Insiden pengusiran mantan juara UFC, Khabib Nurmagomedov, dari penerbangan Frontier Airlines pada Minggu, 12 Januari 2025, telah memicu gelombang protes dari komunitas Muslim Amerika Serikat. Kejadian yang terekam dalam video viral ini menimbulkan pertanyaan serius tentang dugaan diskriminasi agama dan perlunya transparansi dalam investigasi yang dilakukan oleh maskapai penerbangan tersebut.
Video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan interaksi antara Khabib Nurmagomedov dan seorang pramugari Frontier Airlines. Pramugari tersebut meminta Khabib untuk pindah dari kursinya yang terletak dekat pintu darurat. Meskipun Khabib, yang fasih berbahasa Inggris, menyatakan kesediaannya untuk membantu dalam hal darurat dan membuka pintu jika diperlukan, permintaan tersebut tetap ditegaskan. Percakapan yang awalnya tampak tenang kemudian meningkat menjadi perdebatan, berujung pada permintaan agar Khabib turun dari pesawat.
Peristiwa ini langsung memicu reaksi keras dari Dewan Hubungan Muslim Amerika (CAIR), organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat. Dalam pernyataan resminya, Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, mendesak Frontier Airlines untuk melakukan investigasi yang cepat, transparan, dan menyeluruh terkait pengusiran Khabib dari penerbangan yang sedianya akan membawanya dari Las Vegas. Awad menekankan pentingnya mengungkap fakta-fakta yang terjadi di dalam pesawat dan alasan di balik keputusan untuk mengusir atlet dan advokat Muslim tersebut.
"Mengingat meningkatnya insiden diskriminasi rasial dan agama di maskapai penerbangan, khususnya terhadap penumpang Muslim, Frontier Airlines wajib merilis hasil investigasinya kepada publik dan mengambil tindakan yang tegas terhadap segala kesalahan atau perilaku buruk yang dilakukan oleh stafnya," tegas Awad. Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan yang meluas di kalangan komunitas Muslim Amerika atas insiden serupa yang kerap terjadi dan menunjukkan perlunya perlindungan hak-hak sipil penumpang dari diskriminasi.
CAIR juga mengingatkan kembali akan hak-hak penumpang pesawat terbang, yang antara lain meliputi hak untuk mendapatkan perlakuan yang sopan, penuh hormat, dan bebas dari stigmatisasi oleh petugas maskapai dan keamanan. Organisasi ini bahkan menyediakan buklet panduan bagi para pelancong Muslim yang berisi informasi tentang hak-hak mereka sebagai penumpang dan perlindungan hukum yang tersedia jika mereka mengalami diskriminasi. Buklet tersebut juga menegaskan larangan bagi petugas penegak hukum untuk melakukan penghentian, penggeledahan, penahanan, atau pemindahan penumpang hanya berdasarkan ras, agama, asal negara, jenis kelamin, atau etnis.
Khabib Nurmagomedov sendiri, melalui klarifikasinya di media sosial, menyatakan bahwa ia merasa telah menjadi korban diskriminasi. Ia menggambarkan interaksi awal dengan pramugari sebagai "sangat kasar," meskipun ia mampu memahami dan merespon dengan baik dalam bahasa Inggris. Khabib menekankan kesediaannya untuk membantu, namun pramugari tetap bersikeras untuk memindahkannya dari tempat duduknya. Ia mempertanyakan dasar dari permintaan tersebut, menyinggung kemungkinan diskriminasi berdasarkan ras atau kebangsaan.
Setelah percakapan selama kurang lebih dua menit, pramugari memanggil petugas keamanan dan Khabib dipaksa untuk turun dari pesawat. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang dan bersikap hormat, seperti yang terlihat dalam video, Khabib menyayangkan sikap pramugari dan berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Ia berharap para awak kabin dapat lebih baik dalam memperlakukan penumpang di masa mendatang.
Sementara itu, Frontier Airlines dalam pernyataannya membantah adanya unsur diskriminasi dalam keputusan untuk menurunkan Khabib Nurmagomedov. Maskapai tersebut mengklaim bahwa keputusan tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan etnis atau agama Khabib. Namun, pernyataan ini belum cukup untuk meredakan kemarahan dan kekhawatiran yang muncul dari komunitas Muslim Amerika. Kurangnya transparansi dan detail dalam penjelasan Frontier Airlines justru semakin memperkuat dugaan adanya diskriminasi dan memicu tuntutan agar investigasi dilakukan secara independen dan hasilnya dipublikasikan secara terbuka.
Insiden ini menyoroti masalah yang lebih luas tentang diskriminasi yang masih terjadi di berbagai sektor, termasuk industri penerbangan. Kejadian ini juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan hak-hak sipil dan perlunya perlindungan hukum yang kuat bagi para korban diskriminasi. Peristiwa ini bukan hanya tentang pengusiran Khabib Nurmagomedov dari pesawat, tetapi juga tentang perlunya perlakuan yang adil dan setara bagi semua penumpang, terlepas dari latar belakang agama, ras, atau etnis mereka.
Ketidakjelasan dalam penjelasan Frontier Airlines dan kurangnya bukti yang meyakinkan untuk membantah tuduhan diskriminasi telah memicu kecurigaan dan ketidakpercayaan di kalangan publik. Banyak yang melihat insiden ini sebagai contoh terbaru dari diskriminasi yang terselubung dan sistemik yang masih terjadi di Amerika Serikat. Oleh karena itu, tuntutan untuk investigasi yang independen dan transparan, serta sanksi yang tegas terhadap pelaku diskriminasi, menjadi sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Kejadian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya peran organisasi seperti CAIR dalam memperjuangkan hak-hak sipil dan melawan diskriminasi. Keberadaan organisasi-organisasi seperti CAIR sangat penting untuk memberikan dukungan dan advokasi bagi komunitas Muslim Amerika dan memastikan bahwa suara mereka didengar dan dipertimbangkan. Peran mereka dalam memberikan informasi dan panduan kepada para pelancong Muslim tentang hak-hak mereka juga sangat krusial dalam melindungi mereka dari potensi diskriminasi.
Insiden pengusiran Khabib Nurmagomedov dari pesawat Frontier Airlines menjadi lebih dari sekadar sebuah peristiwa isolasi. Ini adalah cerminan dari tantangan yang masih dihadapi oleh komunitas Muslim Amerika dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan setara di masyarakat. Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi maskapai penerbangan dan otoritas terkait untuk meningkatkan kesadaran dan pelatihan bagi staf mereka tentang pentingnya menghormati keragaman dan menghindari diskriminasi dalam segala bentuknya. Hanya dengan komitmen yang kuat terhadap kesetaraan dan keadilan, insiden seperti ini dapat dicegah dan masyarakat yang lebih inklusif dapat terwujud. Ke depan, transparansi dan akuntabilitas dari Frontier Airlines akan menjadi kunci dalam menentukan apakah insiden ini akan menjadi titik balik dalam penanganan diskriminasi di industri penerbangan atau hanya menjadi satu lagi kasus yang terlupakan.