Kecemasan (anxiety) dan overthinking, dua musuh bebuyutan ketenangan jiwa, kerap menghantui kehidupan modern. Namun, ajaran Islam menawarkan solusi holistik untuk mengatasi permasalahan ini, menekankan pentingnya menjaga kesehatan hati sebagai pusat kendali emosi dan tindakan. Hati, ibarat raja yang memerintah seluruh anggota tubuh, perlu dijaga keseimbangannya agar tercipta ketenangan batin. Ketidakstabilan hati berpotensi memicu berbagai penyakit fisik dan psikis. Seperti yang diungkapkan Qalam Qaqa dalam buku "Tangani Overthinking Seperti Pro", overthinking yang berujung kekhawatiran dapat berkembang menjadi kecemasan, dan jika dibiarkan berlarut dalam kesedihan, dapat memicu depresi.
Syaikh Nawawi Al-Bantani, ulama terkemuka, menunjuk dzikir dan meresapi nasihat para ahli hikmah sebagai penawar bagi hati yang galau dan bingung. Lebih lanjut, beberapa amalan berikut dapat dipraktikkan sebagai upaya mengatasi overthinking dan kecemasan:
1. Berdzikir: Obat Penenang Jiwa
Berdzikir, mengingat Allah SWT, merupakan terapi pertama dan utama dalam meredakan beban pikiran yang berat dan kecemasan yang menghimpit. Dzikir menenangkan hati dan jiwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ar-Rad ayat 28:
"(Mereka) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Ayat ini menegaskan kekuatan dzikir dalam menciptakan ketenangan batin. Rabi’ Abdur Rauf Az-Zawawi dalam "Al-Baqiyatus Shalihat" menjelaskan bahwa dzikir mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Allah SWT menghiasi lisan para dzikir dengan keindahan, sebagaimana Dia menghiasi penglihatan dengan cahaya. Salah satu dzikir yang dianjurkan adalah:
"لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم" (Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim)
Artinya: "Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
Pengulangan dzikir ini, baik secara lisan maupun dalam hati, secara bertahap akan menenangkan pikiran yang kacau dan mengurangi intensitas kecemasan. Konsistensi dalam berdzikir merupakan kunci keberhasilan metode ini. Selain dzikir di atas, berbagai dzikir lainnya seperti istighfar (memohon ampun kepada Allah), shalawat (pujian kepada Nabi Muhammad SAW), dan tahmid (mengucapkan puji syukur kepada Allah) juga sangat dianjurkan untuk di amalkan. Penting untuk diingat bahwa dzikir bukan sekadar pengulangan kata-kata, melainkan sebuah ikhtiar untuk menghadirkan Allah SWT dalam setiap ruang hati dan pikiran.
2. Membaca Al-Qur’an: Sumber Hikmah dan Ketenangan
Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, merupakan sumber petunjuk, hikmah, dan ketenangan jiwa. Dr. H. Cholil, M.Pd.I, dalam "Konseling Qur’ani", menjelaskan bahwa Al-Qur’an dapat menjadi alat efektif dalam manajemen stres dan pencegahannya dari berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Surah Al-Fatihah, misalnya, khususnya ayat kelima dan keenam, mengandung permohonan petunjuk jalan yang lurus dari Allah SWT. Hal ini relevan dengan kondisi psikologis seseorang yang sedang stres, di mana ia cenderung kehilangan arah dan kesulitan berpikir jernih.
Lebih dari itu, Al-Qur’an kaya akan ayat-ayat yang memberikan nasihat dan penguatan bagi jiwa yang terbebani. Beberapa di antaranya:
-
"Sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan," (QS. Al-Insyirah ayat 6). Ayat ini memberikan harapan dan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya.
-
Ayat 159 Surah Ali Imran yang menekankan pentingnya kelembutan, memaafkan, memohon ampun, musyawarah, dan tawakal dalam menghadapi masalah. Ayat ini mengajarkan strategi penyelesaian masalah yang bijak dan menenangkan.
-
Ayat 153 Surah Al-Baqarah yang menganjurkan untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT melalui kesabaran dan shalat. Shalat, selain sebagai ibadah, juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menemukan ketenangan.
-
Ayat 286 Surah Al-Baqarah yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuannya. Ayat ini memberikan rasa aman dan mengurangi beban mental.
-
Ayat 139 Surah Ali Imran yang menghimbau agar tidak lemah dan bersedih hati, karena bagi orang beriman, derajatnya tetap tinggi di sisi Allah SWT.
-
Ayat 155 Surah Al-Baqarah yang menjelaskan bahwa cobaan berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan merupakan ujian yang akan dihadapi, dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Membaca, merenungkan, dan menghayati makna ayat-ayat Al-Qur’an secara perlahan akan menenangkan hati, memberikan perspektif yang lebih luas, dan meningkatkan ketahanan mental dalam menghadapi tantangan hidup. Memilih ayat-ayat yang relevan dengan kondisi emosional saat itu dapat memberikan efek yang lebih signifikan.
3. Membaca Doa: Perisai dari Kecemasan
Ketika rasa takut dan cemas menghampiri, membaca doa merupakan tindakan yang sangat dianjurkan. Imam Nawawi, dalam "Al-Adzkar", mencantumkan beberapa doa yang dapat dibaca untuk memohon perlindungan dan ketenangan dari Allah SWT. Dua contoh doa tersebut adalah:
-
Doa pertama, yang berisi permohonan perlindungan dari kemurkaan Allah, godaan setan, dan gangguan lainnya. Doa ini memberikan rasa aman dan perlindungan dari pengaruh negatif yang dapat memperburuk kecemasan.
-
Doa kedua, yang merupakan pengulangan kalimat tauhid, "Allah, Allah, Tuhanku, tidak ada sekutu bagi-Nya." Doa ini menegaskan keesaan Allah SWT dan memperkuat keyakinan akan kekuasaan-Nya, sehingga mengurangi rasa takut dan cemas.
Membaca doa-doa ini dengan penuh keyakinan dan khusyuk akan memberikan rasa tenang dan damai di dalam hati. Penting untuk memahami makna doa yang dibaca agar lebih meresap di dalam hati dan memberikan efek yang lebih optimal.
4. Bersyukur dan Tawakal: Kunci Kebahagiaan
Bersyukur atas nikmat Allah SWT dan bertawakal (berserah diri) kepada-Nya merupakan kunci utama kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 7:
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." "
Ayat ini menjelaskan hubungan langsung antara rasa syukur dan bertambahnya nikmat. Sebaliknya, mengingkari nikmat akan berujung pada azab. Bersyukur, baik dalam kondisi senang maupun susah, akan meningkatkan ketahanan mental dan mengurangi rasa cemas.
Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT setelah melakukan usaha maksimal, merupakan sikap yang penting untuk dimiliki. Dengan bertawakal, kita melepaskan rasa cemas berlebihan akan hasil usaha kita, karena kita percaya bahwa Allah SWT akan memberikan hasil terbaik. Tawakal bukan berarti pasif, melainkan aktif dalam berikhtiar dan pasrah dalam menerima hasil.
Keempat amalan di atas saling berkaitan dan melengkapi. Penerapannya secara konsisten dan terintegrasi akan memberikan dampak positif dalam mengatasi kecemasan dan overthinking. Selain itu, penting untuk diingat bahwa mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, juga merupakan langkah yang bijak jika kecemasan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Ajaran Islam tidak melarang, bahkan mendorong, untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada untuk mencapai kesejahteraan hidup, termasuk kesehatan mental.