Jakarta – Alam kubur, tahapan perjalanan ruh setelah kematian, kerap digambarkan dalam ajaran Islam sebagai ujian yang menentukan perjalanan selanjutnya menuju surga atau neraka. Kehidupan dunia, dengan segala gemerlapnya, tak akan berarti apa-apa di alam baka. Harta benda, kedudukan, dan bahkan ikatan keluarga yang teramat erat, takkan mampu menemani seseorang di sana. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan, menjadi bekal tunggal dalam menghadapi realitas akhirat yang tak terduga. Oleh karena itu, ikhtiar untuk mempersiapkan diri menghadapi alam kubur menjadi amat penting, termasuk dengan menjalankan amalan-amalan yang diyakini dapat menjadi penyelamat dari siksa kubur. Namun, perlu diingat bahwa segala sesuatu, termasuk keselamatan dari siksa kubur, tetap berada di tangan Allah SWT. Kelima amalan berikut ini, berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dan interpretasi ulama, diyakini dapat menjadi benteng pertahanan di alam kubur, meskipun bukan jaminan mutlak.
1. Keutamaan Kalimat Thayyibah: Benteng Perlindungan dari Siksa Kubur
Pengulangan kalimat "La ilaha illallah" (tiada Tuhan selain Allah), merupakan inti ajaran Islam dan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Kalimat ini bukan sekadar syahadat, pengakuan keesaan Tuhan, melainkan juga merupakan benteng pertahanan spiritual yang melindungi hamba dari berbagai macam bahaya, termasuk siksa kubur. Hadis-hadis Nabi SAW menunjukkan betapa pentingnya konsistensi dalam mengucapkan kalimat tauhid ini.
Rasulullah SAW bersabda, bahwa orang yang senantiasa mengucapkan kalimat thayyibah akan merasakan ketenangan jiwa saat menghadapi kematian. Ketenangan ini tak hanya sebatas perasaan, melainkan juga mencerminkan kesiapan spiritual yang telah terbangun melalui keimanan yang kokoh. Keberadaan kalimat thayyibah dalam hati dan lisan seseorang diyakini mampu memberikan kekuatan batin saat menghadapi proses kematian dan ujian di alam kubur.
Lebih lanjut, hadis lain menyebutkan keutamaan membaca "La ilaha illallah al-malikul-haqqul-mubiin" (Tiada Tuhan selain Allah, Raja yang benar, yang nyata). Pengulangan kalimat ini secara rutin, bukan sekadar amalan verbal, melainkan juga merupakan bentuk pengukuhan keimanan yang mendalam. Pengulangan yang konsisten ini diyakini mampu menanamkan keyakinan yang kuat akan keesaan Allah SWT dan menjadikan seseorang lebih siap menghadapi segala macam cobaan, termasuk siksa kubur. Keutamaan ini bukan sekadar janji, melainkan refleksi dari penghayatan iman yang mendalam dan konsisten.
2. Syahid di Jalan Allah: Amalan yang Berkelanjutan Hingga Hari Kiamat
Meninggal dunia dalam keadaan berjuang di jalan Allah SWT, atau yang dikenal dengan istilah syahid fi sabilillah, merupakan salah satu amalan yang diyakini memiliki keutamaan luar biasa. Hadis Nabi SAW menjelaskan bahwa amal seorang syahid akan terus mengalir pahalanya hingga hari kiamat. Hal ini menunjukkan bahwa pengorbanan dan perjuangan di jalan Allah SWT memiliki dampak yang abadi, melampaui batas kehidupan duniawi.
Hadis yang diriwayatkan oleh Fadhdhalah ibn Ubaid menekankan bahwa setiap amal perbuatan akan berhenti setelah kematian, kecuali bagi mereka yang meninggal saat bertugas di jalan Allah. Amal mereka akan terus mengalir, menjadi syafaat di akhirat, dan melindungi mereka dari fitnah kubur. Ini menunjukkan bahwa pengabdian yang tulus dan ikhlas di jalan Allah akan memberikan balasan yang tak terbatas, termasuk keselamatan dari siksa kubur. Namun, penting untuk memahami konteks "berjuang di jalan Allah" yang tidak hanya berarti perang fisik, melainkan juga segala bentuk perjuangan untuk menegakkan agama dan kebaikan.
3. Surah Al-Mulk: Perisai dari Siksa Kubur
Surah Al-Mulk, salah satu surah dalam Al-Qur’an, diyakini memiliki keutamaan luar biasa sebagai penangkal siksa kubur. Hadis yang dishahihkan oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahaby menyebutkan bahwa membaca surah ini setiap malam sebelum tidur dapat memberikan perlindungan dari siksa kubur. Keutamaan ini menunjukkan bahwa pengamalan Al-Qur’an, khususnya dengan memahami dan menghayati maknanya, memiliki dampak yang sangat signifikan dalam persiapan menghadapi akhirat.
Membaca surah Al-Mulk bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Melalui bacaan dan pemahaman terhadap isi surah ini, seseorang diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian di alam kubur. Para sahabat Rasulullah SAW sendiri menyebut surah ini sebagai "Al-Maani’ah," yang berarti penangkal atau pencegah dari azab kubur. Ini menunjukkan keyakinan yang kuat akan keutamaan surah ini dalam memberikan perlindungan di alam kubur.
4. Meninggal Dunia di Hari Jumat: Kemungkinan Terhindar dari Siksa Kubur
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr menjelaskan bahwa orang yang meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terhindar dari siksa kubur. Namun, perlu digarisbawahi bahwa ini hanya kemungkinan, bukan jaminan mutlak. Allah SWT maha mengetahui segalanya, dan hanya Dia yang mengetahui takdir setiap individu.
Meskipun hadits ini memberikan harapan dan dorongan untuk berikhtiar agar mendapatkan husnul khatimah (kematian yang baik), penting untuk tidak terjebak dalam kesombongan atau kecenderungan untuk menjadi malas beramal hanya karena mengharapkan kematian pada hari Jumat. Buya Yahya, seorang ulama terkemuka, menekankan bahwa kematian pada hari Jumat bukan jaminan ampunan dosa. Oleh karena itu, ikhtiar dan doa tetap menjadi hal yang penting dalam persiapan menghadapi akhirat.
5. Meninggal Dunia karena Sakit Perut: Kematian Syahid dan Bebas dari Siksa Kubur
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Yasar menjelaskan bahwa orang yang meninggal dunia karena sakit perut tidak akan disiksa di kubur. Hadis ini menunjukkan bahwa ada keadaan-keadaan tertentu yang diyakini dapat mempermudah perjalanan ruh ke akhirat. Namun, sama seperti poin sebelumnya, ini bukan jaminan mutlak.
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahkan menyatakan bahwa orang yang meninggal karena sakit perut akan mati dalam keadaan syahid. Ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan tertentu yang diberikan Allah SWT kepada mereka yang meninggal dalam keadaan tersebut. Namun, sekali lagi, kita perlu mengingat bahwa semua kembali kepada kehendak Allah SWT.
Kesimpulan: Ikhtiar dan Tawakkal kepada Allah SWT
Kelima amalan di atas merupakan ikhtiar yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi alam kubur. Namun, penting untuk mengingat bahwa segalanya tetap berada di tangan Allah SWT. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah adalah kunci utama dalam menghadapi segala macam cobaan dan ujian, termasuk siksa kubur. Amalan-amalan ini harus dilakukan dengan ikhlas dan semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan hanya sebatas ritual belaka. Semoga Allah SWT memberikan kita husnul khatimah dan keselamatan di alam kubur. Amin.