Jakarta – Dalam khazanah kisah para nabi dan rasul, perjalanan hidup Nabi Ishaq AS, putra Nabi Ibrahim AS yang mulia, menawarkan pelajaran berharga tentang kesabaran, keimanan, dan kebesaran kuasa Allah SWT. Salah satu episode penting dalam hidupnya adalah pernikahannya dengan seorang wanita Irak bernama Ribka, dan karunia ilahi berupa kelahiran sepasang anak kembar, Esau dan Ya’qub. Kisah ini, sebagaimana diulas dalam berbagai literatur keagamaan, bukan sekadar catatan sejarah, melainkan refleksi atas kekuatan doa, pentingnya silsilah keturunan dalam konteks kenabian, dan takdir ilahi yang menentukan jalan hidup manusia.
Pernikahan Nabi Ishaq AS: Sebuah Pertemuan yang Ditakdirkan
Nabi Ishaq AS, sebagaimana dikisahkan dalam buku "Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul" karya Ahmad Fatih, S.Pd., menjalani masa lajang yang cukup panjang. Keinginan Nabi Ibrahim AS untuk melihat cucunya menggerakkan langkah untuk mencarikan jodoh yang tepat bagi putranya. Langkah ini bukan sekadar upaya manusia biasa, melainkan sebuah proses yang diyakini dibimbing oleh kehendak Ilahi.
Pilihan jatuh pada Ribka (juga dikenal sebagai Rifqah atau Rafiqah), putri Betuel bin Nahor. Yang menarik, Nahor merupakan saudara kandung Nabi Ibrahim AS. Hal ini menunjukkan sebuah silsilah keturunan yang kuat dan terhubung langsung dengan garis kenabian. Pernikahan ini bukan sekadar persatuan dua individu, melainkan sebuah ikatan yang dirancang untuk mempertahankan dan melanjutkan misi kenabian dalam garis keturunan Ibrahim AS. Ribka, sekaligus menjadi anak perempuan dari saudara sepupu Ishaq, merupakan titik temunya dua garis keturunan yang berasal dari akar yang sama. Pernikahan ini menunjukkan betapa Allah SWT mengarahkan langkah para nabi-Nya untuk mempertahankan kesucian garis keturunan yang diberkahi.
Pernikahan Nabi Ishaq AS dengan Ribka terjadi ketika beliau berusia empat puluh tahun. Ribka kemudian meninggalkan tanah kelahirannya di Irak dan berhijrah ke Palestina untuk menemani suaminya. Keputusan ini menunjukkan keikhlasan dan kepatuhan Ribka terhadap kehendak suami dan Allah SWT. Peristiwa hijrah ini juga menunjukkan sebuah simbol pengorbanan dan komitmen dalam membangun keluarga yang berlandaskan iman. Palestina, tanah yang diberkahi, menjadi saksi bisu atas perjalanan hidup keluarga Nabi Ishaq AS.
Doa dan Kesabaran: Menanti Karunia Ilahi
Setelah menikah, Nabi Ishaq AS dan Ribka menghadapi sebuah tantangan yang tidak mudah. Ribka, ternyata memiliki kondisi mandul, sama seperti ibu Nabi Ishaq AS sebelumnya. Namun, tantangan ini tidak mematahkan semangat mereka. Sebaliknya, hal ini menjadi momentum untuk menguatkan iman dan kesabaran mereka kepada Allah SWT.
Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya doa dan kesabaran dalam menjalani hidup. Nabi Ishaq AS tidak menyerah pada kondisi yang ada. Beliau terus berdoa dengan penuh keimanan dan kepasrahan kepada Allah SWT, memohon karunia keturunan untuk melanjutkan misi kenabian dan risalah dakwah. Doa yang dipanjatkan bukan sekadar ucapan lisan, melainkan sebuah ungkapan hati yang penuh dengan keyakinan dan penyerahan diri kepada kekuasaan Allah SWT. Ribka, sebagai istri yang salehah, tentunya ikut berdoa dan mendukung suaminya dalam upaya ini. Kesabaran mereka menunjukkan sebuah ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi ujian hidup.
Kelahiran Esau dan Ya’qub: Anugerah Tak Ternilai
Setelah bertahun-tahun menunggu dengan penuh kesabaran dan doa, Allah SWT akhirnya mengabulkan permohonan Nabi Ishaq AS dan Ribka. Pada usia enam puluh tahun, Ribka melahirkan bayi kembar laki-laki. Kelahiran ini bukan sekadar kegembiraan pribadi, melainkan sebuah anugerah yang besar bagi umat manusia. Allah SWT menganugerahi Nabi Ishaq AS dua putra yang akan memperkuat garis keturunan kenabian.
Kedua bayi tersebut diberi nama Esau dan Ya’qub. Kelahiran mereka diiringi dengan detail yang menarik. Esau dilahirkan dengan tubuh berwarna merah dan banyak bulu di seluruh tubuhnya. Sedangkan Ya’qub dilahirkan dalam posisi memegang tumit kakaknya. Detail-detail ini bukan sekadar deskripsi fisik, melainkan mungkin merupakan lambang dari sifat dan perjalanan hidup mereka di masa mendatang. Allah SWT mengingatkan kita tentang kelahiran Ya’qub dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 72: "Dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh."
Ayat ini menegaskan bahwa kelahiran Ishaq dan Ya’qub merupakan anugerah dari Allah SWT. Kedua putra Nabi Ishaq AS ini dijadikan orang-orang yang saleh, menunjukkan bahwa Allah SWT telah memilih mereka untuk menjadi bagian dari garis keturunan yang diberkahi. Ya’qub, di kemudian hari, ditakdirkan oleh Allah SWT untuk menjadi nabi dan meneruskan risalah dakwah ayahnya. Hal ini menunjukkan kesinambungan misi kenabian dan kebesaran kuasa Allah SWT dalam menentukan takdir umat-Nya.
Kesimpulan: Pelajaran Keteladanan dari Kisah Nabi Ishaq AS
Kisah pernikahan Nabi Ishaq AS dan kelahiran Esau dan Ya’qub merupakan sebuah cerita yang kaya akan nilai-nilai keislaman. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran, keimanan, dan doa dalam menghadapi ujian hidup. Pernikahan Nabi Ishaq AS juga menunjukkan pentingnya silsilah keturunan dalam konteks kenabian dan pemeliharaan garis keturunan yang diberkahi. Kelahiran Esau dan Ya’qub menunjukkan kebesaran kuasa Allah SWT dalam menentukan takdir dan memberikan anugerah kepada hambanya yang saleh. Kisah ini menjadi teladan bagi kita untuk selalu beriman, bersabar, dan berdoa kepada Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT dan menjalani hidup dengan penuh keimanan dan kesabaran.