ERAMADANI.COM, JAKARTA – Sejak Rabu (24/3/21), kapal kargo raksasa milik Jepang bernama Ever Given dengan panjang 400 m dan berbobot 200.000 ton tersendat di jalur pelayaran Terusan Suez. Insiden itu turut berpengaruh terhadap kapal Indonesia dalam kegiatan ekspor impor.
Adapun saat ini kapal-kapal Indonesia turut mengantre bersama kapal-kapal negara lain untuk dapat melewati jalur tersebut.
Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengungkapkan, belum bisa memastikan jumlah kapal Indonesia yang masih ikut terjebak di sana.
Akan tetapi, pihaknya terus berkoordinasi dengan para eksportir yang mengirim komoditi ke kawasan Eropa dan sekitarnya.
“Pasti ada, lagi saya cek,” ujar Benny.
Ia pun mengungkapkan adanya dampak negatif dari insiden ini yakni terkait bertambahnya dana yang harus Indonesia keluarkan.
“Ongkosnya naik, tapi kenaikan persentasenya belum tahu, tapi ongkosnya pasti naik, seringnya begitu,” ungkap Benny, Kamis (25/3/21), mengutip finance.detik.com.
Adapun kenaikan ongkos itu lantaran naiknya biaya bahan bakar yang lebih besar.
Semakin lama perjalanan, maka biaya lain juga akan membengkak, terutama untuk awak kapal.
Insiden macetnya perjalanan kapal di Terusan Suez itu setelah sebuah kapal berbendera Panama tiba-tiba berbelok tak sesuai arah dan menutup jalur pelayaran itu.
Hal itu lantas mengakibatkan kemacetan dan menciptakan tailback yang panjang di jalur air, dengan lebih dari 150 kapal saat ini mengantre di daerah tersebut untuk lewat.
Kerugian Akibat Insiden Terusan Suez Ini Capai Triliunan
Sementara hal itu juga telah menahan sekitar US$ 400 juta atau setara Rp 5,7 triliun (kurs Rp 14.409) per jam barang yang harus terkirim melalui jalur tersebut.
Berdasarkan data dari CNBC, Jumat (26/3/21), data itu berdasarkan perkiraan nilai barang yang harus dipindahkan melalui Terusan Suez. Pengirim data yakni perusahaan Lloyd’s.
Perusahaan itu juga menilai lalu lintas ke arah barat kira-kira US$ 5,1 miliar per hari, lalu lintas ke arah timur sekitar US$ 4,5 miliar per hari.
Jon Gold selaku Wakil Presiden Rantai Pasokan dan Kebijakan Bea Cukai, National Retail Federation mengatakan, macetnya jalur perdagangan Suez ini memperparah sulitnya pengiriman rantai pasokan yang tengah krisis akibat pandemi COVID-19.
“Banyak perusahaan terus berjuang mengatasi kemacetan rantai pasokan dan penundaan akibat pandemi. Tidak ada keraguan bahwa penundaan Suez akan mempengaruhi rantai pasokan dan menyebabkan tantangan tambahan,” ujarnya.
(ITM)