ERAMADANI.COM, DENPASAR – Dalam rangka menyambut new normal, masker menjadi barang wajib untuk di pakai demi mencegah penularan, bahkan kalau tidak di pakai malah kelihatan aneh. Namun jenis masker seperti apa yang benar-benar efektif jadi pelindung?
Peneliti di Florida Atlantic University melakukan eksperimen dengan berbagai masker, termasuk beragam bahan dan model masker.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, peneliti menemukan masker yang dijahit dengan baik dan terbuat dari kain dua lapis terbukti paling efektif menangkal penyebaran virus melalui tetesan dari batuk dan bersin (droplet).
Hal ini diungkapkan oleh iddharta Verma, penulis riset sekaligus asisten profesor di departemen kelautan dan teknik mesin di Florida Atlantic University.
“Meskipun ada beberapa penelitian sebelumnya tentang efektivitas peralatan medis, kami tidak memiliki banyak informasi tentang penutup berbasis kain yang paling mudah diakses oleh kami saat ini,” tuturnya.
Ragam Jenis Masker
Studi ini membandingkan dengan masker wajah handmade yang biasanya cenderung longgar atau hanya seperti lipatan saputangan.
Penutup wajah serupa bandana dan, masker komersil non-steril berbentuk kerucut yang biasa tersedia di apotek.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Physics of Fluids ini menggunakan metode eksperimen. dengan menyiapkan manekin yang disematkan alat menyerupai saluran hidung manusia.
Oleh karena itu, peneliti melakukan simulasi bersin dan batuk menggunakan pompa manual dan generator asap.
Sementara itu, masing-masing jenis masker tadi dipasangkan ke manekin. Setelahnya dilakukan pengecekan dengan laser untuk mengetahui sebaran tetesan dari eksperimen batuk dan bersin si manekin.
Hasilnya, saat manekin tidak dipasang masker, tetesan dari batuk dan bersin bisa terlempar hampir 2,5 meter.
Sedangkan dengan bandana tetesan terlempar sejauh 91cm, sapu tangan sejauh hampir 40cm dan masker berbentuk kerucut sejauh 20cm.
Namun jenis masker kain dua lapis dengan jahitan yang bagus membuat tetesan hanya terlempar sejauh 6cm (2,5 inch).
“Kami menemukan bahwa meskipun jet turbulen yang tidak terhalang,” jelas Manhar Dhanak, rekan penulis dalam penelitian ini.
“Saat diamati mampu bergerak hingga 12 kaki (sekitar 2,5 meter), sebagian besar tetesan yang terlontar jatuh ke tanah pada titik ini,” imbuhnya.
Menurut mereka riset ini bisa membantu para tenaga profesional kesehatan, peneliti medis dan produsen dalam menilai efektivitas masker.
Selain itu, hasil riset juga makin membawa kesadaran untuk selalu mengenakan masker di tengah pandemi san new normal nantinya.
“Kami berharap visualisasi yang dipresentasikan di paper membantu menyampaikan alasan rasional di balik rekomendasi social distancing dan penggunaan masker,” pungkasnya. (MYR)