Jakarta – Dalam khazanah kenabian Bani Israil, terdapat sejumlah sosok yang riwayatnya tak begitu banyak terdokumentasi. Salah satunya adalah Nabi Sya’ya bin Amshaya, sebuah figur yang keberadaannya diungkap dalam kitab Qashashul Anbiyaa karya Ibnu Katsir, sebagaimana diterjemahkan oleh Saefullah MS. Kehidupannya, menurut berbagai sumber, ditempatkan setelah masa kenabian Nabi Daud dan Sulaiman, namun sebelum masa kenabian Nabi Zakaria dan Yahya. Ketidakpastian mengenai detail masa kenabiannya justru menambah misteri dan menarik minat untuk menelusuri kisah hidup dan perannya dalam sejarah Bani Israil. Muhammad bin Ishaq, dalam catatannya, menyatakan bahwa Sya’ya bin Amshaya hidup sebelum masa kenabian Zakaria dan Yahya, dan beliaulah yang memberikan kabar gembira mengenai kedatangan Nabi Isa Al-Masih dan Nabi Muhammad SAW. Pernyataan ini menempatkan beliau dalam konteks sejarah yang sangat penting, sebagai pembawa kabar gembira mengenai kedatangan dua rasul agung tersebut.
Peran Nabi Sya’ya tidak hanya sebatas sebagai pembawa kabar gembira. Kisahnya lebih jauh menunjukkan peran seorang nabi dalam membimbing umatnya dan menjadi perantara antara Allah SWT dan umat manusia. Kisah ini menunjukkan bagaimana iman yang kuat dan kesabaran yang tak tergoyahkan dapat mengarah pada mukjizat Ilahi.
Raja Hizqiya: Ketaatan dan Ujian Berat
Zaman Nabi Sya’ya ditandai dengan kepemimpinan Raja Hizqiya di Baitul Maqdis. Raja Hizqiya digambarkan sebagai seorang penguasa yang taat dan patuh kepada Allah SWT, dan juga sangat menghormati dan mematuhi perintah Nabi Sya’ya. Ketaatannya bukan sekedar formalitas, melainkan terpancar dari keyakinan dan kesadaran akan kekuasaan Allah SWT. Ketaatan ini akan diuji dengan cobaan yang sangat berat.
Suatu saat, Bani Israil dihadapkan pada krisis yang sangat mengancam. Raja Hizqiya menderita penyakit yang sangat berat; bisul-bisul muncul di kakinya. Kondisi ini semakin diperparah dengan ancaman serangan dari Raja Sanharib, penguasa Babilonia, yang datang dengan pasukan yang jumlahnya melebihi enam ribu prajurit. Bayangan penjajahan dan kehancuran mengancam Baitul Maqdis. Ketakutan dan kepanikan menyelimuti penduduk kota suci tersebut.
Di tengah krisis yang mendalam ini, Raja Hizqiya mencari petunjuk dari Nabi Sya’ya. Ia bertanya apakah ada wahyu yang diterima mengenai bagaimana menghadapi ancaman dari Raja Sanharib. Nabi Sya’ya menjawab bahwa beliau belum menerima wahyu mengenai hal tersebut. Namun, tak lama kemudian, wahyu pun turun.
Wahyu Ilahi dan Doa yang Khusyuk
Wahyu yang diterima Nabi Sya’ya berisi perintah untuk menyampaikan pesan kepada Raja Hizqiya. Pesan tersebut menyatakan bahwa ajal Raja Hizqiya sudah dekat, dan ia harus mempersiapkan penggantinya. Mendengar kabar tersebut, Raja Hizqiya langsung bermunajat kepada Allah SWT. Ia mengerjakan shalat, bertasbih, berdoa, dan menangis dengan penuh penyesalan dan kesungguhan. Doanya merupakan ungkapan penyerahan diri yang tulus dan penuh keikhlasan. Ia memohon kepada Allah SWT untuk mengingat amal perbuatannya, kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya untuk Bani Israil, serta menyerahkan semua urusan kepada kekuasaan Allah SWT.
Doa Raja Hizqiya yang dipanjatkan dengan hati yang penuh penyesalan dan kesungguhan diijabah Allah SWT. Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Sya’ya untuk memberikan kabar gembira kepada Raja Hizqiya. Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan memperpanjang umur Raja Hizqiya selama lima belas tahun. Lebih dari itu, Allah SWT juga akan melindungi Raja Hizqiya dari ancaman Raja Sanharib.
Mukjizat Kesembuhan dan Kekuasaan Allah
Begitu Nabi Sya’ya menyampaikan kabar gembira tersebut, mukjizat pun terjadi. Penyakit Raja Hizqiya sembuh seketika. Rasa gelisah dan ketakutan yang menyelimuti hatinya lenyap seketika. Raja Hizqiya bersujud kepada Allah SWT, mengucapkan pujian dan syukur atas keajaiban yang telah diterimanya. Ia mengakui kekuasaan Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Setelah itu, Allah SWT kembali menurunkan wahyu kepada Nabi Sya’ya untuk memerintahkan Raja Hizqiya menggunakan air lumpur untuk mengobati bisul-bisul di kakinya. Raja Hizqiya melakukan sesuai perintah tersebut, dan mukjizat pun terjadi kembali. Penyakitnya sembuh total.
Kisah Nabi Sya’ya bin Amshaya dan Raja Hizqiya merupakan suatu cerita yang menginspirasi. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya iman, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah SWT. Di tengah cobaan dan ujian yang berat, iman yang kuat dan doa yang khusyuk dapat mengarah pada mukjizat Ilahi. Ketaatan Raja Hizqiya kepada Allah SWT dan perintah Nabi Sya’ya menunjukkan bagaimana seorang penguasa harus menjalankan kepemimpinannya dengan berlandaskan iman dan takwa. Kisah ini juga menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan bahwa dengan rahmat-Nya, semua kesulitan dapat diatasi. Semoga kisah ini dapat menjadi teladan bagi kita semua dalam menghadapi cobaan hidup dan selalu bertawakal kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.