Jakarta – Islam, sebagai agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keramahan, menempatkan penghormatan terhadap tamu sebagai pilar penting dalam akhlak seorang muslim. Bukan sekadar anjuran sosial, memuliakan tamu merupakan ajaran yang terpatri dalam Al-Qur’an dan Hadits, mencerminkan esensi keimanan dan ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT. Praktik ini bukan hanya sekadar tindakan formalitas, melainkan manifestasi dari keimanan yang mendalam dan komitmen untuk membangun hubungan sosial yang harmonis.
Ayat Al-Qur’an yang relevan dengan tema ini terdapat dalam Surah Al-Hasyr ayat 9. Meskipun ayat ini secara tekstual membahas hubungan antara kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, khususnya perihal mengutamakan orang lain dan berbagi tanpa pamrih, merupakan landasan moral yang dapat diaplikasikan dalam konteks penerimaan tamu. Ayat tersebut menggambarkan bagaimana kaum Anshar, penduduk Madinah yang telah lebih dulu memeluk Islam, menerima dengan tangan terbuka kaum Muhajirin, para pendatang dari Mekkah yang terusir karena keyakinan mereka. Mereka rela berbagi harta dan kehidupan mereka, tanpa rasa iri atau dengki, menunjukkan keikhlasan dan kepedulian yang luar biasa. Sikap ini menjadi teladan bagi seluruh umat Islam dalam memperlakukan tamu, mengingatkan kita akan pentingnya berbagi dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Lebih jauh, ajaran Islam tentang memuliakan tamu dijabarkan secara rinci dalam berbagai Hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits ini memberikan panduan praktis tentang bagaimana seharusnya seorang muslim memperlakukan tamu, menunjukkan betapa pentingnya tindakan ini dalam perspektif agama. Salah satu hadits yang paling sering dikutip adalah hadits riwayat Muslim yang berbunyi, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” Hadits ini dengan tegas mengaitkan pemuliakan tamu dan tetangga dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir, menunjukkan betapa pentingnya kedua tindakan tersebut dalam konteks kehidupan beragama. Memuliakan tamu bukan sekadar tindakan sosial semata, melainkan merupakan bagian integral dari keimanan dan ketakwaan seorang muslim.
Hadits lain yang relevan adalah hadits riwayat Bukhari yang menceritakan tentang Jibril yang berulang kali mewasiatkan Nabi Muhammad SAW untuk berbuat baik kepada tetangga. Hadits ini, meskipun secara tekstual membahas tentang tetangga, menunjukkan penekanan Islam terhadap pentingnya membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar, termasuk tamu yang berkunjung. Pesan yang tersirat adalah bahwa kebaikan kepada orang lain, terutama mereka yang berada di sekitar kita, merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Keramahan dan kepedulian terhadap tamu merupakan manifestasi dari nilai-nilai ini.
Para ulama berbeda pendapat mengenai status hukum memuliakan tamu. Sebagian berpendapat bahwa memuliakan tamu merupakan kewajiban (wajib), sedangkan sebagian besar lainnya menganggapnya sebagai bagian dari akhlak mulia (sunnah) yang sangat dianjurkan. Perbedaan pendapat ini tidak mengurangi esensi ajaran Islam tentang pentingnya memuliakan tamu. Baik dianggap wajib maupun sunnah, memuliakan tamu tetap merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan memiliki nilai pahala yang besar di sisi Allah SWT. Tidak ada perbedaan perlakuan antara tamu yang kaya dan tamu yang miskin, semua tamu harus diperlakukan dengan hormat dan penuh keramahan.
Memuliakan tamu bukan hanya tentang menyediakan makanan dan minuman yang mewah. Lebih dari itu, memuliakan tamu meliputi berbagai aspek, termasuk cara menyambut, berbicara, dan memperlakukan tamu selama mereka berada di rumah kita. Menyambut tamu dengan wajah ceria dan senyum yang tulus merupakan langkah pertama yang penting. Perkataan yang baik, sopan, dan menyenangkan juga sangat diperlukan untuk membuat tamu merasa nyaman dan dihargai. Menyediakan makanan dan minuman sesuai kemampuan juga merupakan bagian penting dari memuliakan tamu. Tidak perlu merasa malu atau khawatir untuk menghidangkan makanan yang sederhana, karena niat yang ikhlas jauh lebih berharga daripada kemewahan materi.
Buku Pintar 50 Adab Islam karya Arfiani, dan berbagai literatur lain, menyajikan panduan lebih rinci tentang adab menerima tamu dalam Islam. Beberapa adab tersebut antara lain:
- Menyambut tamu dengan penuh kegembiraan: Senyum, sapaan yang hangat, dan sikap yang ramah akan membuat tamu merasa dihargai dan dihormati.
- Memberikan tempat duduk yang nyaman: Menawarkan tempat duduk yang nyaman dan sesuai dengan kondisi tamu merupakan tanda kehormatan dan perhatian.
- Menawarkan makanan dan minuman: Menyediakan makanan dan minuman sesuai kemampuan merupakan bagian penting dari memuliakan tamu. Tidak perlu menghidangkan makanan yang mewah, yang penting adalah keikhlasan dan niat yang baik.
- Berbicara dengan sopan dan santun: Berbicara dengan bahasa yang sopan dan santun akan membuat tamu merasa dihargai dan dihormati. Hindari perkataan yang kasar, menyinggung, atau menghina.
- Mendengarkan dengan penuh perhatian: Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan tamu merupakan tanda bahwa kita menghargai mereka dan perkataan mereka.
- Menjaga kerahasiaan pembicaraan: Apapun yang dibicarakan tamu selama bertamu hendaknya dijaga kerahasiaannya. Ini merupakan bentuk penghargaan atas kepercayaan yang diberikan tamu.
- Mengiringi tamu hingga ke pintu: Mengantar tamu sampai ke pintu merupakan tanda kesopanan dan perhatian terakhir kepada tamu.
Memelihara adab menerima tamu bukan hanya menunjukkan akhlak mulia seorang muslim, melainkan juga membangun hubungan sosial yang harmonis dan kuat. Dalam konteks masyarakat yang semakin individualistis, memuliakan tamu menjadi salah satu cara untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Dengan memuliakan tamu, kita tidak hanya memperoleh pahala dari Allah SWT, melainkan juga mendapatkan kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan kita. Semoga kita semua dapat menjadikan ajaran Islam tentang memuliakan tamu sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua dapat menjadi muslim yang benar-benar mengamalkan nilai-nilai kemuliaan dan keramahan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.