Tahun baru kerap menjadi momentum refleksi diri dan penentuan resolusi. Bagi umat Muslim, surga merupakan tujuan akhir yang mulia, sebuah impian yang terpatri dalam hati setiap insan beriman. Namun, jalan menuju surga bukanlah jalan yang rata dan mudah. Al-Qur’an dan hadits telah menjabarkan sejumlah perbuatan yang dapat menghalangi seseorang untuk meraih surga. Memahami rintangan ini menjadi kunci penting dalam perjalanan spiritual, agar kita dapat melakukan introspeksi diri dan senantiasa memperbaiki amal ibadah. Artikel ini akan mengulas lima penghalang utama menuju surga, lengkap dengan landasan hadits dan penjelasannya.
1. Kesombongan (Al-Kibr): Penyakit Hati yang Mematikan
Kesombongan, atau al-kibr dalam bahasa Arab, merupakan penyakit hati yang berbahaya. Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari mendefinisikan kesombongan sebagai sikap memandang diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran dan orang lain. Individu yang sombong merasa dirinya berada di atas segalanya, menganggap dirinya lebih mulia dan besar, sehingga cenderung merendahkan orang lain. Sikap ini, selain menghancurkan hubungan sosial, juga merusak kedudukan spiritual seseorang di hadapan Allah SWT.
Rasulullah SAW dengan tegas memperingatkan bahaya kesombongan dalam sebuah hadits riwayat Muslim (no. 2749): "Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya." Hadits ini menekankan betapa seriusnya dosa kesombongan, bahkan sedikit saja rasa sombong dalam hati dapat menjadi penghalang masuk surga. Penjelasan lebih lanjut diberikan oleh Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai kesombongan dalam konteks penampilan: "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." Dengan demikian, kesombongan bukanlah sekadar soal penampilan, melainkan sikap hati yang menolak kebenaran dan merendahkan martabat orang lain.
Bahaya kesombongan juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Kisah Iblis yang menolak sujud kepada Nabi Adam AS (Al-Baqarah: 34) menjadi contoh nyata bagaimana kesombongan menjadi penyebab kejatuhan dan kekufuran. Ayat tersebut berbunyi: "(Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!,’ Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.") Iblis, karena kesombongannya, terkutuk dan menjadi musuh bagi manusia.
Konsekuensi kesombongan yang fatal juga dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 72: "(Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya). Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri." Ayat ini menegaskan bahwa kesombongan akan berujung pada siksa neraka yang kekal. Oleh karena itu, menghindari kesombongan menjadi keharusan bagi setiap Muslim yang mendambakan surga. Introspeksi diri dan senantiasa bermuhasabah menjadi kunci untuk mendeteksi dan membasmi bibit-bibit kesombongan dalam hati.
2. Utang: Beban yang Menghambat Perjalanan Menuju Surga
Utang, baik besar maupun kecil, merupakan penghalang menuju surga. Hadits riwayat Muslim menyebutkan bahwa semua dosa orang yang mati syahid diampuni, kecuali utang. Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah utang dalam pandangan Islam. Bahkan, pahala besar mati syahid—yang dijanjikan surga—dapat sirna jika masih terbebani utang.
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Nasa’i, Thabrani, dan Hakim (melalui perawi Muhammad bin Abdullah bin Jahsy), menegaskan hal ini: "Demi Tuhan yang memegang diriku, sekiranya seseorang terbunuh di jalan Allah, kemudian ia dapat hidup kembali, lalu ia terbunuh, tetapi ia mempunyai utang, maka ia tidak akan dapat masuk surga sampai utangnya itu dibayar lunas." Hadits ini menekankan bahwa kewajiban melunasi utang adalah mutlak, tidak ada pengecualian, bahkan bagi mereka yang gugur sebagai syahid. Oleh karena itu, menjaga amanah dalam berutang dan berusaha melunasi utang secepat mungkin merupakan kewajiban moral dan agama yang penting.
