Lima abad silam, sembilan ulama kharismatik yang dikenal sebagai Wali Songo memainkan peran kunci dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Dakwah mereka tak hanya melalui khotbah dan pengajaran, namun juga diwujudkan dalam pembangunan infrastruktur keagamaan, salah satunya masjid. Lima masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh menjadi saksi bisu perjuangan dan strategi dakwah Wali Songo, sekaligus representasi perpaduan harmonis antara ajaran Islam dan budaya lokal Jawa. Keberadaan masjid-masjid ini tak hanya bernilai historis, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi yang penting, mengingatkan generasi penerus akan pentingnya nilai-nilai keagamaan dan toleransi.
1. Masjid Sunan Bonang: Kesederhanaan di Balik Kemegahan Sejarah
Berlokasi di Jalan Sunan Bonang, Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Masjid Sunan Bonang menyimpan kisah panjang dakwah Raden Makhdum Ibrahim, yang lebih dikenal sebagai Sunan Bonang, putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Seperti yang diungkap Asti Musman dalam buku "Sunan Bonang: Wali Keramat", masjid ini dibangun sebagai pusat kegiatan dakwah Sunan Bonang. Keberadaan makam Sunan Bonang yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari masjid semakin memperkuat nilai historis dan spiritual lokasi ini.
Meskipun telah mengalami dua kali renovasi besar, pada tahun 2013 dan 2016, upaya pelestarian bangunan asli tetap dilakukan. Renovasi difokuskan pada penambahan kapasitas untuk menampung jamaah yang semakin banyak, dengan pembangunan bangunan baru di samping bangunan lama. Bangunan lama, dengan batu bata aslinya yang kini dilapisi keramik, tetap dipertahankan. Satu-satunya bagian yang masih asli dan terjaga dengan baik adalah empat tiang penyangga utama di tengah ruangan. Dominasi warna kemerahan dan ornamen emas menambah keindahan arsitektur masjid yang sederhana namun sarat makna sejarah. Empat tiang tersebut menjadi simbol kekuatan dan ketahanan ajaran Islam yang ditanamkan Sunan Bonang.
2. Masjid Agung Demak: Simbol Kekuasaan dan Pusat Dakwah Kerajaan
Masjid Agung Demak, beralamat di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, merupakan salah satu masjid tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Dibangun sekitar abad ke-15, masjid ini erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga (Raden Mas Said), salah satu tokoh sentral Wali Songo. Berbagai sumber sejarah, seperti buku "Sejarah Islam Nusantara" oleh Ustad Rizem Aizid, "Sejarah Wali Songo" karya Zulham Farobi, dan "Buku Pintar Seri Junior" karya M. Iwan Gayo, menyebutkan keterlibatan Wali Songo dalam pembangunan masjid ini, dengan perkiraan tahun pembangunan antara 1477 M atau 1401 Saka.
Masjid Agung Demak bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai masjid kerajaan Demak Bintara dan masjid jami’ (masjid utama) karena letaknya di sebelah barat alun-alun. Arsitektur masjid ini mencerminkan perpaduan budaya dan kearifan lokal, menjadi bukti nyata strategi dakwah Wali Songo yang mengedepankan pendekatan budaya dalam penyebaran Islam. Keberadaan Masjid Agung Demak hingga kini menjadi simbol kebanggaan dan pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Demak dan sekitarnya.
3. Masjid Agung Sunan Ampel: Pusat Penyebaran Islam di Surabaya
Masjid Agung Sunan Ampel, terletak di Kelurahan Ampel, Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur, merupakan warisan berharga dari Sunan Ampel (Raden Rahmat). Didirikan sekitar tahun 1421 M bersama para santrinya, masjid ini memiliki luas bangunan 46,80 x 44,20 m. Keunikan arsitektur masjid ini terletak pada empat tiang utama dari kayu jati berukuran besar (17 x 0,4 x 0,4 m) tanpa sambungan, yang menyangga atap tiga susun. Susunan atap ini melambangkan tiga tingkatan ajaran Islam: Islam, Iman, dan Ihsan.
Seperti yang dikutip dari buku "Masjid-masjid bersejarah di Indonesia" oleh Abdul Baqir Zein, menara masjid menjadi salah satu ikon yang menonjol. Masjid Agung Sunan Ampel tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial, dikelilingi oleh perkampungan padat penduduk dengan berbagai aktivitas ekonomi. Keberadaan makam Sunan Ampel di sebelah kanan masjid semakin memperkuat nilai spiritual dan historis lokasi ini. Masjid ini hingga kini menjadi destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi.
4. Masjid Sunan Giri: Jejak Dakwah di Atas Bukit Kedaton Sidomukti
Masjid Sunan Giri, beralamat di Jalan Sunan Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memiliki sejarah yang unik. Awalnya, seperti yang dicatat Asti Musman dalam buku "Walisongo: Sebuah Biografi", masjid ini dibangun oleh Sunan Giri (Raden ‘Ainul Yaqin) di atas Bukit Kedaton Sidomukti. Namun, pada tahun 1544 M, cucu ketiga Sunan Giri memindahkan masjid ke lokasi yang sekarang, di dekat Makam Sunan Giri.
Arsitektur Masjid Sunan Giri menampilkan ciri khas yang menarik, perpaduan antara unsur Islam dan budaya Jawa. Pintu gapura masjid yang menyerupai Candi Bentar, ornamen bergaya Majapahit, dan pintu masuk ruang utama pria yang mirip Padu Aksara dengan hiasan huruf Arab, menjadi bukti akulturasi budaya yang harmonis. Masjid ini pernah mengalami kerusakan akibat gempa pada tahun 1950 dan telah direnovasi. Namun, ciri khas arsitekturnya tetap dipertahankan, menjadi bukti ketahanan dan kelestarian warisan budaya.
5. Masjid Menara Kudus: Perpaduan Unik Arsitektur Islam dan Hindu
Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus, atau lebih dikenal sebagai Masjid Menara Kudus, terletak di Kudus, Jawa Tengah. Dibangun oleh Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) pada tahun 1549 M, masjid ini merupakan bukti nyata akulturasi budaya yang luar biasa. Seperti yang terlihat dari foto-foto yang beredar, arsitektur masjid ini memadukan unsur Islam dan Hindu. Nama awal masjid ini adalah Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar ("menara"), yang kemudian dikenal sebagai Masjid Menara Kudus karena kepopulerannya, hingga nama kota Kudus (yang berarti "suci") diambil dari nama masjid ini.
Keunikan arsitektur Masjid Menara Kudus terletak pada perpaduan bangunan masjid yang sakral dengan menara yang bergaya candi Hindu. Hal ini menunjukkan strategi dakwah Sunan Kudus yang bijak, mengakomodasi budaya lokal dalam penyebaran Islam. Masjid Menara Kudus menjadi bukti nyata toleransi dan kebijaksanaan dalam proses Islamisasi di Jawa, menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama dapat berdampingan harmonis dengan budaya lokal.
Kelima masjid ini bukan sekadar bangunan tua, tetapi merupakan monumen hidup yang menyimpan kisah perjuangan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Jawa. Keberadaan mereka hingga kini menjadi bukti nyata keberhasilan strategi dakwah yang mengedepankan pendekatan budaya dan toleransi. Lebih dari itu, masjid-masjid ini menjadi warisan berharga bagi bangsa Indonesia, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai agama, sejarah, dan kebudayaan. Sebagai destinasi wisata religi, masjid-masjid ini diharapkan mampu menginspirasi generasi muda untuk meneladani semangat dakwah Wali Songo dan menjaga kelestarian warisan budaya bangsa.