Jakarta, 17 Januari 2025 – Bulan Rajab, salah satu bulan mulia dalam kalender Hijriah, kembali menyapa umat Islam. Keistimewaan bulan ini, yang dipercaya sebagai bulan kesucian dan persiapan menuju bulan Ramadan, semakin terasa khusyuk di hari Jumat, khususnya pada Jumat terakhir. Tahun ini, Jumat terakhir bulan Rajab 1446 H jatuh pada tanggal 24 Januari 2025, menurut kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia. Perhitungan ini menempatkan tanggal 1 Rajab 1446 H bertepatan dengan tanggal 1 Januari 2025.
Jumat, sebagai hari yang dimuliakan dalam Islam, memiliki kedudukan istimewa. Gabungan antara hari Jumat dan bulan Rajab menciptakan momentum spiritual yang dipercaya Allah SWT akan melipatgandakan pahala amal kebaikan dan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Hal ini sejalan dengan pemahaman umum dalam ajaran Islam yang menganjurkan peningkatan ibadah dan dzikir di waktu-waktu mustajab, meskipun amalan tersebut dianjurkan setiap saat.
Buku "Keutamaan Doa dan Dzikir" karya M. Khalilurrahman al Mahfani menjelaskan, Allah SWT dan Rasulullah SAW telah menunjuk beberapa waktu khusus yang mustajab untuk berdoa dan berdzikir. Oleh karena itu, memanfaatkan momentum hari Jumat di bulan Rajab untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan tindakan yang bijak dan dianjurkan. Ini bukan berarti ibadah di waktu lain tidak bernilai, melainkan sebagai penekanan akan keutamaan waktu-waktu tertentu yang telah Allah SWT tetapkan.
Keutamaan Jumat Terakhir Bulan Rajab: Janji Kelipatan Pahala dan Pengabulan Doa
Jumat terakhir bulan Rajab memiliki keutamaan tersendiri. Riwayat dari Anas bin Malik RA menyebutkan sebuah khutbah Rasulullah SAW yang mengisyaratkan keistimewaan hari tersebut. Dalam khutbah tersebut, Rasulullah SAW menyampaikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan melipatgandakan setiap kebaikan yang dilakukan, menerima setiap doa yang dipanjatkan, dan menghilangkan segala kegelisahan yang mendera hamba-Nya. Hadits ini, yang terdapat dalam Fadhl Rajab, menyatakan:
"Wahai manusia, sungguh telah membayangi kalian sebuah bulan yang agung, yaitu bulan Rajab, yang merupakan bulan Allah. Akan dilipatgandakan di dalamnya setiap kebaikan dan akan diterima doa-doa, kegelisahan akan dihilangkan, dan doa-doa orang beriman tidak ditolak. Siapa saja yang melakukan kebaikan di dalamnya maka akan dilipatgandakan menjadi berlipatganda. Dan Allah akan melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang Dia kehendaki."
Meskipun hadits ini dikutip dari buku "Hikmah Bulan Rajab dan Sya’ban" karya Dimitri Mahayana, perlu ditekankan bahwa penelitian lebih lanjut mengenai derajat sanad (tingkat keaslian) hadits tersebut masih diperlukan untuk memastikan keakuratan dan keabsahannya. DetikHikmah, sebagai sumber berita ini, belum berhasil memverifikasi tingkat keakuratan hadits tersebut berdasarkan kajian hadits yang kredibel.
Amalan Sunnah di Jumat Terakhir Bulan Rajab: Meningkatkan Kedekatan dengan Allah SWT
Berbagai amalan sunnah dianjurkan untuk dikerjakan pada Jumat terakhir bulan Rajab sebagai bentuk peningkatan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu amalan yang populer adalah membaca dzikir "Ahmadu Rasulullahi Muhammadur Rasulullahi" sebanyak 35 kali. Amalan ini dianjurkan dibaca saat khatib menyampaikan khutbah Jumat kedua.
Kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Hamid bin Muhammad Ali Quds, seperti yang dikutip oleh NU Online, menjelaskan amalan ini berdasarkan keterangan Syekh Ali al-Ajhuri. Kitab tersebut menyebutkan keutamaan amalan ini, yaitu:
"Sesungguhnya barang siapa di akhir Jumat bulan Rajab, saat khatib berada di mimbar membaca; ‘Ahmadu Rasulullahi Muhammadur Rasulullahi’ (sebanyak 35 kali), maka dirham tidak akan putus dari tangannya pada tahun tersebut (selama setahun akan selalu memegang uang)."
Perlu diingat bahwa penafsiran terhadap hadits dan riwayat mengenai keutamaan amalan tertentu perlu dilakukan dengan bijak dan berlandaskan pemahaman yang komprehensif. Keutamaan materi bukanlah tujuan utama ibadah, melainkan kedekatan dengan Allah SWT dan peningkatan kualitas spiritual.
Selain membaca dzikir tersebut, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah-ibadah lainnya seperti salat sunnah, membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, dan bersedekah. Semua amalan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Salat Tasbih: Amalan Sunnah yang Dianjurkan Rasulullah SAW
Sufi besar dan ahli makrifat abad ke-7 H, Syekh Abdul Aziz ad-Dirini, dalam kitab Thaharatul Qulub yang diterjemahkan oleh Jamaluddin, mengungkapkan kebiasaan para ulama salaf saleh dalam melaksanakan salat Tasbih. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan salat Tasbih kepada Al-Abbas, dengan anjuran untuk melakukannya setiap hari, jika tidak mampu setiap hari maka setiap Jumat, dan jika tidak mampu setiap Jumat maka setiap bulan.
Rasulullah SAW menjanjikan pengampunan dosa bagi siapa saja yang melaksanakan salat Tasbih. Riwayat ini terdapat dalam kitab Abu Dawud dan kitab-kitab hadits lainnya. Salat Tasbih merupakan salat empat rakaat dengan bacaan surah Al-Fatihah dan surah yang melebihi 20 ayat, diikuti dengan tasbih (bacaan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar) setelah setiap bacaan surah.
Kesimpulan: Mengoptimalkan Momentum Spiritual
Jumat terakhir bulan Rajab 1446 H, yang jatuh pada tanggal 24 Januari 2025, merupakan momentum spiritual yang sangat berharga bagi umat Islam. Meskipun keaslian beberapa hadits terkait keutamaan bulan Rajab dan amalan-amalan tertentu masih perlu diverifikasi lebih lanjut, esensi dari momentum ini tetaplah pada peningkatan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memperbanyak doa, dzikir, salat sunnah, membaca Al-Quran, dan bersedekah, umat Islam dapat mengoptimalkan kesempatan ini untuk meraih keberkahan dan ampunan dari Allah SWT. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua.