Jakarta – Lisan, alat komunikasi manusia yang paling fundamental, seringkali menjadi senjata yang paling tajam. Kemampuannya untuk membangun maupun menghancurkan, membina maupun melukai, menjadikannya tanggung jawab moral yang besar bagi setiap individu. Kalimat-kalimat yang terlontar, sekilas tampak sepele, namun mampu meninggalkan bekas yang mendalam, baik di hati manusia maupun di hadapan Allah SWT. Hadits Nabi Muhammad SAW mengungkap satu jenis ucapan yang paling dibenci Allah SWT, sebuah kalimat yang seringkali terucap tanpa disadari, membawa konsekuensi yang serius bagi pelakunya.
Artikel ini akan mengkaji lebih dalam ucapan yang paling dibenci Allah SWT berdasarkan hadits shahih, menganalisis implikasi dari ucapan tersebut, serta menghubungkannya dengan sifat kesombongan yang juga merupakan sifat tercela dalam Islam. Pentingnya menjaga lisan dan menghindari ucapan-ucapan yang berpotensi menimbulkan kemarahan Allah SWT akan menjadi fokus utama pembahasan.
Ucapan yang Paling Dibenci Allah SWT: Sebuah Hadits yang Mencerahkan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan An-Nasa’i, serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihah, ucapan yang paling dibenci Allah SWT adalah ungkapan yang mencerminkan kesombongan dan penolakan terhadap nasihat kebaikan. Hadits tersebut berbunyi: "Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasihati temannya, ‘Bertakwalah kepada Allah’, namun dia menjawab, ‘Urus saja dirimu sendiri’."
Hadits ini memberikan gambaran yang jelas tentang betapa Allah SWT membenci sikap angkuh dan sombong. Seseorang yang menolak nasihat kebaikan, dengan alasan "urus saja dirimu sendiri," menunjukkan sikap superioritas dan ketidakpedulian terhadap ajakan untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sikap ini bukan hanya menyakiti perasaan penasihat, tetapi juga merupakan penolakan terhadap tuntunan Ilahi. Ini merupakan bentuk penentangan terhadap kebenaran dan perintah Allah SWT. Lebih dari sekadar kesalahpahaman, ini adalah penolakan terhadap hidayah dan rahmat Allah.
Hadits ini juga menegaskan pentingnya menerima nasihat dengan lapang dada, bahkan jika nasihat tersebut disampaikan dengan cara yang kurang sempurna. Sikap rendah hati dan terbuka terhadap kritik konstruktif adalah kunci untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Menolak nasihat dengan nada sombong menunjukkan kurangnya kesadaran diri dan keengganan untuk memperbaiki diri.
Konsekuensi Ucapan Tercela: Sebuah Peringatan dari Rasulullah SAW
Rasulullah SAW juga mengingatkan umatnya tentang konsekuensi dari ucapan-ucapan tercela. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, beliau bersabda: "Sungguh, seseorang hamba akan mengucapkan satu kalimat yang diridhoi oleh Allah SWT, suatu kalimat yang tidak memperdulikannya, namun dengan itu Allah akan mengangkat derajatnya. Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan satu kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang tidak mempedulikannya, sehingga dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka."
Hadits ini menekankan betapa pentingnya kita memperhatikan setiap kalimat yang kita ucapkan. Sebuah kalimat yang tampak sepele, tanpa disadari, dapat berdampak besar terhadap derajat kita di sisi Allah SWT. Sebaliknya, sebuah kalimat yang baik, meskipun terucap tanpa niat khusus, dapat mengangkat derajat kita. Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh ucapan kita terhadap kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Hadits ini juga menyiratkan bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala isi hati dan niat manusia. Meskipun ucapan tercela itu terlontar tanpa niat jahat, Allah SWT tetap mengetahui maksud dan tujuan di baliknya. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam berucap, dan senantiasa berusaha untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan bermanfaat.
Kesombongan: Sifat Tercela yang Dibenci Allah SWT
Kesombongan, sifat yang mendasari ucapan yang paling dibenci Allah SWT dalam hadits di atas, merupakan sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 23: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong." Ayat ini menegaskan bahwa kesombongan merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT, dan orang-orang yang memiliki sifat ini tidak akan mendapatkan ridho-Nya.
Kesombongan bukan hanya sekadar rasa bangga diri yang berlebihan, tetapi juga merupakan penolakan terhadap kebenaran dan pengingkaran terhadap nikmat Allah SWT. Orang yang sombong cenderung menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain, meremehkan orang lain, dan menolak nasihat. Sikap ini akan menghambat pertumbuhan spiritual dan merusak hubungan sosial.
Dalam buku Fikih Remaja Kontemporer karya Abu Al-Ghifari, dijelaskan bahwa orang yang sombong tidak akan masuk surga. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga yang dalam hatinya terdapat seberat debu dari kesombongan." Hadits ini menekankan betapa seriusnya dampak kesombongan terhadap kehidupan akhirat. Bahkan sedikit saja kesombongan dalam hati, dapat menghalangi seseorang dari masuk surga.
Namun, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa kesukaan terhadap keindahan dan penampilan yang baik bukanlah kesombongan. Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan cinta pada keindahan (maksudnya pakaian indah itu tidak berarti sombong). Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain." Ini menunjukkan bahwa kesombongan berbeda dengan rasa percaya diri atau apresiasi terhadap keindahan. Kesombongan adalah sikap yang menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Menjaga Lisan: Kunci Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menjaga lisan merupakan hal yang sangat penting dalam Islam. Ucapan kita dapat berdampak besar terhadap kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam berucap, dan senantiasa berusaha untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan bermanfaat.
Menjaga lisan tidak hanya berarti menghindari ucapan-ucapan yang buruk, tetapi juga mencakup berbicara dengan jujur, sopan, dan bijaksana. Kita harus menghindari ghibah (gosip), fitnah (adu domba), namimah (mencari-cari kesalahan orang lain), dan ucapan-ucapan yang dapat melukai perasaan orang lain.
Menjaga lisan juga berarti menghargai pendapat orang lain, menerima kritik dengan lapang dada, dan bersikap rendah hati. Sikap rendah hati akan membuat kita lebih mudah menerima nasihat dan memperbaiki diri. Dengan menjaga lisan, kita dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesimpulannya, ucapan yang paling dibenci Allah SWT adalah ungkapan yang mencerminkan kesombongan dan penolakan terhadap nasihat kebaikan. Kesombongan merupakan sifat tercela yang dapat menghalangi seseorang dari masuk surga. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam berucap dan senantiasa berusaha untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan bermanfaat, menjaga lisan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk senantiasa menjaga lisan dan menghindari ucapan-ucapan yang dapat menimbulkan kemarahan-Nya.