Bani Umayyah, dinasti Islam pertama setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam. Berdiri pada tahun 41 H (661 M) dan bertahan hampir satu abad, Bani Umayyah berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Islam hingga mencakup sebagian besar Timur Tengah, Asia Tengah dan Selatan, Afrika Utara, dan bahkan mencapai Semenanjung Iberia (Spanyol). Masa kejayaan Bani Umayyah, yang diwarnai oleh ekspansi wilayah, kemajuan ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan, menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam.
Nama "Umayyah" sendiri berasal dari Umayyah bin Abd al-Syam, seorang tokoh penting dari suku Quraisy. Umayyah merupakan kakek dari Abu Sufyan, ayah dari Muawiyah, pendiri Bani Umayyah. Garis keturunan yang kuat dari tokoh-tokoh berpengaruh ini menjadi pondasi bagi Bani Umayyah untuk memimpin peradaban Islam menuju kejayaan.
Di bawah kepemimpinan para khalifahnya, Bani Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaan dan membangun sistem pemerintahan yang efisien. Dari masa pemerintahan ini, muncul beberapa khalifah besar yang memimpin masa kejayaan Bani Umayyah.
Lima Khalifah yang Memimpin Puncak Kejayaan Bani Umayyah
Para khalifah Bani Umayyah dapat dibagi menjadi tiga kategori: khalifah yang membawa kejayaan dan perubahan, khalifah yang stagnan, dan khalifah yang menyebabkan keruntuhan. Masa kejayaan Bani Umayyah diukir oleh para khalifah yang berhasil membawa kemajuan signifikan, baik dari segi politik maupun sosial. Berikut adalah lima khalifah yang memimpin Bani Umayyah menuju puncak kejayaannya:
1. Mu’awiyah bin Abu Sufyan: Pendiri Bani Umayyah dan Bapak Strategi Politik
Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pendiri Bani Umayyah, adalah sosok cerdas, ahli strategi politik, dan berwawasan luas. Ia berhasil membangun peradaban besar melalui penguasaan politiknya. Meskipun termasuk salah satu tokoh Quraisy yang terakhir memeluk Islam, Nabi Muhammad SAW tetap menunjukkan penghargaan dan melindungi keluarga Mu’awiyah melalui perlindungan dari ayahnya, Abu Sufyan, selama peristiwa Fathu Makkah.
Setelah diangkat sebagai khalifah, Mu’awiyah berhasil mengembalikan stabilitas negara yang sempat terguncang akibat konflik internal. Keamanan dalam negeri dipulihkan dan ekspansi wilayah yang terhenti akhirnya berlanjut. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Afrika Utara.
Mu’awiyah juga memperluas wilayah kekuasaan ke timur hingga mencapai daerah Khurasan, Sijistan, dan negeri-negeri di sekitar Sungai Jaihun. Dengan total masa kepemimpinan selama 40 tahun (20 tahun sebagai gubernur dan 20 tahun sebagai khalifah), Mu’awiyah wafat pada usia 77 tahun di bulan Rajab, tahun 60 H (679 M). Keberhasilan Mu’awiyah dalam memperluas wilayah dan menjaga stabilitas internal menjadikannya salah satu pilar penting dalam masa kejayaan Bani Umayyah.
2. Abdul Malik bin Marwan: Pemersatu Wilayah dan Penguatan Identitas Islam
Khalifah Abdul Malik bin Marwan, pemimpin kelima Bani Umayyah yang memerintah antara tahun 685 hingga 705, mengambil alih kekuasaan setelah Bani Umayyah beralih ke garis keturunan Marwan. Dikenal sebagai sosok religius dan seorang ulama, Abdul Malik memulai karier politiknya sejak usia muda, di mana ia dipercaya menjadi gubernur di Madinah saat berusia 16 tahun. Pada usia 39 tahun, ia resmi diangkat sebagai khalifah Bani Umayyah.
Salah satu pencapaian penting Abdul Malik adalah mengakhiri perselisihan dengan Abdullah bin Zubair, seorang yang mengklaim sebagai khalifah di Hijaz selama sembilan tahun. Setelah mendamaikan Zubair, Abdul Malik berhasil menstabilkan wilayah-wilayah penting seperti Bashrah dan Kufah, sehingga Bani Umayyah menguasai area luas, termasuk Irak dan Persia.
Pada masa pemerintahannya, Abdul Malik memainkan peran signifikan dalam perkembangan peradaban Islam. Ia mendirikan Mahkamah Tinggi untuk menindak tegas pejabat yang menyalahgunakan wewenang. Selain itu, Abdul Malik mengganti bahasa resmi negara menjadi bahasa Arab, yang memperkuat identitas dan kesatuan Islam. Ia juga memperkuat militer dengan membangun pabrik senjata dan kapal perang di Tunisia serta menjadi khalifah pertama yang memperkenalkan mata uang dengan cap Bani Umayyah.
Tak hanya itu, Abdul Malik membangun Masjid Umar atau Qubbat As-Sakhra di Yerusalem dan memperbaiki Masjidil Haram, serta berkontribusi dalam pembangunan kembali Masjidil Aqsha.
3. Al-Walid bin Abdul Malik: Masa Keemasan dan Ekspansi Wilayah yang Luas
Masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik, khalifah ke-6 yang menggantikan ayahnya Abdul Malik pada tahun 86 H, menjadi masa keemasan bagi Bani Umayyah. Pemerintahannya dikenal dengan ketenangan, kemakmuran, dan kestabilan yang dinikmati umat Islam, di mana tidak ada pemberontakan atau konflik yang mengganggu tatanan negara.
