Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam al-Ashfiya—pemimpin para sufi—dan Sulthan al-Auliya—pemimpin para wali Allah—merupakan figur sentral dalam sejarah tasawuf Islam. Pendiri Tarekat Qadiriyah, yang jemaahnya tersebar luas di dunia termasuk Indonesia, hingga kini namanya tetap harum dan dihormati. Kepopulerannya tak lepas dari berbagai karamah—peristiwa-peristiwa luar biasa—yang diyakini terjadi dalam hidupnya. Meskipun beberapa kisah tersebut tampak sulit dipercaya dan melampaui batas nalar manusia, kebenarannya tetap diyakini oleh para pengikutnya dan terdokumentasi dalam berbagai literatur sufi. Berikut lima karamah Syekh Abdul Qadir Jailani yang masyhur, yang menunjukkan kedekatannya dengan Ilahi dan kemuliaan spiritualnya:
1. Berguru Kepada Nabi Khidir AS: Petualangan Spiritual di Irak
Perjalanan spiritual Syekh Abdul Qadir Jailani dimulai dengan pertemuan yang tak terduga di Irak. Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Irak, ia ditemani oleh Nabi Khidir AS, tanpa disadarinya. Nabi Khidir memberikan beberapa syarat kepada Syekh muda ini, yang terpenting adalah larangan untuk menentangnya, karena penentangan akan menyebabkan perpisahan di antara mereka.
Salah satu ujian ketaatan yang dihadapi Syekh Abdul Qadir Jailani adalah perintah Nabi Khidir untuk duduk di tempat tertentu selama tiga tahun lamanya. Selama periode ini, Nabi Khidir mengunjungi Syekh setiap tahun sekali, menekankan pentingnya ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu. Ketaatan dan kesabaran Syekh Abdul Qadir Jailani dalam menjalani ujian ini menjadi kunci diterimanya sebagai murid oleh Nabi Khidir, sebuah kehormatan yang luar biasa bagi seorang pencari kebenaran spiritual. Kisah ini menggambarkan kesungguhan dan ketawaduan Syekh Abdul Qadir Jailani dalam menempuh jalan spiritual yang penuh tantangan. Ia rela meninggalkan kenyamanan duniawi demi mencapai derajat spiritual yang lebih tinggi di bawah bimbingan Nabi Khidir, seorang tokoh legendaris yang dikenal karena ilmunya yang luas dan kemampuannya menyingkap rahasia alam semesta.
2. Menghadapi 100 Ulama Baghdad: Ujian Keilmuan yang Memukau
Kehebatan keilmuan Syekh Abdul Qadir Jailani bukan hanya sekedar legenda. Suatu ketika, seratus ulama fiqih terkemuka dari Baghdad datang mengujinya. Mereka membawa berbagai permasalahan rumit dan pelik dalam bidang fiqih, berharap dapat mengalahkan atau setidaknya menandingi kemampuan Syekh Abdul Qadir Jailani. Namun, ujian ini justru menjadi bukti nyata akan keunggulan Syekh.
Setelah para ulama duduk dalam majelis, Syekh Abdul Qadir Jailani menundukkan kepala. Tiba-tiba, cahaya terang memancar dari dadanya, menembus dada setiap ulama yang hadir. Seketika itu juga, keraguan, kebingungan, dan permasalahan yang mereka siapkan lenyap dari benak mereka. Kegelisahan mereka sirna, digantikan oleh ketenangan dan penerimaan. Setelah itu, Syekh Abdul Qadir Jailani menjawab setiap permasalahan yang diajukan, bukan dengan kata-kata, melainkan dengan ilham langsung yang tertanam di hati masing-masing ulama. Kejadian ini menunjukkan kemampuan Syekh Abdul Qadir Jailani untuk menjangkau hati dan pikiran para ulama, membuktikan keunggulannya bukan hanya dalam ilmu fiqih, tetapi juga dalam kemampuan spiritualnya yang luar biasa. Para ulama, yang sebelumnya datang dengan niat menguji, akhirnya mengakui keunggulan dan kesucian Syekh Abdul Qadir Jailani.
3. Menghidupkan Kembali Tulang Belulang Ayam: Simbol Pembaharuan Spiritual
Kisah ini menggambarkan pengajaran Syekh Abdul Qadir Jailani kepada seorang muridnya. Sang murid, atas perintah Syekh, menjalani riyadhah yang keras, dengan hanya mengonsumsi roti gandum. Kondisi murid yang kurus kering membuat ibunya khawatir dan mendatangi Syekh Abdul Qadir Jailani. Ibu tersebut melihat sisa makanan berupa tulang belulang ayam di hadapan Syekh. Ia mempertanyakan perbedaan perlakuan Syekh terhadap muridnya yang hanya diberi roti gandum, sementara Syekh sendiri tampak menikmati makanan yang lebih lezat.