3. Memutuskan Silaturahmi: Mengikis Kebaikan dan Menjauhkan dari Surga
Memutuskan silaturahmi atau hubungan kekeluargaan merupakan perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT. Ustadzah Umi A. Khali dalam bukunya "Jangan Baca Buku Ini Jika Belum Ingin Taubat" menjelaskan betapa bahayanya memutus silaturahmi, karena dapat mengisolasi seseorang dari hubungan kemanusiaan dan ketuhanan, menjauhkannya dari sifat-sifat kebajikan dan takwa.
Al-Qur’an sendiri telah menekankan pentingnya menjaga silaturahmi (An-Nisa: 1): "(Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.)" Ayat ini mengaitkan ketakwaan kepada Allah dengan menjaga silaturahmi.
Hadits Rasulullah SAW juga menegaskan konsekuensi fatal dari memutus silaturahmi: "Tidak masuk surga orang yang memutuskan, yakni memutuskan silaturahmi." (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi). Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa memutus silaturahmi akan menghalangi seseorang dari masuk surga. Oleh karena itu, memelihara hubungan baik dengan keluarga dan kerabat merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran.
4. Mengambil Harta yang Bukan Hak Miliknya: Mencuri Kebaikan dan Menutup Pintu Surga
Mengambil harta orang lain tanpa izin atau hak yang sah, baik besar maupun kecil, merupakan perbuatan haram dan menjadi penghalang masuk surga. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa siapa pun yang mengambil harta bukan miliknya, Allah akan mengharamkannya masuk surga. Ini berlaku untuk semua jenis pengambilan harta secara tidak sah, termasuk korupsi dan pencurian.
Ali Mustafa Yaqub dalam bukunya "Kalau Istiqamah Nggak Bakal Takut Nggak Bakal Sedih" mengingatkan bahwa hukuman koruptor di dunia, seberapa ringan pun, tidak sebanding dengan siksa yang menanti di akhirat. Hadits yang menceritakan tentang seseorang yang mengambil selimut dari rampasan perang yang belum dibagikan, menunjukkan betapa seriusnya larangan mengambil harta orang lain. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang mengambil harta bukan miliknya, Allah akan mengharamkan dia masuk surga."
Bahkan, Rasulullah SAW menggambarkan betapa dahsyatnya siksa neraka bagi pelaku kejahatan ini: "Seringan-ringan hukuman di neraka adalah seseorang yang hanya dibakar telapak kakinya sampai otaknya mendidih (saking dahsyat panasnya)." Ini menjadi peringatan keras agar kita senantiasa menjaga kejujuran dan amanah dalam urusan harta benda.
5. Durhaka kepada Orang Tua: Mengkhianati Kasih Sayang dan Mengabaikan Jalan Surga
Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar yang dapat menghalangi seseorang dari masuk surga. Orang tua adalah sosok yang berjasa besar dalam kehidupan kita, memberikan kasih sayang, perawatan, dan pendidikan. Mementingkan diri sendiri dan melupakan jasa orang tua merupakan bentuk pengkhianatan yang sangat besar.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan: "(Sungguh rugi, sungguh rugi, sungguh rugi orang yang sempat menemui kedua orang tuanya di usia tuanya, baik salah satunya atau keduanya, tetapi orang tersebut tidak dapat masuk surga.)" Hadits ini menekankan betapa besarnya kerugian bagi seseorang yang durhaka kepada orang tuanya, hingga kehilangan kesempatan masuk surga. Menghormati, berbakti, dan berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh keikhlasan.
Penutup: Menuju Surga dengan Amal Shalih dan Menjauhi Larangan
Kelima penghalang menuju surga yang telah diuraikan di atas merupakan peringatan bagi kita untuk senantiasa bermuhasabah dan memperbaiki diri. Memulai tahun baru dengan tekad untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut merupakan langkah awal yang baik dalam perjalanan menuju surga. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan hidayah untuk senantiasa berada di jalan-Nya dan meraih ridho-Nya. Semoga kita semua termasuk golongan hamba-Nya yang mendapatkan surga-Nya.