Islam, sebagai agama yang rahmatan lil-‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), senantiasa menekankan pentingnya kemudahan, keadilan, dan saling membantu di antara sesama manusia. Prinsip ini terpatri kuat dalam ajarannya, yang secara eksplisit melarang tindakan yang mempersulit atau menyengsarakan orang lain. Pelanggaran terhadap prinsip ini, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits, akan berbuah konsekuensi yang signifikan, baik di dunia maupun di akhirat.
Al-Qur’an sebagai Landasan Kemudahan:
Ayat Al-Qur’an yang paling sering dikutip dalam konteks ini adalah Surah Al-Baqarah ayat 185: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185). Ayat ini menjadi landasan fundamental bagi seluruh ajaran Islam yang menekankan kemudahan dan keringanan, baik dalam urusan ibadah maupun muamalah (interaksi sosial dan ekonomi). Allah SWT, dalam kebijaksanaan-Nya yang maha luas, tidak menghendaki kesulitan bagi hamba-Nya. Justru sebaliknya, Allah SWT senantiasa memberikan jalan keluar dan kemudahan bagi mereka yang berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Interpretasi ayat ini tidak hanya terbatas pada ibadah ritual semata, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Kemudahan yang dimaksud mencakup segala hal yang dapat meringankan beban hidup manusia, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Hadits sebagai Penegasan Larangan Mempersulit:
Hadits Nabi Muhammad SAW semakin memperkuat larangan mempersulit sesama. Salah satu hadits yang shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim, berbunyi: "Barang siapa yang mempersulit urusan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan mempersulit urusannya di akhirat." (HR. Muslim). Hadits ini secara tegas memberikan peringatan keras terhadap mereka yang sengaja mempersulit kehidupan orang lain. Perbuatan tersebut tidak hanya dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji, tetapi juga sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Konsekuensi yang dijanjikan, yaitu kesulitan di akhirat, menunjukkan betapa seriusnya Allah SWT memandang tindakan mempersulit sesama. Kesulitan yang dimaksud tidak hanya terbatas pada kesulitan materi, tetapi juga dapat mencakup kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kesulitan dalam mendapatkan keadilan, kesulitan dalam mencapai tujuan hidup, dan kesulitan dalam menghadapi ujian hidup.
Lebih lanjut, hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No. 1828) menjelaskan: "Ya Allah, barangsiapa yang mengurus urusan umatku, lalu dia menyulitkan umatku, maka persulitlah dia. Dan siapa yang mengurus urusan umatku, lalu dia mencintai umatku, maka cintailah dia." Hadits ini menekankan tanggung jawab pemimpin dan mereka yang diberi amanah untuk mengurus urusan umat. Mereka diwajibkan untuk bertindak adil, memudahkan urusan rakyatnya, dan menghindari segala bentuk tindakan yang dapat menyulitkan atau menindas. Hadits ini juga menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal atas setiap perbuatan, baik berupa pahala bagi mereka yang berbuat baik maupun siksa bagi mereka yang berbuat buruk. Keadilan Ilahi akan ditegakkan di akhirat kelak.
Islam: Agama yang Mudah dan Luas (Yusr dan Was’iyyah):
Konsep "al-islamu dinun yusrun wus’atun" (Islam adalah agama yang mudah dan luas) menjadi inti ajaran Islam. Kemudahan ini bukan berarti mengurangi esensi ajaran, melainkan menekankan pada metode dan pendekatan yang bijaksana dalam menjalankan ajaran agama. Islam tidak menghendaki kesulitan dan beban yang berlebihan bagi umatnya. Justru sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk mencari kemudahan dan solusi dalam menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama. Kemudahan ini juga mencakup fleksibilitas dalam beribadah sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Prinsip ini menjadi penyeimbang terhadap kecenderungan manusia untuk mempersulit diri sendiri atau orang lain dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. Was’iyyah (keluasan) menunjukan bahwa Islam mampu mengakomodasi perbedaan budaya dan konteks sosial, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar ajarannya.
Memudahkan Urusan Orang Lain: Sebuah Amalan yang Mulia:
Hadits-hadits lain juga menekankan pentingnya memudahkan urusan orang lain. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada seseorang yang mempersulit agama ini kecuali ia akan kalah (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan al-ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-rauhah (berangkat setelah dhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam)." Hadits ini kembali menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mudah, dan mempersulit agama hanya akan membawa kesulitan bagi pelakunya. Lebih dari itu, hadits ini juga menyerukan umatnya untuk selalu mencari kemudahan dan menjauhi segala bentuk kesulitan, baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah juga menjelaskan pahala yang besar bagi mereka yang memudahkan urusan orang lain: "Barang siapa melapangkan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan di dunia, maka Allah SWT akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat." Hadits ini secara gamblang menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersedia membantu dan memudahkan urusan orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Pahala ini bukan hanya sekedar imbalan duniawi, melainkan juga mencakup kemudahan dan pertolongan dari Allah SWT di akhirat kelak. Ini menunjukkan betapa pentingnya tindakan memudahkan urusan sesama dalam perspektif Islam.
Kesimpulan:
Ajaran Islam secara tegas melarang tindakan yang mempersulit sesama. Al-Qur’an dan Hadits memberikan landasan yang kuat bagi larangan ini, dengan menekankan pentingnya kemudahan, keadilan, dan saling membantu. Memudahkan urusan orang lain merupakan amal yang mulia dan akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, mempersulit urusan orang lain akan berbuah kesulitan dan siksa. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya senantiasa berpegang teguh pada prinsip kemudahan dan keadilan dalam seluruh aspek kehidupannya, dan menghindari segala bentuk tindakan yang dapat menyulitkan atau menindas sesama. Penerapan prinsip ini akan menciptakan masyarakat yang harmonis, adil, dan penuh dengan kasih sayang. Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari masyarakat yang selalu mengutamakan kemudahan dan keadilan sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil-‘alamin.