Jakarta – Ajaran Islam menempatkan bakti kepada orang tua sebagai rukun penting dalam kehidupan beragama. Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, memuat berbagai ayat yang menekankan kewajiban mulia ini. Salah satu ayat yang paling sering dikutip adalah Surat Luqman ayat 14, yang secara eksplisit memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini, beserta konteks hadits dan tafsirnya, menjadi kunci dalam mengimplementasikan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat 14 Surat Luqman berbunyi:
(Arab): وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
(Latin): wa washshainal-insāna biwālidaihi, ḥamalat-hu ummuhu waḥnan ‘alā waḥnin wa fiṣāluhu fī ‘āmaini ani isykūr lī wa liwālidaika, ilayyal-maṣīr
(Terjemahan): "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami), "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." Hanya kepada-Ku (kamu) kembali."
Tafsir Ayat dan Maknanya:
Ayat ini mengawali dengan kata "wa washshaina" (dan Kami perintahkan), yang menunjukkan suatu perintah yang tegas dan mutlak dari Allah SWT. Perintah ini ditujukan kepada seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Objek perintahnya adalah "biwalidaihi" (kepada kedua orang tuanya), yang menekankan pentingnya berbakti kepada ibu dan ayah secara seimbang. Namun, seperti yang akan dijelaskan kemudian, hadits Nabi Muhammad SAW memberikan penekanan khusus pada peran dan pengorbanan ibu.
Ayat selanjutnya menjelaskan secara rinci proses mengandung dan menyusui yang dilalui seorang ibu. Ungkapan "ḥamalat-hu ummuhu waḥnan ‘alā waḥnin" (ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah) menggambarkan betapa beratnya beban dan pengorbanan yang ditanggung seorang ibu selama masa kehamilan. Kehamilan bukan sekadar proses biologis, tetapi juga proses fisik dan psikologis yang penuh tantangan, dimana ibu mengalami perubahan hormon, kelelahan, dan berbagai ketidaknyamanan lainnya. Ungkapan "waḥnan ‘alā waḥnin" (lemah yang bertambah-tambah) menunjukkan bahwa kelemahan tersebut semakin meningkat seiring berjalannya masa kehamilan.
Kemudian, ayat menyebutkan "wa fiṣāluhu fī ‘āmaini" (dan menyapihnya dalam dua tahun). Masa menyusui juga merupakan periode yang penuh pengorbanan bagi seorang ibu. Ibu memberikan nutrisi terbaik bagi anaknya, serta memberikan kasih sayang dan perlindungan yang tak ternilai harganya. Proses menyusui ini berlangsung selama dua tahun, yang menandakan betapa panjang dan melelahkannya pengorbanan seorang ibu untuk anaknya.
Puncak dari ayat ini adalah perintah untuk bersyukur: "ani isykūr lī wa liwālidaika" (bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu). Perintah bersyukur ini bukan hanya ditujukan kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, tetapi juga kepada kedua orang tua atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang telah mereka berikan. Keduanya saling berkaitan; kesuksesan dan keberhasilan seseorang tidak terlepas dari rahmat Allah SWT dan bimbingan serta pengasuhan orang tua.
Kalimat terakhir, "ilayyal-maṣīr" (hanya kepada-Ku (kamu) kembali), mengingatkan manusia akan hakikat kehidupan dan kematian. Semua manusia akan kembali kepada Allah SWT, dan pada saat itu, Allah SWT akan memberikan balasan yang adil atas segala amal perbuatan manusia di dunia, termasuk amal bakti kepada orang tua.
Ayat Lain yang Menekankan Bakti Kepada Orang Tua:
Selain Surat Luqman ayat 14, Al-Qur’an juga memuat ayat lain yang menekankan kewajiban berbakti kepada orang tua, misalnya Surat Al-Isra ayat 23:
(Terjemahan): "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak."
