ERAMADANI.COM, – Kabar duka kembali datang dari Joserizal Jurnalis pada Senin (20/01/2020) dini hari, kehilangan sosoknya tersebut membuat Din Syamsuddin menyapaikan tentang dunia Islam dan kemanusian serta dukanya.
Prof Din Syamsuddin menyampaikan rasa kehilangan atas kepergian almarhum Joserizal Jurnalis pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
Di mata, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, Joserizal adalah orang yang banyak jasanya di bidang kemanusiaan.
Dilansir dari Repuplika.co.id, ia adalah salah seorang penggagas pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina yang dimulai tahun 2009 silam.
“Kepergian almarhum Dokter Joserizal Jurnalis bukan hanya kehilangan bagi keluarga, bagi keluarga sekampung, bagi MER-C, tapi juga bagi umat Islam Indonesia, dunia Islam dan dunia kemanusiaan,” kata Din saat menyampaikan ceramah sebelum melaksanakan shalat jenazah di Masjid Silaturrahim, Cibubur, Bekasi.
Din Syamsuddin: Kematian Adalah Kepastian

Din menyampaikan, kematian adalah suatu kepastian. Setiap yang berjiwa dan bernyawa pasti akan merasakan mati, dan kembali kepada sang pencipta.
Sangat manusiawi kalau semua orang khususnya orang terdekat almarhum merasa bersedih dan berduka. Namun keimanan harus bisa mengikhlaskan kepergiannya.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) ini mengungkapkan bahwa sangat tahu prakarsa baik Joserizal bersama sahabat-sahabatnya di MER-C.
Mereka membela manusia di Palestina dan Myanmar serta tempat-tempat lainnya. Maka sudah sepatutnya kepergianya dijadikan pelajaran agar bisa melahirkan banyak sosok seperti Joserizal.
“Umat ini, bangsa ini memerlukan figur seperti almarhum, maka marilah kita bertekad generasi penerus umat ini, generasi penerus bangsa ini, untuk melahirkan kembali Joserizal Joserizal yang baru,” ujarnya.
Mengenal Sosok Joserizal

Joserizal yang lahir di Padang, Sumatra Barat pada 11 Mei 1963 ini tutup usia pada 20 Januari 2020 pada usia 56 tahun.
Ia juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) seorang dokter sekaligus aktivis yang membantu masyarakat korban perang dan konflik.
Pendiri MER-C ini juga telah melakukan pertolongan di sejumlah wilayah konflik seperti di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, dan Gaza serta daerah-daerah lainnya.
Dalam melakukan tugasnya di daerah konflik, ia sering mengalami keterbatasan peralatan.
Namun selalu ada cara dan upaya untuk membantu mereka yang membutuhkan pertolongan cepat.
Ia juga memiliki banyak karya di MER-C, salah satunya pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina pada tahun 2009.
Belum lama ini, MER-C juga mendirikan RS Persahabatan Indonesia-Myanmar di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State, Myanmar. (MYR)