ERAMADANI.COM, DENPASAR – Komunitas GPAN (Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara) akan mengelar diskusi melalui kelas online Minggu ini, dengan tema “How To Manage Panic“, atau stigma vs Virus Corona.
Melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat, tentunya akan jadi tanda tanya besar, bagaimana cara supaya kita tidak terpengaruh kondisi masyarakat, yang cenderung menyebabkan kepanikan.
Kelas online diadakan diaplikasi social media whatsapp dengan total peserta 240 orang se-Indonesia. Kelas online ini dilaksanakan pada hari Sabtu (11/04/2020) dari pukul 19.00 hingga 21.00 wib.
Narasumber yang didapuk menjadi pembicara adalah Fatma Puri Sayekti (Dosen Psikologi – IAIN Kediri/ Penggerak Komunitas Guru Belajar Kediri/Founder TBM Puri Anjali). Sedangkan untuk moderator dipegang oleh Indri Maisarah dari GPAN Madiun.
Diskusi Melalui Kelas Online
Kelas Online tersebut, dibuka dengan proses tanya jawab yang menarik. Sehingga peserta kelas online tidak bosan.
Ketika pemerintah sudah berupaya memerangi hoaks, langkah selanjutnya adalah upaya dari diri kita masing-masing. Tidak usah terlalu bergantung pada orang lain dan berharap situasi akan membaik.
Jika kita sendiri tidak mau berubah sikap. Berita memang akan terus ada. selama masih ada profesi wartawan dan buzzer, tentu produksi berita tidak akan pernah berhenti.
“Saya juga secara reguler mematikan ponsel 6 jam sehari di waktu-waktu aktif, misal jam 10.00-16.00 atau 12.00 s.d 18.00. Jadi mending sekalian nggak ngerti apa-apa. lumayan, mengistirahatkan otak dan hati sejenak” jelasnya secara rinci.
Fatma juga menjawab pertanyaan dari peserta mengenai rasa empati yang seharusnya diutamakan ketika ada oknum yang sengaja menimbun harga masker dan hand sanitizer dengan harga fantastis.
“Kalau bicara perilaku, kompleks sekali ya bagaimana terbentuknya. dan perilaku adalah wujud dari pikiran dan perasaan seseorang,” ungkapnya.
“Ada hubungannya dengan bagaimana pemaknaan orang tersebut terhadap suatu situasi, lalu otaknya membentuk sikap tertentu,” ujarnya.
“Sikap positif misalnya berniat membeli barang kebutuhan secukupnya, sedangkan sikap negatif misalnya cemas berlebihan, berkeinginan memborong barang, dan cuek pada sekitar,” imbuhnya.
Cara Memberikan edukasi pada Masyarakat
Pembahasan paling seru dalam kelas online ini adalah cara memberikan edukasi ke masyarakat agar tidak ada lagi kasus penolakan jenazah pasien covid 19 yang berasal dari masyarakat dan tenaga media. Seperti kasus viral yang diberitakan di televisi.
“Jadi sembari sosialisasi, sembari stakeholders turun tangan langsung. Mencontohkan bahwa dalam situasi yang mematuhi protokol, semua bisa aman,” pungkasnya.
Fatma juga memberikan tips memberikan semangat bagi pasien positif covid 19 dan menumbuhkan empati bagi OTG,ODP dan PDP dalam kelas online.
“Empati perlu dimiliki semua yang sehat, sakit, dan ODP. Bagi yang sehat empati untuk tidak memberikan label negatif pada pasien positif. Bagi ODP dan pasien,” ungkapnya.
“Empati dengan isolasi diri dan nggak dekat-dekat dengan orang lain sebelum masa isolasi selesai. ODP empati dengan jujur ketika ditanya dokter,” tuturnya.
“Cara menyemangati yang sakit, tetap kontak mereka dengan ponsel (karena tidak boleh dijenguk), buat mereka merasa punya orang-orang sekitar yang mendukung dan menyayanginya,” ujarnya.
“Mengingatkan untuk tetap berdoa yang banyak, dan ikuti semua saran dokter sampai sembuh. Bismillah, yakinkan bahwa corona ini penyakit yang bisa disembuhkan. setelah ikhtiar, lalu tawakkal” selorohnya.
Terakhir Fatma menjelaskan sikap yang bisa diambil oleh masyarakat agar tidak salah menghadapi corona di masyarakat yang penduduknya mayoritas orang tua dan lansia.
Di akhir kelas online ini para peserta diajak membuat kampanye ajakan kebaikan di secarik kertas dengan caption bebas.
Ditambah demgan kata-kata dari tokoh muda Najwa Shihab yakni “Jaga jarak dengan penyakit, bukan dengan kemanusiaan”.
Kampanye kebaikan ini disebarkan diseluruh platform social media peserta. Sejalan dengan tema diskusi kemarin malam. (HAD)