Al-Walid meneruskan sistem pemerintahan yang diwarisi dari ayahnya dan berfokus pada kesejahteraan rakyatnya. Sebagai pemimpin, Al-Walid menunjukkan perhatian besar terhadap kesejahteraan sosial. Ia mengembangkan berbagai program untuk memberikan jaminan kesehatan bagi anak yatim dan penyandang disabilitas.
Al-Walid juga memperbaiki infrastruktur, membangun fasilitas umum, gedung-gedung, serta merekonstruksi Masjid Umayyah di Damaskus dan merenovasi Masjid Nabawi. Tak hanya fokus pada pembangunan dalam negeri, Al-Walid juga terus melakukan ekspansi wilayah.
Ia berhasil memperluas kekuasaan Umayyah hingga Transoxiana (sekarang Uzbekistan), Sind, Punjab, Khwarazim, Samarkand, Kabul, Tus, dan berbagai wilayah lain di sekitarnya. Salah satu pencapaiannya yang paling legendaris adalah penaklukan Spanyol yang dilakukan oleh komandan Thariq bin Ziyad.
4. Umar bin Abdul Aziz: Khalifah yang Saleh dan Pembawa Keadilan Sosial
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang juga dikenal sebagai Umar II, adalah sosok pemimpin yang berbeda dengan kebanyakan khalifah Bani Umayyah lainnya. Dikenal karena kezuhudan dan keadilannya, ia sering disebut sebagai "Khalifah yang saleh" atau "Khulafaurrasyidin yang kelima" karena kemiripan kepemimpinannya dengan para khalifah awal Islam.
Umar berasal dari keturunan yang mulia, dengan darah Umar bin Khattab mengalir dalam dirinya. Sejak awal kariernya sebagai gubernur Madinah di usia 24 tahun, ia telah menunjukkan integritas yang tinggi dan semangat untuk melayani rakyatnya dengan penuh ketulusan.
Ketika diangkat menjadi khalifah pada usia 36 tahun, Umar II segera melakukan perubahan besar-besaran dalam pemerintahannya. Ia memutuskan untuk mengembalikan seluruh kekayaannya, termasuk perhiasan istri ke kas negara atau Baitul maal, serta menghilangkan fasilitas mewah di istana.
Tidak hanya itu, ia juga memberantas korupsi tanpa pandang bulu, dengan melakukan reformasi di berbagai sektor, mulai dari pajak hingga sistem peradilan. Umar menurunkan pajak dari kaum Nasrani dan menghentikan pemungutan dari mualaf untuk mengurangi beban rakyatnya dan menarik simpati non-Muslim terhadap Islam.
Umar II dikenal sangat perhatian pada kesejahteraan rakyatnya. Ia membangun infrastruktur, memperbaiki sistem pertanian, dan menyediakan layanan kesehatan serta pendidikan. Umar juga berhasil menenangkan konflik antar golongan, seperti antara kaum Syiah dan Sunni, dengan pendekatan penuh empati dan larangan mencela sahabat Nabi.
Meski hanya memerintah sekitar dua tahun, Umar bin Abdul Aziz dikenang sebagai sosok pemimpin yang berhasil membawa kesejahteraan, keadilan sosial, dan kedamaian bagi umatnya.
5. Hisyam bin Abdul Malik: Masa Keemasan Terakhir dan Ekspansi ke Eropa
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dikenal sebagai pemimpin yang mampu membawa Bani Umayyah ke masa keemasan terakhir sebelum kemundurannya. Memerintah pada tahun 724 hingga 743 M, Hisyam adalah anak keempat dari Abdul Malik bin Marwan dan sering disebut sebagai negarawan terkemuka dalam Bani ini.
Selama 20 tahun kepemimpinannya, Hisyam berhasil menangani berbagai konflik internasional dan memperluas wilayah kekuasaan ke luar negeri. Salah satu prestasinya adalah penaklukan wilayah Narbonne di Prancis Selatan, yang kemudian dilanjutkan dengan penaklukan Marseille, Avignon, dan Lyon hingga menembus wilayah Burgundy. Bahkan, di bagian utara, Hisyam mampu merebut Toulouse, ibu kota Aquitania. Kemenangan-kemenangan ini menjadi bukti masa kejayaan dan pengaruh Bani Umayyah yang meluas hingga wilayah Eropa.
Tak hanya fokus pada ekspansi, Hisyam juga melakukan berbagai perbaikan di dalam negeri. Ia berupaya menjadikan tanah-tanah di wilayah kekuasaannya lebih produktif, membangun kota Rasafah, dan memperkuat administrasi pemerintahan.
Selama masa kepemimpinannya, Hisyam aktif memperluas kekuasaan hingga mencapai batas Romawi, sebelum akhirnya wafat pada usia 55 tahun di tahun 743 M (125 H).
Warisan Bani Umayyah: Sebuah Era Kejayaan yang Berkesan
Masa kejayaan Bani Umayyah menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam. Di bawah kepemimpinan para khalifah yang visioner dan berdedikasi, Bani Umayyah berhasil membangun peradaban yang maju dan berjaya.
Ekspansi wilayah yang luas, kemajuan ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi bukti nyata kehebatan Bani Umayyah. Warisan Bani Umayyah, yang meliputi sistem pemerintahan yang efisien, infrastruktur yang kuat, dan kemajuan ilmu pengetahuan, terus menginspirasi hingga saat ini.
Meskipun akhirnya runtuh pada tahun 750 M, Bani Umayyah meninggalkan jejak sejarah yang tak terlupakan. Kisah kejayaan mereka menjadi bukti nyata kekuatan dan potensi umat Islam dalam membangun peradaban yang gemilang.