Jakarta, 18 Februari 2025 – Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia berhasil melaksanakan seleksi ketat bagi Tenaga Pendukung Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1446H/2025M di sembilan negara Timur Tengah. Sebanyak 212 mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi di kawasan tersebut berpartisipasi dalam proses seleksi yang menekankan profesionalisme dan transparansi ini. Langkah ini merupakan bagian integral dari komitmen Kemenag dalam memastikan penyelenggaraan ibadah haji yang semakin optimal dan terbebas dari berbagai potensi kendala.
Direktur Bina Haji Kemenag, Musta’in Ahmad, dalam keterangan resmi yang dirilis Senin (17/2/2025) melalui laman resmi Kemenag, menyampaikan apresiasinya atas partisipasi antusias para mahasiswa. "Seleksi Tenaga Pendukung PPIH Arab Saudi tahun ini diikuti oleh 212 mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Timur Tengah," ujarnya. Beliau menegaskan bahwa seleksi ini merupakan langkah strategis dalam upaya mendapatkan petugas haji yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki dedikasi tinggi dalam melayani jemaah.
Proses seleksi yang berlangsung di berbagai kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Timur Tengah ini dirancang secara terstruktur dan transparan. Sistem Computer Assisted Test (CAT) diadopsi sebagai metode seleksi tahap pertama, menandai sebuah inovasi dalam rekrutmen petugas haji. Penerapan teknologi digital ini sejalan dengan program transformasi digital yang digagas Kemenag untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan penyelenggaraan ibadah haji. "Seleksi CAT dilakukan sebagai langkah inovatif untuk pelaksanaan rekrutmen petugas haji yang lebih baik serta wujud keseriusan Ditjen PHU dalam mendukung program transformasi digital," jelas Musta’in.
Tahap kedua seleksi melibatkan wawancara mendalam untuk menilai lebih lanjut kemampuan, integritas, dan kesiapan para calon tenaga pendukung PPIH. Proses wawancara ini dirancang untuk memastikan bahwa hanya kandidat terbaik yang terpilih, sekaligus menjadi filter tambahan untuk menjamin kualitas pelayanan kepada para jemaah haji. Keterpaduan antara seleksi berbasis teknologi (CAT) dan penilaian personal (wawancara) ini diharapkan mampu menghasilkan tim pendukung PPIH yang handal dan profesional.
Tenaga pendukung PPIH Arab Saudi, seperti yang dijelaskan Musta’in, terdiri dari dua unsur utama. Pertama, mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Timur Tengah, seperti yang terlibat dalam seleksi ini. Keterlibatan mahasiswa ini dinilai sangat strategis karena mereka memiliki pemahaman kontekstual tentang lingkungan sosial dan budaya di kawasan tersebut, sehingga dapat membantu kelancaran pelaksanaan ibadah haji. Kedua, Warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di Arab Saudi (mukimin). Gabungan kedua unsur ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang optimal dalam mendukung penyelenggaraan ibadah haji.
Distribusi peserta seleksi dari berbagai negara Timur Tengah cukup beragam. Mesir menjadi negara dengan kontribusi terbesar, mengirimkan 77 mahasiswa. Yaman menyusul dengan 83 peserta, menunjukkan antusiasme tinggi dari mahasiswa Indonesia yang belajar di negara tersebut. Suriah (4 orang), Yordania (3 orang), Tunisia (14 orang), Maroko (12 orang), Libya (13 orang), Libanon (3 orang), dan Uni Emirat Arab (5 orang) juga turut berkontribusi dalam seleksi ini. Keragaman geografis ini mencerminkan jangkauan luas program rekrutmen Kemenag dan komitmennya untuk melibatkan talenta terbaik dari berbagai penjuru Timur Tengah.
Kasubdit Bina Petugas Haji Kemenag, Tawwabuddin, memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat dan antusiasme para mahasiswa yang mengikuti seleksi. "Antusiasme mahasiswa sangat tinggi sebagai wujud harapan mereka untuk berperan dalam memberikan pelayanan kepada Jemaah Haji," katanya. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan hal yang sangat berharga bagi para mahasiswa Indonesia di Timur Tengah. Mereka tidak hanya ingin mengabdikan diri untuk negara, tetapi juga ingin berperan aktif dalam membantu sesama muslim menjalankan ibadah haji dengan lancar dan khusyuk.
Seleksi ini juga mencerminkan komitmen Kemenag dalam meningkatkan kualitas pelayanan haji. Dengan melibatkan mahasiswa Indonesia di Timur Tengah, Kemenag tidak hanya mendapatkan tenaga pendukung yang kompeten, tetapi juga membangun jaringan kerjasama yang lebih luas dengan berbagai institusi pendidikan di kawasan tersebut. Hal ini dapat membuka peluang untuk pengembangan program-program peningkatan kualitas pelayanan haji di masa mendatang.
Proses seleksi yang transparan dan akuntabel ini juga menjadi bukti nyata dari upaya Kemenag dalam mencegah praktik-praktik korupsi dan kolusi. Penggunaan sistem CAT dan mekanisme wawancara yang terstruktur mengurangi potensi intervensi yang tidak semestinya, sehingga memastikan bahwa kandidat yang terpilih benar-benar berdasarkan kompetensi dan integritas mereka.
Keberhasilan penyelenggaraan seleksi ini menjadi langkah penting dalam persiapan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025. Kemenag berharap bahwa tenaga pendukung PPIH yang terpilih dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memastikan kelancaran dan kenyamanan jemaah haji selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. Komitmen terhadap profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas akan terus menjadi pedoman Kemenag dalam setiap tahapan penyelenggaraan ibadah haji, demi mewujudkan ibadah haji yang mabrur bagi seluruh jemaah Indonesia.
Lebih jauh lagi, kesuksesan seleksi ini juga dapat dilihat sebagai contoh nyata dari diplomasi publik yang efektif. Kemenag tidak hanya fokus pada aspek teknis penyelenggaraan haji, tetapi juga memperhatikan aspek pengembangan sumber daya manusia dan kerjasama internasional. Dengan melibatkan mahasiswa Indonesia di Timur Tengah, Kemenag sekaligus memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara di kawasan tersebut. Hal ini dapat berdampak positif bagi berbagai aspek kerjasama lainnya di masa mendatang.
Ke depan, Kemenag diharapkan dapat terus melakukan inovasi dan perbaikan dalam proses rekrutmen petugas haji. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) perlu terus ditingkatkan untuk memastikan efisiensi dan transparansi. Selain itu, peningkatan kualitas pelatihan dan pembekalan bagi petugas haji juga sangat penting untuk memastikan mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dalam melayani jemaah.
Seleksi Tenaga Pendukung PPIH Arab Saudi 2025 di Timur Tengah ini bukan hanya sekadar proses rekrutmen biasa, tetapi merupakan bagian dari upaya besar Kemenag dalam mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji yang semakin baik dan profesional. Komitmen ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar ibadah haji dapat menjadi pengalaman spiritual yang berkesan dan penuh berkah bagi seluruh jemaah Indonesia. Suksesnya penyelenggaraan ibadah haji merupakan tanggung jawab bersama, dan peran tenaga pendukung PPIH sangatlah krusial dalam mencapai tujuan tersebut.