Jakarta – Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, ayat 285 dan 286, telah lama dikenal dalam khazanah Islam sebagai ayat-ayat yang memiliki keutamaan luar biasa. Bukan sekadar rangkaian kata-kata suci, kedua ayat ini, yang sering disebut sebagai "Ayat Kursi Kecil," diyakini mampu memberikan perlindungan dan ketenangan bagi siapa pun yang membacanya, khususnya sebelum tidur. Keyakinan ini bersumber dari hadits-hadits shahih yang diriwayatkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW, dan telah dikaji serta diulas oleh para ulama selama berabad-abad.
Hadits yang paling masyhur terkait keutamaan membaca dua ayat ini sebelum tidur diriwayatkan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya, At-Tibyan fi Adab Hamalah Al-Qur’an, yang kemudian diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Ahmad Atabik. Hadits tersebut, yang termaktub dalam Ash-Shahihain (Bukhari dan Muslim) melalui riwayat Abu Mas’ud Al-Badri, menyebutkan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, "(Hadits dalam bahasa Arab)." Terjemahannya kurang lebih bermakna: "Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka kedua ayat tersebut akan melindunginya (mencukupinya)."
Interpretasi terhadap makna "mencukupinya" (dalam bahasa Arab, kata yang digunakan memiliki beberapa arti) memiliki beberapa penafsiran di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa perlindungan yang dimaksud merujuk pada kecukupan dari kewajiban salat malam. Dengan membaca kedua ayat ini, seseorang dianggap telah mendapatkan pahala yang setara dengan melaksanakan salat malam. Pendapat lain menekankan aspek perlindungan dari hal-hal buruk atau kejadian yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi sepanjang malam. Kedua penafsiran ini, meskipun berbeda penekanannya, menunjukkan betapa besarnya manfaat dan keberkahan yang terkandung dalam dua ayat tersebut. Keduanya sama-sama mengisyaratkan perlindungan ilahi yang diberikan kepada hamba-Nya yang senantiasa mengingat dan mengamalkan firman-Nya.
Keutamaan membaca ayat-ayat terakhir surat Al-Baqarah tidak hanya berhenti pada aspek perlindungan semata. Hadits lain, yang juga memiliki sanad yang kuat dan tercantum dalam riwayat Imam Ad-Darimi dalam Musnad-nya dan Ibnu Adh-Dharis dalam Fadha’il Al-Qur’an, menghubungkan amalan ini dengan kecerdasan dan keutamaan spiritual. Hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA ini menyebutkan, "(Hadits dalam bahasa Arab)." Artinya kurang lebih: "Aku belum pernah melihat seseorang yang cerdas tidur sebelum membaca tiga ayat terakhir dari surat Al-Baqarah." Hadits ini menekankan pentingnya membaca ayat-ayat tersebut sebelum tidur sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan ketajaman pikiran, sekaligus sebagai bentuk persiapan spiritual untuk menghadapi hari esok. Perlu dicatat bahwa beberapa riwayat menyebutkan "tiga ayat terakhir", sementara yang lain hanya menyebut "dua ayat terakhir". Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan dalam cara penghitungan ayat atau penafsiran terhadap ayat-ayat yang dimaksud. Yang terpenting adalah semangat untuk mengamalkan membaca ayat-ayat tersebut sebagai bagian dari ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk lebih memahami konteks dan hikmah di balik kedua ayat ini, mari kita telaah isi ayat 285 dan 286 surat Al-Baqarah secara lebih rinci. Berikut teks Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya:
(Teks Arab Ayat 285 dan 286)
(Transliterasi Latin Ayat 285 dan 286)
(Terjemahan Ayat 285 dan 286)
Ayat 285 secara ringkas menggambarkan keimanan yang utuh dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Ayat ini menekankan kesatuan dan keteguhan iman dalam menerima seluruh wahyu dan ajaran ilahi tanpa membeda-bedakan. Sikap sami’na wa ata’na (kami dengar dan kami taat) yang tercantum dalam ayat ini merupakan manifestasi dari ketaatan mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Permohonan ampun (gufrānaka rabbana) dan pengakuan bahwa hanya kepada Allah SWT-lah tempat kembali (ilaikal-ma’ādir) menegaskan kerendahan hati dan ketergantungan manusia sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
Ayat 286 melanjutkan tema tersebut dengan menekankan prinsip keadilan dan rahmat Allah SWT. Allah SWT tidak akan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Prinsip ini menjadi dasar dari syariat Islam yang selalu mempertimbangkan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Ayat ini juga menegaskan adanya sistem pertanggungjawaban atas amal perbuatan, baik kebaikan maupun keburukan. Doa yang diajarkan dalam ayat ini, yang berisi permohonan perlindungan dari kelalaian dan kesalahan, serta permohonan keringanan beban dan ampunan, mencerminkan kerendahan hati dan kesungguhan hamba dalam memohon pertolongan kepada Allah SWT. Ungkapan "kaum kafir" di akhir ayat mengacu pada mereka yang menolak kebenaran dan ajaran Allah SWT, dan doa ini memohon pertolongan dalam menghadapi tantangan dan ujian dari pihak-pihak yang menentang kebenaran.
Konteks turunnya ayat 285 dan 286 juga menarik untuk dikaji. Menurut sebuah riwayat dalam Al-Lu’lu wa Al-Marjan karya Brilly El-Rasheed, kedua ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas kesedihan para sahabat setelah turunnya ayat 284 surat Al-Baqarah. Ayat 284, yang mengatur tentang kewajiban menunaikan hutang, menyebabkan para sahabat merasa berat dan khawatir akan kemampuan mereka untuk melaksanakannya. Rasulullah SAW kemudian menenangkan mereka dan mengajarkan doa yang kemudian tertuang dalam ayat 285 dan 286, yang menekankan rahmat dan keadilan Allah SWT serta pentingnya bertawakal dan memohon ampunan. Riwayat ini menunjukkan bahwa dua ayat terakhir surat Al-Baqarah bukan hanya sekadar ayat biasa, tetapi juga merupakan manifestasi dari kasih sayang dan bimbingan Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang menghadapi kesulitan.
Kesimpulannya, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, selain memiliki keindahan dan kedalaman makna, juga mengandung keutamaan dan keberkahan yang luar biasa. Hadits-hadits shahih yang meriwayatkan keutamaannya menjadi dasar bagi anjuran untuk membacanya, khususnya sebelum tidur. Amalan ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan bentuk permohonan perlindungan, penambah kecerdasan, dan penguatan keimanan. Dengan memahami konteks dan makna ayat-ayat tersebut, kita dapat lebih merasakan kedalaman hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya, serta semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga uraian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kita tentang keajaiban firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an.