Bulan Rajab, bulan yang dimuliakan dalam kalender Islam, kerap disebut sebagai bulan beramal. Keutamaan bulan ini mendorong umat Muslim untuk meningkatkan amal ibadah, dan salah satu amalan yang dianjurkan adalah membaca dzikir khusus di bulan Rajab, terutama setelah sholat Subuh. Praktik ini, yang umumnya dilakukan sebanyak 70 kali, memiliki akar historis yang kuat dan terhubung erat dengan teladan Rasulullah SAW dalam beristighfar.
Angka 70 bukanlah angka sembarangan. Ia merujuk pada hadits yang menyebutkan Rasulullah SAW beristighfar (memohon ampun) kepada Allah SWT sebanyak 70 kali dalam sehari. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya, Riyadhus Shalihin, berdasarkan perkataan sahabat Abu Hurairah RA: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah! Sesungguhnya aku mohon ampun dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam satu hari.’" (HR Bukhari). Hadits ini juga tercantum dalam kitab Doa bab Istighfar Nabi SAW Sehari Semalam dalam riwayat Imam Bukhari.
Penting untuk memahami konteks hadits ini. Syarah Riyadhus Shalihin, yang diterjemahkan oleh Misbah, menafsirkan hadits ini sebagai anjuran bagi umat Muslim untuk memperbanyak istighfar, meneladani keteladanan Rasulullah SAW dalam bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Sikap tawadhu’ dan selalu memohon ampun ini menjadi kunci utama dalam mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Rasulullah SAW, sebagai manusia pilihan, pun senantiasa menyadari kelemahan dirinya dan senantiasa memohon ampun atas segala kekurangan. Hal ini menjadi contoh nyata bagi umatnya untuk senantiasa bermuhasabah diri dan memperbaiki kualitas keimanan.
Namun, perlu dicatat bahwa terdapat riwayat lain yang menyebutkan Rasulullah SAW beristighfar hingga 100 kali sehari. Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Jami’us Sirah, yang diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Shiddiq dan Muhammad Muchson Anasy, menukil sabda Rasulullah SAW: "Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah Tuhan kalian! Sesungguhnya aku bertobat kepada Allah 100 kali dalam sehari." (HR Muslim dan Abu Dawud). Perbedaan angka ini tidak mengurangi esensi pesan utama, yaitu pentingnya memperbanyak istighfar sebagai bentuk taubat dan pendekatkan diri kepada Allah SWT. Perbedaan angka tersebut dapat dimaknai sebagai variasi praktik ibadah yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu.
Kembali pada praktik dzikir 70 kali di bulan Rajab, Tazkirah (Risalah Amalan Bulan Rajab) dari repositori International Islamic University Malaysia (IIUM) merekomendasikan bacaan istighfar berikut yang diulang sebanyak 70 kali setelah sholat Subuh atau di pagi hari:
"Allahummaghfirlii warhamnii watub ‘alayya"
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku, serta terimalah tobatku."
Amalan ini tidak hanya dianjurkan setelah sholat Subuh, tetapi juga disunahkan di waktu petang, dengan jumlah bacaan yang sama. Konsistensi dalam menjalankan amalan ini diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain bacaan di atas, terdapat pula bacaan dzikir lain yang dianjurkan, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Sunan Abi Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar RA. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW membaca dzikir berikut sebanyak 100 kali:
"Raabbighfir lii watub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim"
Artinya: "Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan berikanlah tobat atasku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih."
Imam at-Tirmidzi menilai hadits ini sebagai hadits hasan (baik). Perbedaan jumlah bacaan (70 vs 100) sekali lagi menunjukkan fleksibilitas dalam beribadah, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan keikhlasan dalam menjalankan amalan tersebut.
Kesimpulannya, praktik dzikir di bulan Rajab, khususnya membaca istighfar sebanyak 70 kali (atau 100 kali, sesuai riwayat lain), merupakan amalan yang dianjurkan berdasarkan hadits dan teladan Rasulullah SAW. Amalan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi merupakan refleksi dari upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui permohonan ampun dan taubat. Angka 70 atau 100 hanyalah pedoman, yang terpenting adalah keikhlasan dan kesungguhan dalam berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bulan Rajab, sebagai bulan yang penuh berkah, menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dengan memperbanyak istighfar, kita berharap mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, serta dijauhkan dari segala keburukan. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan memberikan keberkahan di bulan Rajab ini dan seterusnya. Aamiin.