ERAMADANI.COM, PALESTINA – Pada 8 Desember 1987 lalu merupakan terbentuknya intifada pertama Palestina yang dikenal dengan intifada batu, setelah seorang supir Zionis dengan truk melindas sejumlah buruh Palestina di wilayah Jabaliya.
Alam kejahatan yang terorganisir ini menyebabkan sejumlah buruh Palestina tewas dan menderita luka-luka yang parah.
Aksi massa dan perlawanan di jalan-jalan Palestina ini berkobar di seluruh wilayah Palestina, secara spontanitas hingga tahun 1991. kemudian mereda setelah kesepakatan perundingan Oslo tahun 1993 yang digelar antara PLO dan Israel.
Intifada Pertama Palestina
Intifada pertama ini lebih dikenal dengan Intifada batu karena rakyat Palestina, sebagian besarnya dari kalangan anak-anak dan pemuda melakukan aksi perlawanan dengan batu, pisau dan bom molotov.
Mereka menyerang kendaraan militer dan patroli Israel. Selama sekitar lima tahun intifada pertama, sebanyak 1162 warga Palestina gugur syahid.
241 di antaranya anak-anak dan 90 ribu luka-luka serta 15 ribu warga ditangkap, belum lagi infrastruktur Palestina yang luluh lantak. Sementara di pihak Israel sekitar 160 warganya tewas.
Radio Israel hanya menyebut peristiwa tambrakan tersebut sebagai insiden yang tidak disengaja, namun tidak bersedia mengungkap perincian tabrakan itu sendiri.
Saat prosesi pemakaman para syuhada Palestina, pasukan keamanan Israel menyerang barisan warga Palestina yang memprotes kejahatan Zionis terhadap mereka.
Akhirnya bentrokan pun tak dapat dihidari dan warga Palestina melempari tentara Israel dengan batu. Sebaliknya tentara Zionis balik menembaki warga yang tak bersenjata.
Sehingga masalah inilah yang kemudian memicu meletusnya intifada bangsa Palestina.
Seiring dengan eskalasi perlawanan bangsa Palestina, Yitzhak Rabin, perdana menteri Israel saat itu menyampaikan pidatonya di Knesset dan mengkonfirmasikan peningkatan penumpasan di berbagai wilayah Palestina.
“Jika kondisi menuntut maka kami akan lebih banyak mematahkan tangan dan kaki rakyat Palestina.”tuturnya.
Ragam Upaya Israel
Disebutkan bahwa Israel yang gencar meningkatkan kejahatannya terhadap bangsa Palestina tengah berusaha menebar ketakutan di tengah rakyat tertindas.
Guna mencegah mereka melanjutkan perlawanannya terhadap penjajah. Pembantaian terhadap ribuan rakyat Palestina.
Dan penangkapan lebih dari 200 ribu warga tertindas Palestina dari tahun 1987 hingga pembentukan Otorita Ramallah pada tahun 1994.
Ini merupakan dampak dari eskalasi kejahatan anti kemanusiaan rezim penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
Namun aksi penumpasan Zionis dan ancaman yang semakin meningkat petinggi Tel Aviv tidak pernah terpengaruh pada tekad kuat rakyat dan mereka dengan perjuangannya yang gigih.
Menunjukkan bahwa tidak akan mundur setapak pun dari hak-haknya serta perjuangannya akan terus berlanjut hingga terealisasinya hak mereka.
Bagaimana pun juga bangsa Palestina menamakan “intifada batu” perjuangan mereka pada Desember 1987 alau, untuk menggambarkan perbedaan besar antara tentara Israel yang bersenjata lengkap dan warga Palestina yang melawan brutalitas Zionis dengan batu.
Tak diragukan lagi bahwa pergerakan bangsa Palestina memiliki dampak besar dalam menyadarkan opini publik dan menarik perhatian lebih besar masyarakat internasional terhadap kezaliman Zionis.
Serta menunjukkan tekad baja rakyat Palestina. Selain itu, hal ini juga menjadi pesan bahwa rakyat Palestina akan tetap berjuang merebut hak-hak mereka dari tangan penjajah.
Rakyat Palestina dengan kebangkitan mereka di tahun 1987 secara praktis membuat Rezim Zionis semakin putus asa dan hal ini juga membuat para petinggi Israel kian khawatir.
Dengan membabi buta Israel berusaha memadamkan perjuangan rakyat Palestina dan proses perundingan damai Timur Tengah yang dicetuskan pada April dekade 1990-an.
Yang merupakan konspirasi busuk rezim penjajah dan ilegal ini. Namun trik pendukung rezim Zionis juga gagal mencegah eskalasi muqawama rakyat Palestina.
Munculnya Intifada Kedua
Munculnya intifada kedua bangsa Palestina di tahun 2000 yang dikenal dengan “Intifada al-Quds” sebagai reaksi atas kejahatan Zionis yang berulang kali menistakan Masjid al-Aqsa menguatkan realita ini.
Intifada kedua rakyat Palestina yang dikenal dengan intifada al-Quds selain memiliki dimensi global terkait isu Palestina, secara praktis juga menggagalkan ambisi busuk Israel.
Untuk melanggengkan posisinya di bumi penjajahan Palestina. Dan untuk pertama kalinya rezim ini terpaksa mundur dari sejumlah wilayah pendudukannya termasuk Jalur Gaza di tahun 2005.
Bagaimana pun juga, transformasi Palestina dan perlawanan heroik bangsa ini menunjukkan bahwa api intifada belum padam.
Selama bumi Palestina belum terbebaskan secara penuh dari cengkeraman Israel dan hak-hak bangsa tertindas ini belum dikembalikan maka resistensi melawan rezim penjajah dan ilegal Israel akan tetap berlangsung. (HAD)