yang seringkali diidentikkan dengan sholat Tahajud. Namun, persepsi mengenai jumlah rakaat dan tata caranya perlu ditelaah secara kritis berdasarkan sumber-sumber hadits yang sahih.
Hadits-hadits yang menyebutkan sholat sunnah Rajab dengan jumlah rakaat spesifik, seperti hadits yang menyebutkan 12 rakaat dengan bacaan tertentu yang ditemukan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, perlu dikaji keabsahannya. Para ulama hadits, seperti Al-Iraqi, telah mencantumkan hadits tersebut sebagai hadits maudhu’ atau palsu. Oleh karena itu, berpedoman pada hadits-hadits dhaif atau palsu dalam menentukan jumlah rakaat sholat sunnah di bulan Rajab bukanlah praktik yang tepat. Penting bagi umat Muslim untuk berpegang teguh pada sumber-sumber hadits yang sahih dan terverifikasi.
Lebih lanjut, penekanan pada sholat sunnah di bulan Rajab seharusnya diarahkan pada amalan-amalan yang memiliki dasar hadits yang kuat. Sholat Tahajud, yang merupakan sholat sunnah yang dilakukan di sepertiga malam, merupakan pilihan yang tepat karena memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadits sahih. Surah Al-Isra ayat 79 secara jelas menganjurkan sholat Tahajud: "Pada sebagian malam lakukanlah sholat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." Ayat ini tidak membatasi waktu pelaksanaan sholat Tahajud pada bulan tertentu, namun keutamaan bulan-bulan mulia seperti Rajab, Sya’ban, dan Ramadan menjadikan sholat Tahajud di bulan-bulan tersebut lebih dianjurkan.
Meskipun tidak ada batasan jumlah rakaat yang pasti untuk sholat Tahajud, minimalnya adalah dua rakaat. Beberapa riwayat menyebutkan jumlah rakaat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, namun perlu dipahami bahwa ini hanyalah contoh, bukan aturan yang mengikat. Hadits dari Aisyah RA yang diriwayatkan oleh Bukhari, misalnya, menyebutkan bahwa Nabi SAW melaksanakan sholat malam (qiyamul lail) tidak lebih dari sebelas rakaat dalam bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Beliau melaksanakannya dengan empat rakaat, kemudian empat rakaat lagi, dan diakhiri dengan tiga rakaat. Hadits ini menunjukkan fleksibilitas dalam jumlah rakaat sholat Tahajud. Riwayat lain dari Aisyah RA yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebutkan Nabi SAW melaksanakan sholat malam sebanyak 13 rakaat, termasuk sholat witir lima rakaat. Perbedaan jumlah rakaat ini menunjukkan bahwa Nabi SAW tidak terikat pada jumlah rakaat tertentu, dan yang terpenting adalah keikhlasan dan khusyuk dalam beribadah.
Oleh karena itu, pernyataan yang menyebutkan jumlah rakaat sholat sunnah Rajab secara pasti, seperti 12 rakaat, perlu dihindari. Angka tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dalam hadits sahih. Lebih bijak untuk berfokus pada pelaksanaan sholat Tahajud dengan jumlah rakaat yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu, dengan tetap mengedepankan kualitas ibadah dan kekhusyukan.
Tata Cara Sholat Tahajud:
Tata cara sholat Tahajud pada dasarnya sama dengan sholat sunnah lainnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Waktu Pelaksanaan: Sholat Tahajud idealnya dilakukan di sepertiga malam terakhir. Waktu ini dianggap sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT.
-
Niat: Sebelum memulai sholat, niatkan sholat Tahajud dengan khusyuk. Niat ini dilakukan di dalam hati.
-
Jumlah Rakaat: Jumlah rakaat sholat Tahajud tidak dibatasi. Minimal dua rakaat, dan dapat ditambah sesuai kemampuan dan waktu yang tersedia. Sebaiknya dikerjakan dengan jumlah rakaat yang ganjil, diakhiri dengan sholat witir.
-
Bacaan: Bacaan sholat Tahajud sama dengan sholat sunnah lainnya. Al-Fatihah dibaca pada setiap rakaat, diikuti dengan surah-surah pendek atau panjang sesuai kemampuan. Membaca surah-surah yang panjang dapat menambah kekhusyukan dan pahala, namun hal ini perlu disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
-
Doa: Setelah selesai sholat, bacalah doa-doa yang dirasa perlu. Doa-doa yang diajarkan oleh Nabi SAW dapat menjadi rujukan. Berdoa dengan khusyuk dan tulus akan memperbesar kemungkinan doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.
-
Khusyuk: Yang terpenting dalam sholat Tahajud adalah kekhusyukan. Berusahalah untuk fokus pada ibadah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengganggu kekhusyukan, seperti pikiran yang kalut atau suara-suara bising.
Kesimpulan:
Amalan sunnah di bulan Rajab, khususnya sholat sunnah, sebaiknya didasarkan pada hadits-hadits sahih. Sholat Tahajud merupakan amalan yang dianjurkan dan memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadits. Jumlah rakaat sholat Tahajud fleksibel, minimal dua rakaat dan dapat ditambah sesuai kemampuan. Yang terpenting adalah keikhlasan, kekhusyukan, dan ketaatan dalam melaksanakan ibadah. Jangan terjebak pada hadits-hadits dhaif atau palsu yang menyebutkan jumlah rakaat sholat sunnah Rajab secara spesifik. Berpegang teguh pada sumber-sumber yang sahih dan memahami esensi ibadah akan membawa keberkahan dan pahala yang lebih besar. Semoga uraian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai amalan sholat sunnah di bulan Rajab dan membimbing umat Muslim dalam menjalankan ibadah dengan lebih baik.