Lagu "Ramadan" karya Maher Zain, yang dirilis pada tahun 2013, telah menjadi lantunan populer yang menghiasi bulan suci Ramadan di seluruh dunia. Kepopulerannya tidak hanya didorong oleh melodi yang menenangkan dan merdu, tetapi juga oleh liriknya yang sarat makna, menggugah spiritualitas, dan mampu menjangkau hati umat Muslim lintas budaya. Tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk Arab dan Indonesia, lagu ini menjadi bukti kekuatan musik dalam menyampaikan pesan keagamaan yang universal.
Lirik lagu "Ramadan" dalam bahasa Arab, yang dipenuhi dengan metafora puitis dan ungkapan-ungkapan yang kaya akan nuansa spiritual, mengungkapkan kerinduan mendalam akan kedatangan bulan Ramadan. Bait-baitnya menggambarkan Ramadan sebagai "cahaya hilal" (Ya nural hilal), mengingatkan akan keindahan dan cahaya spiritual yang dibawa bulan suci ini. Ungkapan "fassyauqu thaal" (rindu ini telah lama) menunjukkan kerinduan yang telah lama terpendam, menunjukkan betapa dinantikan kedatangan bulan penuh berkah ini.
Lebih lanjut, lirik tersebut melukiskan pengaruh Ramadan terhadap jiwa manusia. Ungkapan "Walqalbu sama nahwassama mutarannima" (Hati ini terus naik ke langit, sembari tumbuh) menggambarkan ketenangan dan kedamaian batin yang dirasakan ketika beribadah di bulan Ramadan. Hati yang dipenuhi dengan keimanan seakan-akan terangkat ke langit, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Bait-bait selanjutnya menunjukkan permohonan agar Ramadan tetap ada, agar berkahnya terus dirasakan. Ungkapan "La la tanqadir anta lirruhi dawa" (Jangan, jangan habis, engkau bagi ruh adalah obat) menunjukkan betapa pentingnya Ramadan sebagai penawar bagi jiwa yang haus akan spiritualitas. Ramadan digambarkan sebagai "obat" yang menyembuhkan kehausan rohani dan memberikan kekuatan batin.
Pengulangan kata "Ramadan" menunjukkan penekanan dan pengagungan terhadap bulan suci ini. Penggunaan kata "ya habib" (wahai kekasih) menunjukkan keakraban dan kasih sayang yang mendalam terhadap bulan Ramadan, seakan-akan Ramadan dianggap sebagai seorang kekasih yang sangat dicintai.
Lirik dalam bahasa Arab juga memuat ungkapan pujian dan syukur kepada Allah SWT. Bait "Fikal hubbu zad ammal ibad ya khaira zaad" (Cinta ini selalu bertambah kepadamu, menyeluruh seluruh hamba, wahai sebaik-baik perbekalan) menunjukkan betapa besarnya cinta dan syukur umat Muslim kepada Allah SWT atas karunia Ramadan. Ramadan dianggap sebagai "perbekalan" yang paling baik untuk perjalanan spiritual manusia.
Bait "Ramadhan ya syahral qur’an fika adzuq halawatal iman" (Ramadan wahai bulan Al-Qur’an, padaku aku merasakan manisnya iman) menunjukkan hubungan erat antara Ramadan dan Al-Qur’an. Bulan Ramadan adalah waktu yang paling baik untuk mendalami dan memahami ajaran Al-Qur’an, sehingga iman menjadi semakin kuat dan manis.
Lirik lagu dalam bahasa Indonesia menawarkan interpretasi yang lebih sederhana tetapi tidak kurang mendalam. Ungkapan "Ku menantimu Saban waktu" menunjukkan kerinduan yang terus menerus akan kedatangan Ramadan. Ungkapan "Kau suluh hatiku Dengan sinar Kudus kasihmu" menggambarkan Ramadan sebagai sumber cahaya dan kasih sayang dari Allah SWT.
Bait-bait dalam versi Indonesia juga menunjukkan permohonan agar Ramadan tetap ada dan berkahnya terus dirasakan. Ungkapan "Ku mohon usah pergi" menunjukkan permohonan agar Ramadan tidak cepat berlalu. Ungkapan "Rahmat melimpah Damainya ku rasakan" menunjukkan perasaan damai dan tentram yang dirasakan ketika berada di bulan Ramadan.
Pengulangan kata "Ramadan" dalam versi Indonesia juga menunjukkan penekanan dan pengagungan terhadap bulan suci ini. Penggunaan kata "Ramadan di hati" menunjukkan betapa pentingnya Ramadan dalam hati umat Muslim.
Baik lirik Arab maupun Indonesia menunjukkan tema utama yang sama, yaitu kerinduan, pengharapan, dan syukur atas kedatangan bulan Ramadan. Kedua versi lirik ini mampu mengungkapkan perasaan dan pengalaman spiritual yang mendalam terkait dengan bulan Ramadan.
Studi yang dipublikasikan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya menunjukkan bahwa lirik lagu "Ramadan" Maher Zain mengandung pesan dakwah yang luas. Pesan dakwah ini dikategorikan menjadi tiga aspek utama: akidah, akhlak, dan syariah. Aspek akidah terlihat dari pengakuan keesaan Allah SWT dan kepercayaan terhadap kekuasaan-Nya. Aspek akhlak terlihat dari ajakan untuk meningkatkan keimanan, kesabaran, dan kebaikan. Aspek syariah terlihat dari ajakan untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan.
Kesimpulannya, lagu "Ramadan" Maher Zain bukan sekadar lagu religi biasa. Ia merupakan karya seni yang berhasil menggabungkan keindahan melodi dengan kedalaman pesan spiritual. Liriknya, baik dalam bahasa Arab maupun Indonesia, mampu mengungkapkan kerinduan mendalam akan bulan Ramadan serta menginspirasi pendengarnya untuk meningkatkan keimanan dan kebaikan. Keberhasilan lagu ini dalam menyampaikan pesan dakwah menunjukkan potensi musik religi dalam menjangkau hati dan menginspirasi umat Muslim di seluruh dunia. Penggunaan bahasa yang puitis dan metafora yang tepat membuat lagu ini tidak hanya mudah dipahami tetapi juga mampu menciptakan kesan yang mendalam di hati pendengarnya. Kepopuleran lagu ini menunjukkan bahwa musik dapat menjadi media dakwah yang efektif dan menarik, menjangkau berbagai kalangan usia dan latar belakang. Oleh karena itu, lagu "Ramadan" Maher Zain layak dijadikan sebagai contoh karya seni religi yang berkualitas dan bermakna.