Kisah Nabi Zakaria AS, yang terukir dalam lembaran suci Al-Qur’an, merupakan cerminan keteguhan hati dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Kisahnya, yang diabadikan dalam surah Maryam ayat 2-15 dan surah Al-Anbiya ayat 89-90, menjadi inspirasi bagi umat manusia untuk tidak pernah putus asa dalam memohon kepada Allah SWT.
Nabi Zakaria AS, ayah dari Nabi Yahya AS, adalah salah satu nabi dari Bani Israil. Silsilah keturunannya terhubung dengan Nabi Sulaiman AS dan Nabi Daud AS, menunjukkan garis keturunan yang mulia dan berakar kuat di antara para nabi besar.
Menariknya, Nabi Zakaria AS dikenal sebagai seorang tukang kayu, seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, "Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu." (HR Muslim). Profesi ini menggambarkan kesederhanaan dan kerja keras beliau dalam menjalani kehidupan, menjadi inspirasi bagi kita untuk hidup sederhana dan penuh kesabaran.
Doa yang Tak Pernah Pudar
Nabi Zakaria AS adalah sosok yang dikenal dengan kesabaran dan keteguhan dalam memohon keturunan, meskipun usianya telah lanjut dan istrinya diketahui mandul. Allah SWT menempatkan kisahnya dalam Al-Quran sebagai pelajaran bagi umat manusia agar tak pernah berputus asa terhadap rahmat-Nya.
Harapan besar Nabi Zakaria AS untuk memiliki keturunan bukan hanya demi keinginan pribadi, tetapi juga karena kekhawatiran terhadap keberlanjutan tugas mengurus Bani Israil dan menyebarkan ajaran tauhid. Ia berharap agar keturunannya kelak dapat menjadi pewaris yang menjalankan tugas kenabian dan menjaga syariat yang telah diajarkan.
Dalam doanya yang penuh kelembutan, Nabi Zakaria AS mengadukan keadaannya kepada Allah SWT. Ia menyampaikan bahwa dirinya telah tua dan istrinya mandul, namun harapan dan keyakinannya pada kekuasaan Allah SWT tidak pernah pudar. Di dalam hatinya, Nabi Zakaria AS merasa khawatir jika tidak ada penerus yang bisa menjaga tugas kenabian di tengah umat Bani Israil.
Ia terinspirasi oleh keturunan Nabi Ya’qub AS yang Allah SWT pilih untuk menjadi pembawa cahaya kebenaran, sehingga ia pun memohon agar diberikan seorang anak yang dapat menjadi penerus dalam menyampaikan ajaran ilahi. Doa Nabi Zakaria AS yang tercantum pada surah Al-Anbiya Ayat 89 berbunyi:
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik."
Doa yang penuh keyakinan dan keikhlasan ini tidaklah sia-sia. Allah SWT akhirnya mengabulkan permohonan Nabi Zakaria AS dan memberinya seorang putra yang kelak dikenal sebagai Nabi Yahya AS.
Keajaiban yang Menggetarkan Hati
Namun, dengan takjub sekaligus khawatir, Nabi Zakaria AS bertanya bagaimana mungkin ia bisa memiliki anak sementara dirinya telah sangat tua, dan istrinya pun mandul. Allah SWT pun menegaskan bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya dan bahwa Dia telah menciptakan Nabi Zakaria AS sendiri sebelumnya dari ketiadaan.
Sebagai bentuk keyakinan, Nabi Zakaria AS memohon tanda dari Allah SWT atas janji-Nya tersebut. Allah SWT kemudian memberi tanda bahwa Nabi Zakaria AS tidak akan dapat berbicara selama tiga hari, kecuali dengan bahasa isyarat, meskipun tubuhnya dalam keadaan sehat tanpa cacat.
Dalam masa itu, Nabi Zakaria AS diperintahkan untuk terus berzikir dan memuji Allah SWT. Dengan penuh kegembiraan, ia keluar menemui kaumnya dan memberi isyarat kepada mereka untuk memperbanyak zikir kepada Allah SWT.
Kisah ini memberikan teladan tentang kekuatan doa dan keyakinan pada kuasa Allah SWT yang tak terbatas. Meskipun keadaan tampak tidak mungkin, Nabi Zakaria AS tetap berdoa dengan penuh kesabaran dan harapan, hingga akhirnya Allah SWT menjawab permohonannya dengan anugerah yang indah.
