Bulan Syaban, bulan yang menjadi penghubung antara Rajab yang mulia dan Ramadan yang penuh berkah, kembali menyapa umat Islam. Di tengah kesibukan mempersiapkan diri menyambut Ramadan, terdapat satu malam istimewa yang diyakini menyimpan keutamaan luar biasa: Malam Nisfu Syaban, yang jatuh pada tanggal 15 Syaban. Malam ini, menurut sejumlah riwayat dan ulama, merupakan waktu mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT, bahkan diyakini sebagai malam penghapusan dosa. Namun, seberapa sahihkah keyakinan ini? Dan bagaimana seharusnya umat Islam menyikapinya?
Malam Nisfu Syaban dalam Pandangan Ulama:
Imam al-Ghazali, salah satu ulama besar Islam, dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin dan Mukasyafatul Qulub, mencatat malam Nisfu Syaban sebagai salah satu malam istimewa yang penuh keutamaan. Beliau menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak ibadah di malam tersebut. Dalam Ihya ‘Ulumuddin, Imam al-Ghazali menyebutkan anjuran untuk melaksanakan shalat sebanyak 100 rakaat, dengan setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan sepuluh kali surat Al-Ikhlas. Anjuran ini, perlu ditekankan, bersifat sunnah, bukan wajib. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa banyak malam yang memiliki keutamaan dalam Islam, dan semuanya merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Imam al-Ghazali menekankan pentingnya tidak mengabaikan malam-malam tersebut, karena merupakan waktu yang tepat untuk beramal saleh dan meningkatkan keimanan.
Lebih lanjut, Imam al-Ghazali mengutip berbagai pendapat mengenai keutamaan Malam Nisfu Syaban, salah satunya sebagai malam penghapusan dosa. Pendapat ini didukung oleh beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa menghidupkan malam Nisfu Syaban dapat menghapus dosa selama satu tahun, sebagaimana menghidupkan malam Jumat menghapus dosa selama seminggu, dan malam Lailatul Qadar menghapus dosa seumur hidup. Namun, perlu diingat bahwa pernyataan ini bersifat riwayat dan memerlukan kajian lebih lanjut terkait sanad dan derajat haditsnya.
Al-Mundziri, ulama hadits terkemuka, juga meriwayatkan hadits yang menyebutkan keutamaan menghidupkan malam Nisfu Syaban. Hadits tersebut berbunyi, "Barang siapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Syaban, maka hatinya tidak mati di saat hati orang-orang mati." Hadits ini menekankan pentingnya menghidupkan malam-malam tersebut sebagai bentuk ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT, dan bukan semata-mata untuk menghapus dosa. Kehidupan hati yang dimaksud di sini lebih merujuk pada kehidupan spiritual dan keimanan yang tetap terjaga.
Imam al-Ghazali menyimpulkan bahwa menghidupkan malam-malam tersebut, termasuk Nisfu Syaban, dapat menjadi sebab penghapusan dosa. Pendapat ini didasarkan pada berbagai riwayat dan hadits, termasuk riwayat yang menyebutkan Rasulullah SAW memohon syafaat pada malam 13, 14, dan 15 Syaban, di mana pada malam ke-15 Allah SWT memberikan seluruh syafaat-Nya. Namun, perlu diingat bahwa syafaat tersebut tetap berada dalam kekuasaan dan kehendak Allah SWT.
Selain itu, terdapat riwayat dari Ahmad yang menyebutkan Malam Nisfu Syaban sebagai malam ampunan. Rasulullah SAW bersabda, "Allah melihat para hamba-Nya pada malam Nisfu Syaban, lalu Dia mengampuni penduduk bumi kecuali dua laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang yang bertengkar." Hadits ini menekankan pentingnya bertaubat dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia sebagai syarat untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.
Malam Nisfu Syaban dan Praktik Keagamaan:
Berbagai riwayat dan pendapat ulama mengenai Malam Nisfu Syaban tidak boleh diinterpretasikan secara tekstual dan sempit. Keutamaan malam ini lebih tepat dipahami sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan, memperbanyak ibadah, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Praktik keagamaan yang dilakukan pada malam Nisfu Syaban hendaknya dilandasi oleh niat yang ikhlas dan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam.
Perlu diingat bahwa penghapusan dosa sepenuhnya berada di tangan Allah SWT. Malam Nisfu Syaban hanyalah kesempatan yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon ampunan. Amalan-amalan yang dilakukan pada malam tersebut, seperti shalat sunnah, membaca Al-Quran, berdzikir, dan berdoa, hendaknya dilakukan dengan penuh khusyuk dan keikhlasan.
Penentuan Tanggal Malam Nisfu Syaban:
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) telah menetapkan 1 Syaban 1446 H jatuh pada Jumat, 31 Januari 2025. Hal ini sejalan dengan sejumlah kalender Hijriah lainnya, termasuk yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI. Berdasarkan penetapan tersebut, tanggal 15 Syaban 1446 H jatuh pada Jumat, 14 Februari 2025. Oleh karena itu, Malam Nisfu Syaban 1446 H akan dimulai pada Kamis, 13 Februari 2025 setelah matahari terbenam, bertepatan dengan malam Jumat.
Kesimpulan:
Malam Nisfu Syaban merupakan malam yang istimewa dalam kalender Islam, diyakini sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan. Berbagai riwayat dan pendapat ulama mengenai keutamaan malam ini menekankan pentingnya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, perlu diingat bahwa penghapusan dosa sepenuhnya merupakan rahmat dan karunia Allah SWT, dan Malam Nisfu Syaban hanyalah sebuah kesempatan untuk meraihnya dengan memperbanyak amal saleh dan bertaubat. Umat Islam hendaknya menyikapi Malam Nisfu Syaban dengan bijak, berlandaskan pemahaman yang benar dan niat yang ikhlas, sehingga momentum ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita.