ERAMADANI.COM, – Saat ini Iran masih berduka atas tewasnya Jenderal pemimpin pasukan Quds, Qassem Soleimanim, di Bandara Baghdad minggu lalu, akibat serangan Amerika Serikat (AS).
Hal ini membuat Iran membalas duka yang mendalam itu dengan sebuah serangan ke dua pangkalan militer AS di Irak. Sebanyak 9 rudal menghantam pangkalan udara milter AS.
Dilansir dari Kumparan.com, mosi balas dendam Iran ke AS dengan menembakkan rudal itu disebut sebagai salah satu dari 13 skenario yang telah disiapkan Iran untuk AS.
Serangan Iran ke Pangkalan Militer AS
Dikutip dari akun media yang sama bahwa tercatat sejumlah hal yang perlu diketahui soal serangan Iran ke pangkalan militer AS di Irak itu sebagai berikut:
Ancaman bagi Dubai dan Israel
Kali ini Iran tak main main dengan rencana rencana yang telah tersusun rapi, kabarnya mereka tak hanya menyerang Irak, tetapi juga akan menyerang ibu kota Dubai Uni Emirat Arab dan Kota Haifa, Israel.
Dalam sebuah siaran telegram yang beredar, serangan di dua negara itu akan dilakukan jika ada serangan balik AS kepada Iran setelah serangan di pangkalan militer AS di Irak.
“Jika tanah Iran dibom, kota Dubai, Uni Emirat Arab, dan Haifa, Israel, akan diserang dalam gelombang operasi ketiga,” tulis pasukan Iran.
Hubungan antara Iran dan AS ini memang dikhawatirkan membuat kondisi dunia memanas karena berpotensi terjadinya konflik terbuka dalam waktu dekat.
Serangan Iran Tamparan Bagi AS
Ayatullah Ali Khamanei selaku Pemimpin Tertinggi Iran memuji serangan rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak. Menurut Khamenei, serangan negaranya adalah tamparan bagi AS.
“Aksi militer dengan cara ini tidak cukup. Yang penting adalah kehadiran Amerika di daerah ini telah menjadi sumber korupsi, ini harus berakhir,” kata Khamenei seperti dikutip dari CNN, Rabu (08/01/2020) kemarin.
Disamping itu, Iran Javad Zarif selaku Menteri Luar Negeri mengatakan, sejatinya negaranya tak ingin mencari perang.
Ia juga menjelaskan serangan balasan ke AS itu merupakan bentuk pertahanan dan pembelaan Iran merespons kematian jenderal mereka, Qassem Soleimani.
“Kami tidak ingin memanaskan situasi atau mencari perang. Tapi kami mempertahankan diri dari segala jenis agresi,” tulis Zarif di akun twitternya.
Iran Klaim 80 ‘Teroris AS’ Tewas
Pemerintah Iran mengklaim serangan rudal ke fasilitas militer AS di Irak menewaskan setidaknya 80 warga AS. Dalam keterangan resminya, Iran menyebut korban tewas serangan rudal sebagai ‘teroris Amerika’.
Selain korban tewas, Iran menyatakan, helikopter dan beberapa senjata AS hancur terkena rudal.
“Ada 100 target lainnya di wilayah yang ada dalam jangkauan kami, bila nantinya AS melakukan serangan balasan,” sebut pejabat militer Iran, seperti dikutip AFP, Rabu (08/01/2020) kemarin.
Tanggapan Santai Trump
Pernyataan Iran tersebut, direspons santai oleh Presiden AS Donald Trump. Melalui akun media sosial twitternya, Trump memastikan kondisi militer AS di Irak terkendali usai serangan rudal Iran.
“Semua baik-baik saja setelah serangan rudal Iran ke dua pangkalan militer AS di Irak,” tulis Trump.
Ia juga menjelaskan pihaknya masih mendata kerusakan akibat serangan itu. Trump sempat berkelakar soal serangan itu tidak akan mempengaruhi kekuatan militer AS.
Ia menegaskan bahwa militer AS mempunyai perlengkapan tempur terlengkap di dunia.”Sejauh ini kita memiliki militer yang paling kuat dan lengkap di seluruh dunia!” tuturnya.
Maskapai AS Dilarang Melintasi Langit Iran-Arab Saudi
Badan Aviasi Federal (FAA) Amerika Serikat melarang seluruh maskapai penerbangannya beroperasi dan melintas di sepanjang langit Iran dan Arab Saudi.
Hal ini tentu berkaitan dengan serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS beberapa hari lalu yang sempat menghebohkan media massa.
“Sebab aktivitas militer dan ketegangan politik di Timur Tengah meningkat. Demi menghindari risiko seluruh operasi penerbangan sipil AS di wilayah tersebut dilarang melintasi wilayah udara di atas Irak, Iran, Teluk Oman, dan perairan antara Iran dan Arab Saudi,” tulis keterangan FAA dikutip dari Reuters, Rabu (08/01/2020).
Bahkan, FAA belum dapat memberi kepastian hinga kapan larangan itu diterapkan. Tetapi FAA sudah menginfokan larangan tersebut ke seluruh maskapai penerbangan AS.
WNI di Timur Tengah Diminta Waspada
Konflik yang sedang hangat antara Iran dan AS, membuat Menteri Luar Negeri (Menlu) RI mengimbau WNI yang ada di Irak, Iran, dan Timur Tengah untuk tetap berhati hati dan waspada.
“Untuk mengantisipasi kemungkinan eskalasi dan dampaknya terhadap WNI, rencananya kontijensi telah disiapkan oleh Kemlu bersama Perwakilan-perwakilan RI di wilayah tersebut,” tulis Kemlu RI dalam situs resminya, Rabu (08/01/2020).
Bahkan Kemlu RI juga telah mengaktifkan kembali crisis center dengan nomor +62 812-9007-0027.
Disamping itu, Duta Besar Indonesia untuk Iran, Oktaviano Alimudin, menyebut ada beberapa WNI yang menetap di perbatasan Iran-Irak. Mereka akan dievakuasi jika kondisi terus memburuk.
“Yang di perbatasan dengan Irak hanya ada tiga, mereka sudah siap (dievakuasi),” tutur Kemenlu.
Ia juga menegaskan, bahwa evakuasi baru akan dilakukan bila serangan balasan dari AS dilakukan dan ditargetkan langsung ke Iran.
Data Kemlu menunjukan bahwa ada 474 WNI di Iran. Mayoritas menetap di Teheran dan Qom. WNI di Iran kebanyakan merupakan pelajar. (MYR)