ERAMADANI.COM, JAKARTA – Sekitar delapan tahun silam, Seorang dokter dari Mesir, Ali Mohamed Zaki PhD (virologist) dari Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi berhasil membasmi virus corona.
Virus yang tengah ramai diperbincangan ini, bahkan telah banyak mengambil ratusan nyawa, kabarnya dulu telah muncul di Timur Tengah yaitu Arab Saudi tahun 2012.
Virus Corona jenis sebelumnya adalah MERS (Middle East Respiratory Syndrome-related coronavirus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Menurut Dokter M Saifudin Hakim, dosen Fakultas Kedokteran UGM yang dilansir dari situs kesehatan muslim, Dokter Ali Mohamed Zaki berhasil mempublikasikan virus temuannya di salah satu jurnal.
Yaitu jurnal The New England Journal of Medicine (NEJM) pada Oktober 2012, bersama dengan beberapa ilmuwan (virologist) dari Belanda.
Cerita Dokter Muhammad Zaki yang Menemukan Pembasmi Virus Corona

Dilansir dari Liputan6.com, ketika itu, Zaki menerima panggilan dari seorang dokter yang khawatir mengenai kondisi pasiennya, yang berusia 60 tahun sedang mengalami pneumonia dan dokter tersebut meminta Zaki mengidentifikasi virus itu.
Zaki kemudian mengirimkan contoh hasil laboratorium pasien itu ke Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda. Ketika ia menunggu hasil tes dari laboratorium itu, Zaki menguji coba sample virus dari si pasien.
Hasil yang ia temukan begitu mengejutkan. Tes menunjukkan hasil positif, ia menemukan infeksi virus patogen dari Virus Corona.
Namun, ia menemukan keanehan karena adanya infeksi yang lebih berbahaya dari SARS, jenis Virus Corona sebelumnya. Zaki segera mengirim pesan ke laboratorium di Belanda untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tes dari laboratorium pun mengonfirmasi pesan, virus itu berbeda dari Corona yang sebelumnya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, ia mengunggah pesan ke proMED, sistem internet untuk melaporkan penyakit berinfeksi dan penyebarannya ke ilmuwan dan dokter.
Seminggu kemudian, ia kembali ke Mesir, kampung halamannya, betapa mengejutkanya ia mendapati kontraknya terhenti karena desakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
“Mereka tidak suka ini (virus) muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya,” kata Zaki kepada The Guardian, pada 2013.
“Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius,” tuturnya.
Menurutnya, betapa seriusnya masalah tersebut saat itu. Sementara ia telah bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien telah menurun.
Pneumonianya memburuk, napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal. Terlepas dari semua obat-obatan.
Serta dialisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu meninggal 11 hari setelah ia tiba di rumah sakit.
Penelitian Ulang yang Lakukan

Walaupun jumlah yang terdapak belum terlalu mengkhawatirkan, tetapi kemunculan MERS yang stabil, dan fakta bahwa infeksi kini telah menyebar dari orang ke orang.
Hal ini telah memicu upaya intensif untuk memahami virus, dan membasminya, secara secara diam-diam bersiap untuk yang terburuk.
“Kami tidak tahu apakah virus ini memiliki kemampuan untuk memicu epidemi penuh. Kami benar-benar tak tahu tentang hal itu,” kata Ron Fouchier, seorang ahli virologi molekuler di Erasmus Medical Center.
“Kami pikir apa yang kami lihat hanyalah puncak gunung es, tetapi kami tidak tahu seberapa besar gunung es itu, atau di mana letak gunung es itu,” ucapnya
Hingga kini, tak ada yang tahu dari mana virus itu berasal, namun para ilmuwan punya ide dan gagasan untuk mencari tahu.
Ketika para peneliti menjalankan urutan genetik melalui perpustakaan Virus Corona yang mirip jaringan yang berada di kelelawar pipistrelle.
Kecurigaan terhadap virus MERS mendorong pemerintah Arab Saudi untuk memanggil tim Universitas Columbia untuk mensurvei kelelawar.
Hewan ini disurvei di sekitar kota Bisha, Arab Saudi, rumah pasien pertama yang diidentifikasi dengan virus Zaki.
Kini dokter Zaki bekerja di Universitas Ain Shams di Kairo. Selama bekerja, ia memeriksa sampel darah dari pasien di salah satu rumah sakit kota untuk melihat apakah ada infeksi yang tidak diketahui atau tidak dilaporkan. (MYR)