Jakarta – Dalam hiruk pikuk dunia, di mana ambisi dan kekuasaan seringkali menjadi pendorong utama, pesan tentang keadilan menjadi semakin relevan. Keadilan, bukan sekadar konsep abstrak, melainkan pondasi kokoh yang menopang tegaknya sebuah kepemimpinan. Hal ini diungkapkan dalam sebuah kisah inspiratif tentang Syaibah ibn Syabah dan Al-Mahdi, yang mengingatkan kita bahwa keadilan adalah kunci bagi pemimpin untuk meraih ketenangan jiwa dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Syaibah ibn Syabah, seorang bijak, menyapa Al-Mahdi dengan pertanyaan yang sarat makna, "Amir Al-Mukminin, Allah sungguh telah memberi tuan dunia, karena itu berikan rakyatmu keadilan dan kebahagiaan hidupmu." Pertanyaan ini bukan sekadar basa-basi, melainkan refleksi mendalam tentang tanggung jawab seorang pemimpin.
Al-Mahdi, yang menyadari beratnya amanah yang diembannya, bertanya balik, "Apa yang mesti kuberikan kepada rakyat?" Syaibah menjawab dengan tegas, "Keadilan. Jika rakyat hidup tenteram di bawah tuan maka tuan akan tenang dikubur."
Kalimat sederhana ini mengandung pesan yang mendalam. Keadilan bukan hanya tentang hukum dan aturan, melainkan tentang menciptakan rasa aman dan kesejahteraan bagi rakyat. Seorang pemimpin yang adil akan meninggalkan warisan yang penuh berkah, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Keadilan: Ajaran Islam yang Tak Terbantahkan
Islam, sebagai agama yang sempurna, menempatkan keadilan sebagai salah satu pilar utama ajarannya. Keadilan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari sosial, ekonomi, politik, hingga ekologis, menjadi kewajiban bagi setiap muslim.
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 135, "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika dia (yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu (kemaslahatan) keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari kebenaran). Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling (enggan menjadi saksi), sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan," merupakan bukti nyata tentang pentingnya keadilan dalam Islam.
Ayat ini menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, tanpa terpengaruh oleh status sosial, hubungan keluarga, atau bahkan keinginan pribadi. Keadilan harus menjadi landasan utama dalam setiap keputusan dan tindakan.
Nasihat Bijak: Menghindari Kesombongan Kekuasaan
Syaibah ibn Syabah, dalam nasihatnya kepada Al-Mahdi, mengingatkan tentang hari tiada esok sesudahnya. Ini merupakan pesan penting bagi setiap pemimpin, agar tidak terlena dengan kekuasaan duniawi dan melupakan tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT. Kekuasaan yang dikaruniakan Allah SWT harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk memuaskan hawa nafsu dan kesombongan.
Nasihat tersebut diiringi dengan bait-bait puisi yang indah, "Hiasi hidupmu dengan takwa. Tiada seorang pun akan mencemooh. Kebaikan tiada pernah akan musnah. Gapailah, keberuntungan pasti akan melimpah ruah, harta dan kekayaan lenyap dan musnah." Puisi ini mengingatkan kita bahwa kekayaan dan harta benda bersifat fana, sementara amal kebaikan akan kekal abadi.
Raja Anusyirwan: Teladan Keadilan dan Ketegasan
Kisah Raja Anusyirwan, seorang pemimpin yang adil dan bijaksana, memberikan inspirasi bagi para pemimpin masa kini. Ketika Kaisar Romawi bertanya tentang cara mempertahankan kekuasaan, Raja Anusyirwan menjawab dengan bijak, "Aku tak pernah melakukan sesuatu tanpa perhitungan. Jika aku menetapkan sesuatu, aku selalu konsisten dan tak pernah meralatnya, karena takut ada pengharapan. Maksudnya, jika aku mengambil keputusan, maka aku tak pernah mengurungkannya, karena ada orang yang meminta atau menakut-nakuti diriku. Aku selalu konsisten dengan keputusanku."
Jawaban Raja Anusyirwan ini mengandung beberapa pesan penting:
- Keputusan yang matang: Seorang pemimpin yang adil tidak boleh mengambil keputusan secara emosional, melainkan berdasarkan perhitungan yang cermat dan mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat luas.
- Konsistensi: Keputusan yang telah diambil harus ditegakkan dengan tegas, tanpa terpengaruh oleh tekanan atau rayuan dari pihak manapun.
- Keberanian: Seorang pemimpin yang adil tidak boleh takut menghadapi ancaman atau intimidasi, demi menegakkan kebenaran dan keadilan.
Alexander Agung dan Aristoteles: Keadilan sebagai Pondasi Kekuasaan
Kisah Alexander Agung dan Aristoteles, dua tokoh berpengaruh dalam sejarah, menunjukkan bahwa keadilan adalah pondasi utama bagi seorang pemimpin. Alexander, yang dikenal sebagai penguasa yang ambisius, bertanya kepada Aristoteles, "Mana yang lebih utama bagi para penguasa, sifat berani atau adil?" Aristoteles menjawab dengan tegas, "Jika seorang penguasa adil, ia tak memerlukan keberanian."
Jawaban Aristoteles ini mengandung makna yang mendalam. Keadilan merupakan kekuatan yang tak tergoyahkan, yang mampu menaklukkan segala rintangan dan ancaman. Seorang pemimpin yang adil akan mendapatkan kepercayaan dan kesetiaan rakyatnya, sehingga tidak perlu menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mempertahankan kekuasaannya.
Menjadi Pemimpin yang Adil: Inspirasi bagi Masa Kini
Kisah-kisah inspiratif tentang pemimpin yang adil, seperti Al-Mahdi, Raja Anusyirwan, dan Alexander Agung, merupakan pelajaran berharga bagi para pemimpin masa kini. Keadilan bukan sekadar slogan, melainkan sebuah komitmen yang harus diwujudkan dalam setiap tindakan dan keputusan.
Semoga uraian singkat ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin negeri untuk bersikap adil, benar yang dibenarkan dan salah yang dipersalahkan, bukan sebaliknya. In-Syaa’Allah, hidup pemimpin yang adil akan berada dalam perlindungan Allah SWT.
Catatan:
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.