Jakarta – Anggur, buah surgawi yang disebut sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an, bukan sekadar komoditas pertanian biasa. Ia menyimpan makna spiritual yang dalam, tercermin dalam berbagai ayat suci dan kisah-kisah inspiratif yang melibatkan Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an sendiri menyinggung keistimewaan anggur dalam beberapa surah, menunjukkannya sebagai salah satu anugerah Allah SWT yang patut disyukuri.
Surah An-Nahl ayat 11, misalnya, mengungkapkan peran air hujan dalam menumbuhkan berbagai tumbuhan, termasuk zaitun, kurma, dan anggur: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” Ayat ini mengajak umat manusia untuk merenungkan kebesaran Allah SWT yang menciptakan beragam jenis tumbuhan, di antaranya anggur yang memiliki nilai gizi dan manfaat yang luar biasa.
Surah Al-Isra ayat 91 juga menyebutkan anggur dalam konteks keindahan dan kelimpahan yang diberikan Allah: “(….) atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,…” Ayat ini menggambarkan keindahan sebuah kebun yang ditanami kurma dan anggur, disiram oleh aliran sungai yang deras, sebagai simbol keberkahan dan kelimpahan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang bersyukur.
Selanjutnya, Surah Ar-Ra’d ayat 4 melukiskan keanekaragaman hasil bumi, termasuk anggur, dan menekankan kebijaksanaan Allah SWT dalam menciptakan perbedaan rasa di antara berbagai jenis tumbuhan: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.” Ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai keanekaragaman ciptaan Allah SWT dan memahami hikmah di balik perbedaan yang ada.
Di luar konteks ayat-ayat Al-Qur’an, anggur juga memiliki nilai kesehatan yang signifikan. Berbagai penelitian menunjukkan manfaat konsumsi anggur bagi kesehatan, seperti meningkatkan daya ingat, menjaga kesehatan kulit dan mata, menurunkan kadar kolesterol, serta berpotensi menghambat pertumbuhan tumor dan kanker. Buku “7 Buah-buahan Istimewa dalam Al-Quran dan Manfaatnya bagi Kesehatan Manusia” karya Hamid Sakti Wibowo merupakan salah satu rujukan yang mendeskripsikan berbagai manfaat kesehatan dari buah anggur.
Namun, lebih dari sekadar nilai gizi dan kesehatan, anggur juga menghiasi kisah-kisah kehidupan Rasulullah SAW, mencerminkan nilai-nilai luhur seperti keikhlasan, empati, dan kedermawanan. Salah satu kisah yang menarik adalah kisah Rasulullah SAW dan hadiah anggur masam dari seorang lelaki miskin, seperti yang dikisahkan dalam buku “Hidup bersama Rasulullah Muhammad SAW” karya Daeng Naja.
Kisah ini menceritakan tentang seorang lelaki miskin yang datang kepada Rasulullah SAW membawa sebuah mangkuk berisi anggur sebagai hadiah. Peristiwa ini menunjukkan keikhlasan lelaki miskin tersebut, yang memberikan apa yang dimilikinya, meskipun hanya sedikit, kepada Rasulullah SAW. Sikap dermawan ini merupakan teladan bagi kita untuk selalu berbagi dengan sesama, tanpa memandang besar kecilnya bantuan yang diberikan.
Berbeda dengan kebiasaan Rasulullah SAW yang biasanya membagikan sedekah kepada para sahabat, kali ini beliau memakan anggur tersebut sendiri, satu per satu, sambil tersenyum. Hal ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW sangat menghargai keikhlasan lelaki miskin tersebut. Senyum Rasulullah SAW merupakan ungkapan syukur dan apresiasi terhadap hadiah yang diberikan.
Para sahabat yang menyaksikan peristiwa ini merasa heran, karena itu adalah hal yang jarang terjadi. Rasulullah SAW biasanya membagikan makanan yang diberikan kepada beliau kepada para sahabat. Namun, dalam kisah ini, beliau memakan anggur tersebut sendiri hingga habis. Hal ini menunjukkan betapa tinggi nilai empati Rasulullah SAW terhadap orang miskin tersebut.
Setelah anggur habis dimakan, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mengajak kami ikut makan bersamamu?” Pertanyaan ini menunjukkan keingintahuan para sahabat dan juga menunjukkan kedekatan mereka dengan Rasulullah SAW.
Jawaban Rasulullah SAW menunjukkan kedalaman empati dan kebijaksanaan beliau. Beliau menjawab dengan tersenyum, “Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam. Dan aku khawatir jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan ada yang menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu.”
Jawaban Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa beliau sangat memperhatikan perasaan orang lain. Beliau tidak ingin kebahagiaan orang miskin tersebut rusak hanya karena rasa anggur yang masam. Beliau lebih mementingkan kebahagiaan orang lain daripada keinginan pribadi beliau.
Kisah ini memberikan pelajaran yang berharga bagi kita tentang pentingnya keikhlasan, empati, dan kedermawanan. Keikhlasan lelaki miskin dalam memberikan hadiah kepada Rasulullah SAW patut diapresiasi. Empati Rasulullah SAW dalam memperhatikan perasaan orang lain juga merupakan teladan yang luar biasa. Dan kedermawanan Rasulullah SAW dalam menghargai keikhlasan orang lain merupakan contoh yang patut kita ikuti.
Lebih jauh lagi, kisah ini mengajarkan kita tentang seni menghargai setiap bentuk kedermawanan, sekecil apapun. Anggur masam itu bukan sekadar buah, melainkan simbol keikhlasan dan kesederhanaan yang bernilai tinggi di mata Rasulullah SAW. Sikap Rasulullah SAW menunjukkan bahwa nilai sebuah hadiah tidak selalu diukur dari nilai materinya, melainkan dari keikhlasan dan niat baik dari pemberinya.
Sebagai penutup, kisah Rasulullah SAW dan anggur masam ini bukan sekadar kisah sejarah, melainkan sebuah pelajaran yang berharga bagi kehidupan kita sehari-hari. Ia mengajarkan kita untuk selalu bersikap ikhlas dalam berbagi, empati terhadap perasaan orang lain, dan menghargai setiap bentuk kedermawanan, sekecil apapun. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.