Sebagai jawaban, Syekh Abdul Qadir Jailani meletakkan tangannya di atas tulang belulang ayam tersebut dan berdoa. Mukjizat terjadi, tulang belulang itu kembali menyatu menjadi seekor ayam yang hidup dan berkokok, memuji kebesaran Allah SWT dan keutamaan Syekh Abdul Qadir Jailani. Kisah ini bukan sekadar tentang menghidupkan tulang belulang, tetapi sebuah simbol pembaharuan spiritual. Ayam yang hidup kembali melambangkan kebangkitan spiritual muridnya, dan pesan Syekh bahwa kesabaran dan ketekunan dalam beribadah akan menghasilkan buah yang manis. Ia menekankan pentingnya mujahadah—perjuangan melawan hawa nafsu—sebagai jalan menuju kesempurnaan spiritual. Hanya setelah murid mencapai tingkat spiritual tertentu, barulah ia diperbolehkan menikmati kenikmatan duniawi yang halal.
4. Menyelamatkan Musafir dari Perampok: Lindungan dari Jarak Jauh
Kisah ini menunjukkan kemampuan Syekh Abdul Qadir Jailani untuk memberikan pertolongan dari jarak jauh. Abu Umar Utsman Ash-Shairafi dan Abu Muhammad Abdul Haq Al-Harimi menceritakan bahwa mereka menyaksikan Syekh Abdul Qadir Jailani melemparkan sandal bakiaknya ke udara. Kejadian ini tampak aneh dan tak terjelaskan saat itu. Namun, 23 hari kemudian, rombongan musafir dari wilayah Ajam datang dan menceritakan pengalaman luar biasa mereka.
Rombongan tersebut dihadang oleh perampok di tengah perjalanan. Saat mereka mengingat Syekh Abdul Qadir Jailani dan bernazar, mereka mendengar teriakan keras yang menggema di lembah. Perampok-perampok itu ketakutan dan saling menyerang satu sama lain. Ternyata, teriakan tersebut adalah suara Syekh Abdul Qadir Jailani yang melempar sandal bakiaknya. Para perampok pemimpinnya tewas, dan harta benda rombongan musafir dikembalikan. Sandal bakiak Syekh ditemukan di samping mayat para perampok. Kisah ini menunjukkan kemampuan Syekh Abdul Qadir Jailani untuk memberikan pertolongan dan perlindungan kepada siapa pun yang mengingat dan memohon pertolongannya, bahkan dari jarak yang sangat jauh. Kejadian ini menegaskan wibawa dan kekuasaan spiritual Syekh yang melampaui batas ruang dan waktu.
5. Menyelamatkan Pedagang dari Kematian dan Kemiskinan: Doa yang Mengubah Takdir
Kisah ini menunjukkan intervensi Syekh Abdul Qadir Jailani dalam mengubah takdir. Seorang pedagang bernama Abu Al-Muzhaffar Hasan bin Tamim Al-Baghdadi diberitahu oleh gurunya, Syekh Hammad, bahwa ia akan dibunuh dan hartanya dirampas dalam perjalanan dagangnya ke Syam. Kecemasan pedagang itu terobati setelah bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menjamin keselamatan dan keberuntungannya.
Pedagang itu memang mendapatkan keuntungan besar, namun ia lupa mengambil uangnya yang tertinggal di toilet umum. Ia kemudian bermimpi dirampok dan dibunuh. Terbangun dengan rasa takut dan bekas luka di lehernya, ia bergegas ke toilet umum dan menemukan uangnya masih utuh. Ia kemudian dihadapkan pada dilema: menemui Syekh Hammad atau Syekh Abdul Qadir Jailani terlebih dahulu. Syekh Hammad menyarankan agar ia menemui Syekh Abdul Qadir Jailani terlebih dahulu. Syekh Abdul Qadir Jailani kemudian menjelaskan bahwa ia telah mendoakannya sebanyak 17 kali, hingga takdir kematian dan kemiskinan yang diramalkan berubah menjadi mimpi dan peristiwa yang tidak berdampak buruk. Kisah ini menunjukkan kekuatan doa dan intervensi ilahi melalui perantara seorang wali Allah seperti Syekh Abdul Qadir Jailani. Ia mampu mengubah takdir seseorang dengan doanya, menyelamatkan pedagang tersebut dari kematian dan kemiskinan. Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh spiritual Syekh Abdul Qadir Jailani dan kedekatannya dengan Allah SWT.
Kelima karamah ini hanyalah sebagian kecil dari banyak kisah luar biasa yang dikaitkan dengan Syekh Abdul Qadir Jailani. Kisah-kisah ini, meskipun sulit diverifikasi secara ilmiah, tetap menjadi bagian penting dari warisan spiritualnya dan menunjukkan kebesaran kekuatan spiritual serta kedekatannya dengan Allah SWT. Bagi para pengikutnya, karamah-karamah ini bukan hanya sekadar cerita, tetapi bukti nyata akan kekuasaan dan kemuliaan Allah SWT yang diwujudkan melalui perantara seorang wali yang suci dan berdedikasi. Kisah-kisah ini terus menginspirasi dan mengingatkan kita akan pentingnya keimanan, ketekunan, dan ketaatan dalam menjalani kehidupan spiritual.