Gunungkidul, Yogyakarta – Di pesisir selatan Yogyakarta, tepatnya di wilayah Purwosari, Gunungkidul, berdiri megah Masjid Al Afiyah As’ad Humam. Bukan sekadar tempat ibadah, masjid ini menyuguhkan perpaduan unik antara arsitektur modern, pemandangan Samudra Hindia yang memesona, dan semangat dakwah yang kental, menghidupkan warisan KH As’ad Humam, ulama legendaris Muhammadiyah dan penemu metode Iqro’. Masjid yang juga dikenal sebagai "Masjid Ocean View" ini menjadi bukti nyata komitmen keluarga KH As’ad Humam dalam meneruskan syiar Al-Qur’an melalui generasi penerus.
Berdiri kokoh sebagai bagian integral dari kompleks Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Jamaaher QOV, Masjid Al Afiyah As’ad Humam merupakan buah karya Kaelesha Afiati, putri sulung KH As’ad Humam. Inisiatif pembangunan masjid ini, menurut Muhammad Karim, menantu Kaelesha Afiati, dilandasi oleh keinginan untuk melanjutkan dan meneladani dakwah Al-Qur’an yang telah dirintis oleh sang kakek. "Masjid ini merupakan fasilitas utama pesantren tahfidz kami," ujar Karim saat ditemui detikHikmah seusai peresmian masjid pada Selasa (17/12/2024), didampingi Fazat ‘Azizah, cucu KH As’ad Humam dan putri kedua Kaelesha Afiati. "Tujuan utamanya adalah meneruskan dakwah Al-Qur’an yang telah dirintis KH As’ad Humam, termasuk metodologi Iqro’ yang telah beliau canangkan."
Lebih dari sekadar meneruskan warisan, pembangunan Masjid Al Afiyah As’ad Humam juga mencerminkan visi keluarga KH As’ad Humam dalam mengagungkan Al-Qur’an dengan kemasan terbaik. "Ibu dan keluarga memiliki tagline: mengagungkan Al-Qur’an dengan kemasan terbaik," jelas Karim. "Kemasan terbaik ini mencakup sarana dan prasarana, termasuk lokasi yang memiliki pemandangan indah. Kami mendedikasikan tempat ini sebagai ruang terbaik bagi para santri penghafal Al-Qur’an."
Desain arsitektur masjid yang modern dan futuristik dirancang untuk menyatu dengan keindahan alam sekitarnya. Bangunan dua lantai ini dilengkapi dengan balkon yang luas di setiap lantai, menawarkan pemandangan spektakuler Bukit Paralayang dan Pantai Parangtritis yang terbentang luas di hadapannya. Dinding kaca yang menghiasi bagian belakang masjid semakin memperkuat integrasi antara ruang ibadah dan panorama alam yang menakjubkan. Jemaah dapat menikmati keindahan Samudra Hindia yang membentang seluas mata memandang sembari khusyuk menjalankan ibadah.
Tata ruang masjid dirancang secara fungsional dan nyaman. Lantai pertama difungsikan sebagai ruang salat jamaah laki-laki, sementara lantai kedua diperuntukkan bagi jamaah perempuan. Lantai dasar (ground floor) difungsikan sebagai auditorium serbaguna, ruang tamu, serta dilengkapi dengan fasilitas wudhu dan toilet yang memadai, termasuk toilet khusus lansia perempuan yang terletak di antara lantai satu dan dua. Bangunan terpisah di samping masjid akan digunakan sebagai asrama pesantren tahfizh, yang dipisahkan untuk santri putra dan putri.
Lokasi masjid yang strategis, sekitar 1 kilometer dari Pantai Parangtritis dan pantai-pantai lain di sekitarnya, menjadikan Masjid Al Afiyah As’ad Humam sebagai destinasi yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut. Jaraknya sekitar 29 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam perjalanan. Akses menuju masjid terbilang mudah, meskipun jalannya berkelok dan menanjak setelah melewati Pantai Parangtritis. Jalan beraspal yang memadai memungkinkan akses baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Masjid Al Afiyah As’ad Humam diresmikan oleh Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, pada Selasa (17/12/2024). Meskipun terbuka untuk umum, termasuk bagi wisatawan yang ingin melaksanakan salat, pihak pengelola tetap menekankan bahwa masjid ini merupakan bagian integral dari pesantren tahfizh Jamaaher QOV. "Kami membuka diri bagi siapa pun yang ingin salat di sini sambil menikmati keindahan masjid dan objek wisata sekitar," kata Karim. "Namun, kami akan tetap mengatur agar masjid ini tetap berfungsi sesuai tujuannya dan tidak menjadi destinasi wisata utama. Kami akan memastikan kenyamanan bagi semua pihak."
Keberadaan Masjid Al Afiyah As’ad Humam bukan hanya sekadar menambah jumlah tempat ibadah di Gunungkidul, tetapi juga menjadi simbol harmoni antara pengembangan spiritual dan keindahan alam. Arsitektur modern yang memadukan unsur keindahan alam dengan fungsi tempat ibadah yang khusyuk, menjadikan masjid ini sebagai contoh inspiratif dalam pembangunan infrastruktur keagamaan yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada kenyamanan jemaah. Lebih dari itu, masjid ini menjadi warisan berharga yang meneruskan semangat dakwah KH As’ad Humam, sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman spiritual yang unik di tengah keindahan alam pantai selatan Yogyakarta. Dengan pemandangan Samudra Hindia yang membentang luas, Masjid Al Afiyah As’ad Humam tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi destinasi yang menawarkan pengalaman spiritual yang tak terlupakan, memadukan kekhusyukan ibadah dengan keindahan alam yang luar biasa. Keberadaannya diharapkan dapat menginspirasi pembangunan masjid-masjid lain yang mampu menggabungkan fungsi keagamaan dengan estetika lingkungan secara harmonis. Inisiatif ini juga diharapkan dapat mendorong pengembangan pariwisata religi yang berkelanjutan di wilayah Gunungkidul, menawarkan pengalaman spiritual dan wisata yang bermakna bagi para pengunjung.
Keberhasilan Masjid Al Afiyah As’ad Humam dalam memadukan unsur dakwah, arsitektur, dan keindahan alam menjadi bukti nyata bahwa pembangunan infrastruktur keagamaan dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek estetika dan lingkungan. Hal ini menjadi contoh yang baik bagi pengembangan infrastruktur keagamaan di Indonesia, menunjukkan bahwa tempat ibadah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga dapat menjadi destinasi wisata yang menarik dan bermakna. Dengan demikian, Masjid Al Afiyah As’ad Humam bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi ikon baru pariwisata religi di Gunungkidul, Yogyakarta. Keberadaannya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ekonomi lokal dan meningkatkan citra pariwisata religi Indonesia di mata dunia.