Ayat ini secara ringkas dan tegas memerintahkan untuk berbakti kepada ibu dan bapak, sekaligus menegaskan keesaan Allah SWT sebagai objek ibadah. Keduanya merupakan pilar utama dalam ajaran Islam: tauhid (keesaan Allah) dan berbuat baik kepada orang tua.
Hadits Nabi Muhammad SAW tentang Bakti kepada Ibu:
Rasulullah SAW memberikan penekanan khusus pada peran ibu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bahz bin Hakim:
(Terjemahan): "Dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata, ‘Aku bertanya ya Rasulullah, kepada siapakah aku wajib berbakti?’ Rasulullah menjawab, ‘Kepada ibumu.’ Aku bertanya, ‘Kemudian kepada siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Kepada ibumu.’ Aku bertanya, ‘Kemudian kepada siapa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Kepada ibumu.’ Aku bertanya, ‘Kemudian kepada siapa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Kepada bapakmu. Kemudian kepada kerabat yang lebih dekat, kemudian kerabat yang lebih dekat.’" (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Hadits ini secara luar biasa mengulang tiga kali perintah untuk berbakti kepada ibu, menunjukkan betapa besarnya jasa dan pengorbanan seorang ibu. Barulah setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk berbakti kepada ayah dan kerabat terdekat. Hal ini bukan berarti mengurangi kewajiban berbakti kepada ayah, tetapi lebih menekankan pada prioritas dan urgensi bakti kepada ibu.
Implementasi Bakti Kepada Orang Tua dalam Kehidupan Sehari-hari:
Bakti kepada orang tua bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga mencakup aspek emosional dan spiritual. Beberapa bentuk implementasi bakti kepada orang tua antara lain:
-
Menghormati dan mentaati perintah orang tua: Selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama, anak wajib menghormati dan mentaati perintah orang tuanya. Hal ini termasuk mendengarkan nasihat dan petunjuk mereka.
-
Memenuhi kebutuhan orang tua: Anak wajib memenuhi kebutuhan orang tuanya, baik kebutuhan materi seperti sandang, pangan, dan papan, maupun kebutuhan non-materi seperti kasih sayang, perhatian, dan waktu.
-
Berbicara dengan lembut dan santun: Anak harus selalu berbicara dengan lembut dan santun kepada orang tuanya, menghindari perkataan kasar atau menyakitkan hati.
-
Berdoa untuk orang tua: Doa anak merupakan bentuk bakti yang sangat berharga bagi orang tua. Anak dapat berdoa untuk kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan orang tuanya.
-
Menjaga silaturahmi: Anak harus menjaga silaturahmi dengan orang tuanya, sering mengunjungi dan berkomunikasi dengan mereka.
-
Membantu orang tua: Anak harus membantu orang tuanya dalam berbagai hal, baik pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan lainnya yang sesuai dengan kemampuannya.
-
Mendoakan kebaikan untuk orang tua yang telah meninggal: Bagi anak yang orang tuanya telah meninggal dunia, bakti dapat dilakukan dengan mendoakan kebaikan untuk mereka, menjaga nama baik mereka, dan melaksanakan wasiat mereka.
Kesimpulan:
Surat Luqman ayat 14 dan ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an, beserta hadits Nabi Muhammad SAW, dengan jelas menegaskan kewajiban berbakti kepada orang tua. Bakti kepada orang tua merupakan perintah Allah SWT yang harus dijalankan dengan ikhlas dan penuh kesadaran. Berbakti kepada orang tua bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai investasi akhirat yang akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga pemahaman yang lebih mendalam terhadap ayat ini dapat memotivasi kita semua untuk senantiasa berbakti kepada orang tua, selama mereka masih hidup dan mendoakan kebaikan untuk mereka yang telah tiada. Ridho Allah SWT salah satunya diraih melalui ridho orang tua, sebuah pesan yang perlu terus kita renungkan dan amalkan dalam kehidupan.