Jakarta, 27 Desember 2024 – Di tengah hiruk-pikuk pusat perbelanjaan Blok M, Jakarta Selatan, berdiri megah Masjid Nurul Iman. Bukan sekadar tempat ibadah, masjid ini menyimpan kisah inspiratif tentang ketahanan dan adaptasi di tengah perubahan lanskap perkotaan. Bertengger di atas sebuah mal, bangunan ini menjadi bukti nyata bagaimana perencanaan kota yang matang dapat mengintegrasikan unsur-unsur keagamaan dengan aktivitas komersial, menciptakan harmoni yang unik. Keberadaan miniatur Ka’bah di dalamnya semakin memperkaya nilai spiritual dan arsitektural masjid ini.
Astiwar, Ketua Marbot Masjid Nurul Iman, berbagi cerita perjalanan panjang pembangunan masjid yang kini menjadi ikonik tersebut. Ia mengingat dengan jelas peristiwa kebakaran hebat yang melanda Pasar Jaya Blok M pada tahun 2006, sebuah peristiwa yang menjadi titik balik bagi keberadaan masjid tersebut. "Habis kebakaran, dibuatlah penampungan sementara untuk sementara di bawah," kenang Astiwar saat ditemui tim detikHikmah Jumat lalu. Penampungan darurat itu menjadi bukti awal tekad untuk tetap menjaga keberlangsungan ibadah bagi umat muslim di kawasan ramai tersebut.
Namun, bencana tersebut justru membuka jalan bagi terwujudnya masjid yang lebih megah dan representatif. Setelah kejadian kebakaran, pengembang kawasan Blok M mengambil inisiatif untuk membangun sebuah kompleks bangunan baru yang terintegrasi, termasuk di dalamnya pembangunan Masjid Nurul Iman yang terletak di bagian atas bangunan mal. Keputusan ini bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan ruang ibadah, tetapi juga mencerminkan komitmen pengembang untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar dan mempertimbangkan aspek keagamaan dalam perencanaan tata kota.
Proses pembangunan Masjid Nurul Iman tentu tidak lepas dari berbagai pertimbangan, mulai dari aspek desain arsitektur, fungsionalitas, hingga integrasi dengan bangunan mal di bawahnya. Desain yang dipilih mencerminkan perpaduan antara estetika modern dan sentuhan kearifan lokal yang kental. Kehadiran miniatur Ka’bah di dalam masjid, misalnya, bukan hanya sebagai elemen dekoratif, tetapi juga simbol penting yang mendalam bagi umat Islam. Miniatur Ka’bah ini melambangkan kiblat umat Islam di seluruh dunia, mengingatkan jemaah akan kesatuan dan persatuan dalam menjalankan ibadah.
Pemilihan lokasi masjid di atas mal juga merupakan sebuah strategi yang cerdik. Letaknya yang strategis di tengah pusat perbelanjaan memudahkan akses bagi para jamaah, baik mereka yang bekerja, berbelanja, maupun sekadar berkunjung ke Blok M. Hal ini menunjukkan perencanaan yang matang dalam mempertimbangkan aspek kemudahan aksesibilitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Keberadaan masjid di lokasi yang ramai ini juga secara tidak langsung mempromosikan nilai-nilai keagamaan dan memperkuat identitas Islami di tengah masyarakat modern.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, Masjid Nurul Iman telah menjelma menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial di kawasan Blok M. Masjid ini tidak hanya digunakan untuk sholat lima waktu, tetapi juga berbagai kegiatan keagamaan lainnya, seperti pengajian, kajian Islam, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal ini menunjukkan peran masjid sebagai pusat komunitas yang aktif dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya. Keberadaan masjid ini juga turut memperkaya kehidupan sosial budaya di Blok M, menciptakan harmoni antara aktivitas komersial dan nilai-nilai keagamaan.
Keberadaan Masjid Nurul Iman di atas mal juga menimbulkan pertanyaan menarik tentang integrasi antara ruang publik dan ruang privat, antara aktivitas komersial dan aktivitas keagamaan. Desain arsitektur yang dipilih berhasil menciptakan keseimbangan antara kedua aspek tersebut. Masjid ini tidak terkesan terisolasi dari lingkungan sekitarnya, tetapi justru terintegrasi dengan baik, sehingga tidak mengganggu aktivitas komersial di mal di bawahnya. Hal ini menunjukkan bagaimana perencanaan yang matang dapat menciptakan harmoni antara berbagai fungsi bangunan di dalam sebuah kawasan.
Pembangunan Masjid Nurul Iman juga dapat dilihat sebagai contoh sukses kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pengembang, pemerintah daerah, hingga masyarakat sekitar. Kolaborasi ini menunjukkan pentingnya sinergi antara berbagai stakeholder dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Keberhasilan pembangunan masjid ini juga menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur keagamaan dapat diintegrasikan dengan pembangunan infrastruktur lainnya, tanpa mengorbankan nilai-nilai keagamaan dan estetika arsitektur.
Kisah Masjid Nurul Iman Blok M menjadi inspirasi bagi perencanaan pembangunan kota di masa depan. Integrasi antara ruang ibadah dan ruang publik dapat menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat modern. Keberadaan masjid di atas mal ini membuktikan bahwa pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif dapat dicapai dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi yang efektif. Masjid ini bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol ketahanan, adaptasi, dan harmoni di tengah perkembangan kota yang dinamis.
Lebih lanjut, keberadaan miniatur Ka’bah di dalam masjid tersebut menambah kekayaan makna spiritual bagi para jamaah. Miniatur ini menjadi pengingat akan kiblat umat Islam dan memperkuat ikatan spiritual mereka. Desain interior masjid yang nyaman dan tenang juga turut mendukung suasana khusyuk saat beribadah. Penggunaan material bangunan yang berkualitas dan pemilihan warna yang menenangkan menciptakan suasana yang damai dan menentramkan. Hal ini menunjukkan perhatian yang detail terhadap aspek kenyamanan dan spiritualitas para jamaah.
Aspek keberlanjutan juga menjadi pertimbangan penting dalam pembangunan Masjid Nurul Iman. Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan dan desain yang efisien energi menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup. Masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah yang nyaman, tetapi juga contoh bangunan yang ramah lingkungan.
Keberadaan Masjid Nurul Iman di Blok M juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Masjid ini menjadi daya tarik bagi pengunjung mal dan sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini menunjukkan bagaimana pembangunan infrastruktur keagamaan dapat berkontribusi positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Masjid ini menjadi bukti nyata bahwa pembangunan yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
Kesimpulannya, Masjid Nurul Iman Blok M lebih dari sekadar masjid biasa. Ia merupakan simbol ketahanan, adaptasi, dan harmoni di tengah perkembangan kota yang pesat. Kisah pembangunannya yang berawal dari puing-puing kebakaran menjadi bukti nyata tentang bagaimana sebuah tragedi dapat diubah menjadi momentum untuk membangun sesuatu yang lebih baik. Integrasi yang harmonis antara ruang ibadah dan ruang komersial, serta keberadaan miniatur Ka’bah, menjadikan masjid ini sebagai contoh inspiratif bagi perencanaan pembangunan kota yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan. Masjid Nurul Iman bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat komunitas, simbol ketahanan, dan bukti nyata harmoni antara aktivitas keagamaan dan komersial di tengah jantung kota Jakarta.