Jakarta – Surat An-Nisa ayat 9, yang merupakan bagian dari surat keempat dalam Al-Qur’an, menyoroti pesan penting tentang tanggung jawab terhadap anak yatim. Ayat ini menjadi pedoman bagi setiap muslim dalam mengatur warisan dan memastikan kesejahteraan anak-anak yang ditinggalkan.
Bacaan Lengkap Surat An-Nisa Ayat 9:
Arab:
وَلْيَخْشَ اللَّهَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضَعِيفَةً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Latin:
Walyakhsyallahu alladzina lau taraku min khalfihim dhurriyyatan dhaa’ifatan khaafu ‘alaihim falyattaqullaha walyaquluu qaulan sadidā
Arti:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."
Tafsir Surat An-Nisa Ayat 9:
Ayat ini merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya yang membahas tentang pemeliharaan anak yatim. Ayat 9 memberikan peringatan kepada orang-orang yang akan meninggal dunia, agar mereka memperhatikan pengaturan wasiat dan harta benda yang akan ditinggalkan.
Kisah Sa’ad bin Abu Waqqash:
Untuk memahami makna ayat ini, kita dapat menelisik kisah sahabat Nabi Muhammad SAW, Sa’ad bin Abu Waqqash. Suatu hari, Sa’ad bin Abu Waqqash jatuh sakit dan memiliki harta benda yang sangat banyak. Ia ingin mewariskan seluruh hartanya untuk kepentingan umum. Namun, Rasulullah SAW melarangnya. Sa’ad kemudian ingin mewariskan setengahnya, tetapi Rasulullah SAW kembali melarangnya. Akhirnya, Sa’ad berniat mewariskan sepertiga hartanya. Rasulullah SAW pun berkata, "Sepertiga? Dan sepertiga itu pun sudah banyak! Sesungguhnya jika engkau tinggalkan pewaris-pewaris engkau itu di dalam keadaan mampu, lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan melarat, menadahkan telapak tangan kepada sesama manusia." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hikmah Ayat 9:
Turunnya ayat 9 sebagai lanjutan dari kisah Sa’ad bin Abu Waqqash, menjadi panduan agar seseorang tidak meninggalkan ahli waris, terutama anak-anak, dalam keadaan lemah. Ayat ini menekankan pentingnya menjaga anak-anak yatim agar tidak terlantar dan menjadi anak-anak melarat.
Kewajiban Bertakwa dan Ucapan yang Benar:
Ayat 9 mengingatkan kita untuk bertakwa kepada Allah saat mengatur wasiat. Kita harus takut kepada Tuhan dan memastikan bahwa pengaturan warisan tidak mengorbankan kesejahteraan anak-anak kita sendiri demi menolong orang lain.
Selain itu, ayat ini juga menekankan pentingnya menggunakan kata-kata yang jelas, terang, dan jitu dalam mengatur wasiat. Hal ini bertujuan untuk menghindari keraguan dan konflik di antara ahli waris yang ditinggalkan.
Hukuman Bagi yang Menzalimi Harta Anak Yatim:
Surat An-Nisa ayat 10, yang merupakan kelanjutan dari ayat 9, menjelaskan hukuman bagi orang-orang yang menzalimi harta anak yatim. Allah SWT menyatakan bahwa mereka akan menelan api sepenuh perutnya dan akan masuk ke dalam api neraka.
Kesimpulan:
Surat An-Nisa ayat 9 merupakan pesan penting bagi setiap muslim untuk menjaga kesejahteraan anak yatim. Ayat ini mengingatkan kita untuk bertakwa kepada Allah, mengatur warisan dengan adil, dan menggunakan kata-kata yang benar. Menzalimi harta anak yatim adalah perbuatan keji yang akan mendapat hukuman pedih dari Allah SWT.
Refleksi:
Ayat ini mendorong kita untuk merenungkan tanggung jawab kita terhadap anak yatim. Kita harus berusaha untuk membantu mereka, baik melalui bantuan materi maupun moral.
Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran:
Masyarakat perlu diberikan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesejahteraan anak yatim. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penyuluhan agama, program sosial, dan kampanye publik.
Peran Lembaga dan Pemerintah:
Lembaga sosial dan pemerintah memiliki peran penting dalam membantu anak yatim. Mereka dapat menyediakan tempat tinggal, pendidikan, dan pelatihan keterampilan untuk membantu mereka mandiri.
Menjadi Teladan:
Sebagai umat Islam, kita harus menjadi teladan dalam menjaga kesejahteraan anak yatim. Kita dapat membantu mereka dengan berbagai cara, seperti menjadi donatur, relawan, atau mentor.
Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita dalam membantu anak-anak yatim dan menjadikan kita sebagai umat yang peduli dan bertanggung jawab.