Kelahiran Nabi Yahya AS: Penerus Ajaran Ilahi
Kelahiran putra Nabi Zakaria AS, yaitu Yahya, yang kelak akan menjadi nabi juga sebagai penerus ayahnya, adalah salah satu bukti kekuasaan Allah SWT yang Maha Besar. Anak yang telah lama diharapkan itu lahir sebagai anugerah dari Allah SWT setelah Nabi Zakaria AS dengan penuh kesabaran dan ketulusan berdoa.
Sejak awal, Allah SWT memerintahkan Yahya untuk memegang teguh Kitab Taurat dan mempelajarinya dengan serius. Bahkan, sejak kecil, Allah SWT telah mengajarkan kebijaksanaan dan tanda-tanda kenabian kepadanya. Suatu hari, ketika teman-teman sebayanya mengajaknya bermain, Yahya dengan bijak menjawab, "Kita diciptakan bukan untuk bermain."
Yahya dibekali oleh Allah SWT dengan berbagai sifat mulia yang membuatnya menjadi teladan bagi banyak orang. Ia memiliki sifat kasih sayang yang mendalam, khususnya kepada kedua orang tuanya. Yahya juga dikenal dengan kelembutan hatinya kepada sesama, menghindari perbuatan dosa, dan senantiasa menjaga kesuciannya. Sifat bakti kepada kedua orang tua pun menjadi keutamaan dalam dirinya, diiringi dengan keteguhan hati yang menjauhi sifat sombong atau angkuh. Sifat-sifat inilah yang menjadikan Yahya sosok nabi yang dihormati dan disegani, serta menjadi contoh kebajikan bagi umatnya.
Wafatnya Nabi Zakaria AS: Dua Riwayat Berbeda
Terdapat dua riwayat berbeda terkait wafatnya Nabi Zakaria AS. Salah satu riwayat yang disampaikan oleh Abdul-Mun’in bin Idris bin Sinan dari Wahab bin Munabbih mengisahkan bahwa Nabi Zakaria AS terpaksa meninggalkan kaumnya dan masuk ke dalam sebuah pohon untuk menyelamatkan diri.
Namun, kaumnya yang berusaha mencelakainya kemudian datang dan meletakkan gergaji di batang pohon tersebut untuk memotongnya. Ketika gergaji telah mencapai tubuh Nabi Zakaria AS dan Beliau merintih kesakitan, Allah SWT memberikan wahyu, jika Nabi Zakaria AS tidak berhenti merintih, bumi akan terbelah.
Mendengar itu, Nabi Zakaria AS menahan rintihannya, hingga akhirnya pohon tersebut dipotong dan Beliau pun terbagi menjadi dua bagian bersama pohon itu.
Sementara itu, riwayat lain yang disampaikan oleh Ishaq bin Bisyr menyebutkan bahwa yang sebenarnya masuk ke dalam pohon adalah Sya’ya, bukan Nabi Zakaria AS. Dalam riwayat ini, disebutkan bahwa Nabi Zakaria AS wafat secara wajar, tanpa mengalami kejadian tragis seperti riwayat pertama.
Wallahu a’lam, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui kebenarannya.
Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Zakaria AS
Kisah Nabi Zakaria AS mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga:
- Keteguhan Hati: Nabi Zakaria AS tidak pernah putus asa dalam memohon kepada Allah SWT, meskipun usianya telah lanjut dan istrinya mandul. Ia tetap berdoa dengan penuh keyakinan dan harapan, hingga akhirnya Allah SWT mengabulkan permohonannya.
- Kesabaran: Nabi Zakaria AS menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menanti kelahiran putranya. Ia tidak pernah mengeluh atau putus asa, meskipun harus menunggu dalam waktu yang lama.
- Keikhlasan: Nabi Zakaria AS memohon keturunan bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menjalankan tugas kenabian dan menjaga syariat Allah SWT. Ia bersedia menerima apapun takdir yang diberikan Allah SWT dengan ikhlas.
- Kekuatan Doa: Kisah Nabi Zakaria AS membuktikan bahwa doa yang tulus dan penuh keyakinan dapat mengantarkan kita pada jalan yang benar dan mengabulkan keinginan kita.
- Keberlanjutan Tugas Kenabian: Kisah Nabi Zakaria AS dan Nabi Yahya AS menunjukkan bahwa tugas kenabian merupakan amanah yang harus diteruskan dari generasi ke generasi.
Kisah Nabi Zakaria AS menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa berdoa, bersabar, dan berikhtiar dalam menghadapi ujian hidup. Ia mengajarkan kita bahwa Allah SWT selalu ada untuk kita, dan bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya.