ERAMADANI.COM, – Konflik Natuna Indonesia dan China kini tengah memanas sebab masuknya kapal perang China ke Kepulauan Natuna, sehinga selama beberapa waktu terakhir ini, menjadi sumber permasalahan.
Selain itu pihak China juga mengakui bahwa wilayah itu sebagai daerah perairannya, sehingga menjadi sumber perdebatan yang menjadi buah bibir di masyarakat.
Namun meski tengah berkonflik di Natuna, kondisi kerjasama perekonomian antara Indonesia dan China tetap kondusif dan stabil.
Konflik Tatuna, Kerjasama Dua Negara Berajalan Kondusif
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, mengatakan perdagangan RI-China tak terpengaruh konflik di perairan Natuna.
Ia juga menjelaskan bahwa transaksi perdagangan antara kedua negara tersebut, bisa disebut berjalan seperti biasanya.
“Saya pikir jelas, kalau ada pelanggaran ditindak. Perdagangan ya jalan begitu saja,” ujarnya, Selasa (07/1/2020) lalu.
Sebagaimana diketahui, hubungan Indonesia dan China memanas karena kapal nelayan China menerobos Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di perairan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Jerry menilai perdagangan dua negara tetap berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. “Perdagangan ya saya pikir itu sesuatu yang harus dijalankan sesuai prosedur, norma dan kesepakatan. Sesimpel itu,” imbuh Jerry.
Untuk diketahui, China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia ke China pada November 2019 mencapai US$2,41 miliar.
Di sisi lain, impor dari China lebih tinggi mencapai US$15,34 miliar. Tak heran, Indonesia masih mengalami defisit dagang dengan Negeri Tirai Bambu.
Tak hanya dari sisi perdagangan, China juga lakon utama dalam investasi di Indonesia. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi China mencapai US$1.023 miliar pada kuartal III 2019.
Nilai investasi tersebut, menempatkan China pada posisi kedua negara dengan investasi terbesar setelah Singapura.
Sementara, konflik Natuna menuai berbagai reaksi baik dari menteri hingga masyarakat. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk memberikan nota protes terhadap klaim Natuna.
Sebaliknya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto lebih memilih jalur diplomasi lantaran China merupakan negara sahabat. (IAA)