Jakarta, 27 Oktober 2024 – Tahun baru Masehi tinggal menghitung hari, namun bagi umat Islam, perhitungan waktu memasuki babak baru yang sarat makna spiritual. Bulan Rajab, salah satu dari empat bulan haram (bulan mulia) dalam kalender Hijriah, akan segera tiba. Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia, 1 Rajab 1446 H jatuh pada hari Rabu, 1 Januari 2025 Masehi. Namun, bagi mereka yang memahami seluk-beluk penanggalan Islam, pertanyaan krusial muncul: kapan tepatnya malam 1 Rajab dimulai?
Perbedaan sistem penanggalan Masehi dan Hijriah menjadi kunci jawaban. Kalender Masehi menetapkan pergantian hari pukul 00.00 tengah malam. Berbeda halnya dengan kalender Hijriah yang mengacu pada terbenamnya matahari sebagai penanda pergantian hari. Oleh karena itu, malam 1 Rajab 1446 H sesungguhnya dimulai setelah matahari terbenam pada hari Selasa, 31 Desember 2024 Masehi. Ini berarti, momentum spiritual menyambut bulan Rajab bagi umat Islam akan dimulai pada penghujung tahun 2024.
Perbedaan ini, sekilas tampak sederhana, namun memiliki implikasi penting dalam konteks praktik keagamaan. Bagi umat Islam yang ingin memanfaatkan momentum spiritual di awal bulan Rajab, seperti memperbanyak ibadah sunnah, misalnya puasa sunnah Rajab, maka persiapan dan niat baik hendaknya telah terpatri sejak Selasa malam, 31 Desember 2024. Ketepatan waktu dalam menjalankan ibadah merupakan salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam.
Bulan Rajab: Lebih dari Sekedar Penanggalan
Lebih dari sekadar perhitungan tanggal, bulan Rajab memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Keistimewaannya bukan hanya karena statusnya sebagai bulan haram, melainkan juga karena dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satu yang paling dikenal adalah Isra’ Mi’raj, perjalanan Nabi Muhammad SAW secara ruhani dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu naik ke Sidratul Muntaha untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa monumental ini dipercaya terjadi pada bulan Rajab.
Keutamaan bulan Rajab juga diabadikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36:
(Ayat dalam bahasa Arab yang telah disediakan di pertanyaan awal tidak akan ditampilkan ulang di sini karena telah dijelaskan di pertanyaan awal)
Ayat ini, menurut tafsir Ibnu Katsir (dalam terjemahan M. Abdul Ghoffar), menjelaskan penetapan 12 bulan dalam kalender qamariyah (bulan berdasarkan peredaran bulan) oleh Allah SWT, di mana empat di antaranya adalah bulan haram: Zulkaidah, Zulhijjah, Muharam, dan Rajab. Hal ini diperkuat oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
(Hadits dalam bahasa Arab yang telah disediakan di pertanyaan awal tidak akan ditampilkan ulang di sini karena telah dijelaskan di pertanyaan awal)
Hadits ini menegaskan kembali status Rajab sebagai bulan haram dan menjelaskan urutan bulan-bulan haram dalam kalender Hijriah. Riwayat lain dari Ibnu Jarir, Sa’id ibnu Mansur, dan hadits-hadits lainnya juga menguatkan kedudukan istimewa bulan Rajab sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT.
Peningkatan Ibadah dan Doa di Bulan Rajab
Keutamaan bulan Rajab mendorong umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbanyak amalan-amalan saleh. Puasa sunnah merupakan salah satu amalan yang dianjurkan. Selain itu, memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT juga menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya meraih keberkahan di bulan Rajab.
Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam buku "Hikmah Bulan Rajab dan Sya’ban" karya Dimitri Mahayana, menekankan dilipatgandakannya pahala amal baik di bulan Rajab:
(Hadits dalam bahasa Arab yang telah disediakan di pertanyaan awal tidak akan ditampilkan ulang di sini karena telah dijelaskan di pertanyaan awal)
Hadits ini menggambarkan betapa besarnya peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih pahala berlipat ganda di bulan Rajab. Kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh seluruh umat Islam.
Makna Spiritual di Balik Keutamaan Bulan Rajab
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, seorang tokoh sufi yang berpengaruh, menambahkan perspektif spiritual yang mendalam terkait bulan Rajab. Beliau menyebutkan tiga anugerah utama yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya di bulan ini: kasih sayang tanpa siksaan, kedermawanan tanpa kikir, dan kebaikan tanpa kekasaran. Ini menunjukan bahwa bulan Rajab bukan hanya tentang peningkatan kuantitas ibadah, tetapi juga tentang peningkatan kualitas spiritual, yaitu menumbuhkan kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan dalam diri.
Konsep ini mengajak umat Islam untuk merenungkan makna ibadah yang sesungguhnya. Ibadah bukan sekadar rutinitas formal, melainkan transformasi batiniah yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Bulan Rajab menjadi momentum untuk menumbuhkan sifat-sifat terpuji dan membersihkan diri dari sifat-sifat tercela.
Kesimpulan: Menyambut Rajab dengan Kesiapan Spiritual
Malam 1 Rajab 1446 H yang jatuh pada Selasa, 31 Desember 2024, menandai dimulainya bulan yang penuh berkah. Pemahaman yang tepat mengenai perhitungan kalender Hijriah penting untuk memastikan ketepatan dalam menjalankan ibadah. Namun, yang lebih penting lagi adalah kesiapan spiritual untuk menyambut bulan Rajab dengan hati yang bersih dan niat yang tulus untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga keberkahan bulan Rajab senantiasa menyertai kita semua. Wallahu a’lam bishawab.