Malam 27 Rajab, sebuah momentum sakral dalam kalender Islam, menjadi penanda peringatan peristiwa agung Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar peringatan historis, malam ini menyimpan keutamaan spiritual yang mendalam, menawarkan kesempatan emas bagi umat Muslim untuk mempererat hubungan dengan Allah SWT melalui berbagai amalan ibadah. Momentum ini bukan hanya sekadar mengenang perjalanan Nabi, tetapi juga menjadi pendorong bagi setiap individu untuk merenungkan perjalanan spiritualnya sendiri dan memperbarui komitmen dalam menjalankan ajaran Islam.
Peristiwa Isra Mi’raj, yang terjadi pada malam 27 Rajab, merupakan perjalanan luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW. Perjalanan ini terdiri dari dua fase utama: Isra dan Mi’raj. Isra, yang berarti perjalanan malam, mengacu pada perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sedangkan Mi’raj, yang berarti "perjalanan naik," menggambarkan kelanjutan perjalanan Nabi dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh.
Isra: Perjalanan Menuju Masjidil Aqsa
Perjalanan Isra dimulai di Masjidil Haram, tempat suci umat Islam di Makkah. Nabi Muhammad SAW, didampingi Malaikat Jibril, memulai perjalanan yang tak terbayangkan ini. Bukan dengan kendaraan biasa, melainkan dengan kekuatan ilahi yang melampaui batas ruang dan waktu. Deskripsi perjalanan ini, yang tertuang dalam berbagai riwayat dan tafsir, menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah SWT yang mampu menghadirkan peristiwa luar biasa ini.
Kecepatan perjalanan ini sungguh menakjubkan. Dalam sekejap mata, Nabi Muhammad SAW telah sampai di Masjidil Aqsa, sebuah tempat suci yang memiliki makna historis dan spiritual yang sangat penting bagi umat Islam. Masjidil Aqsa, yang juga dikenal sebagai "Baitul Maqdis," merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum kemudian diubah ke Ka’bah di Makkah. Kedatangan Nabi di Masjidil Aqsa ini menegaskan kembali kesucian tempat tersebut dan memperkuat posisinya dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad SAW memimpin shalat berjamaah bersama para nabi terdahulu di Masjidil Aqsa, sebuah peristiwa yang menunjukkan persatuan dan kesinambungan ajaran tauhid dari zaman ke zaman.
Mi’raj: Perjalanan Menuju Sidratul Muntaha
Setelah melaksanakan shalat di Masjidil Aqsa, perjalanan Nabi berlanjut ke fase Mi’raj. Beliau menaiki Buraq, kendaraan istimewa yang digambarkan sebagai makhluk yang memiliki bulu putih dan kemampuan bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Buraq, sebagai simbol kekuatan ilahi, membawa Nabi Muhammad SAW melewati lapisan-lapisan langit menuju Sidratul Muntaha, titik tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia dalam perjalanan spiritualnya.
Perjalanan Mi’raj bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang penuh dengan pengalaman mistis dan penglihatan yang menakjubkan. Di setiap lapisan langit, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi terdahulu, seperti Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan lain-lain. Pertemuan-pertemuan ini memperkuat ikatan persaudaraan antar nabi dan menegaskan kesatuan ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul. Nabi Muhammad SAW juga menyaksikan keajaiban penciptaan Allah SWT, dari keindahan surga hingga kengerian neraka. Penglihatan ini memberikan pelajaran yang mendalam tentang balasan amal perbuatan manusia di akhirat kelak.
Puncak perjalanan Mi’raj adalah saat Nabi Muhammad SAW mencapai Sidratul Muntaha, tempat yang berada di batas langit ketujuh. Di tempat ini, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah SWT. Perintah shalat ini merupakan pilar penting dalam agama Islam, menjadi kewajiban bagi setiap Muslim untuk menjalankannya sebagai bentuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Shalat lima waktu menjadi simbol ketaatan, pengabdian, dan pengingat akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.
Makna dan Hikmah Isra Mi’raj
Peristiwa Isra Mi’raj memiliki makna dan hikmah yang sangat luas dan mendalam. Perjalanan ini membuktikan kekuasaan dan keagungan Allah SWT yang mampu melakukan hal-hal yang di luar batas kemampuan manusia. Perjalanan ini juga menunjukkan keistimewaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT yang dipilih untuk menerima wahyu dan memimpin umat manusia ke jalan yang benar.
Selain itu, Isra Mi’raj juga menjadi bukti nyata tentang kenabian Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini melampaui batas logika dan akal manusia biasa, sehingga hanya dapat diterima melalui iman dan keyakinan yang kuat. Isra Mi’raj juga memberikan pelajaran tentang pentingnya keimanan, ketaatan, dan ketekunan dalam menjalankan ibadah. Perjalanan Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi segala tantangan hidup.
Keutamaan Malam 27 Rajab dan Amalan yang Dianjurkan
Malam 27 Rajab, sebagai malam terjadinya Isra Mi’raj, memiliki keutamaan yang sangat besar. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin menyebutkan malam ini sebagai salah satu malam istimewa yang dianjurkan untuk diisi dengan berbagai amalan ibadah. Beliau menekankan pentingnya tidak menyia-nyiakan malam-malam mulia ini, karena merupakan kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih pahala yang berlimpah.
Amalan yang dianjurkan pada malam 27 Rajab antara lain:
-
Perbanyak Doa: Malam ini merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa, memohon ampunan atas dosa-dosa, dan meminta segala hajat kepada Allah SWT. Doa-doa khusus yang dipanjatkan pada malam ini diyakini memiliki keutamaan tersendiri.
-
Dzikir dan Shalawat: Membaca dzikir dan shalawat merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada malam 27 Rajab. Dzikir dan shalawat dapat menenangkan hati, meningkatkan keimanan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-
Sholat Malam (Tahajjud): Menghidupkan malam dengan sholat tahajjud merupakan amalan yang sangat mulia. Sholat tahajjud pada malam 27 Rajab diyakini memiliki keutamaan yang lebih besar.
-
Membaca Al-Qur’an: Membaca Al-Qur’an merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada setiap waktu, termasuk pada malam 27 Rajab. Membaca Al-Qur’an dapat meningkatkan keimanan, mendapatkan pahala, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-
Bersedekah: Bersedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bersedekah pada malam 27 Rajab diyakini memiliki keutamaan yang lebih besar.
Malam 27 Rajab bukan hanya sekadar peringatan historis, tetapi juga momentum spiritual yang sangat penting bagi umat Muslim. Momentum ini mengajak kita untuk merenungkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW, meneladani keteladanan beliau, dan memperbarui komitmen dalam menjalankan ajaran Islam. Dengan mengisi malam ini dengan berbagai amalan ibadah, kita berharap dapat meraih keberkahan dan kedekatan yang lebih erat dengan Allah SWT. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.