ERAMADANI.COM – Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Gianyar, Bali, telah melakukan investigasi terkait Jembatan Banjar Dauh Labak, Desa Singakerta, Ubud, Gianyar, Bali yang kini ditutup akibat di tengah-tengahnya terdapat lubang selebar 30 centimeter (cm).
Meskipun lubang tersebut terlihat kecil, namun PUPR Gianyar menemukan hal yang membahayakan pada jembatan tersebut.
Yakni di bawah lapisan aspal pada jembatan, hampir tidak ada pondasi tanah lagi di tengah-tengah jembatan, alias jembatan tersebut hanya tersisa aspal.
Berdasarkan data Dinas PUPR, ketebalan aspal sekitar 10 cm. Karena itu, Dinas PUPR Gianyar tak merekomendasikan jembatan ini dilalui kendaraan, terutama roda empat.
Melansir dari bali.tribunnews.com, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Gianyar, Made Gede Astawiguna, Jumat 15 September 2023 mengatakan, pasca terjadinya lubang kecil di tengah jembatan penghubung Jalan Raya Tebongkang dengan Jalan Raya Nyuh Kuning-Pengosekan Ubud, pihaknya langsung turun untuk mengetahui kondisi di lapangan.
“Itu kita kan coba investigasi kemarin, apakah bisa ditambal. Kita juga sudah koordinasi dengan Balai Sungai, karena di bawahnya ada sungai. Dari balai sudah menginformasikan bahwa itu bukan aset mereka. Berarti kita punya asetnya itu,” ujarnya.
Namun berdasarkan kajiannya, ternyata penanganannya tak bisa dilakukan dengan sistem tambal.
Sebab, pondasi tanah di bawah jembatan tersebut telah habis terkikis air sungai. Sebab itu, perbaikannya mesti dilakukan secara massif. “Itu sangat rawan untuk dilalui. Karena pondasi tanahnya di bawah sudah habis. Sekarang tinggal aspal saja. Walaupun lubangnya kecil. Tapi sekarang di bawahnya cuma aspal saja. Palingan ketebalannya 10 cm. Kalau dilalui mobil, dipastikan jebol jembatannya,” ujarnya.
Saat ini pihaknya masih menghitung estimasi anggaran untuk perbaikannya. Nilai anggaran ini pula yang akan menentukan kapan pihaknya bisa memulai pengerjaan.
“Ini kan kami ada anggaran untuk rehabilitasi bangunan pelengkap. Apakah mencukupi apa tidak, kami masih hitung itu. Kalau memang itu anggaran yang ada bisa meng-cover, kita ambil secepatnya. Kalau tidak, kita usulkan tahun depan,” ujar Astawiguna.
Pantauan sampai Jumat (15/09) ini jalur tersebut masih ditutup untuk kendaraan roda empat.
Sementara pengendara roda dua, masih terlihat melewati jembatan dari sisi selatan. Sebab di sisi selatan, pondasinya masih terlihat tebal.
Oleh karena menjadi akses vital, selama jalan ini ditutup, kendaraan roda empat memilih jalur lain.
Salah satunya Jalan Raya Sayan – Kedewatan – Jalan Tjampuhan Ubud. Di mana hal ini menyebabkan jalan tersebut padat merayap dari pagi hingga malam.