ERAMADANI.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) serukan kampanye membenci produk luar negeri. Dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang berlangsung secara virtual, Kamis (4/3/21) itu, Jokowi mengajak masyarakat agar lebih memilih menggunakan barang-barang produksi dalam negeri.
Tidak hanya itu, ia juga meminta agar produk dalam negeri semakin menggencarkan branding, agar rasa loyal terhadap produk lokal tumbuh.
Saat ini Indonesia memiliki pangsa pasar yang menarik di mata asing, lantaran populasi penduduk yang besar yaitu 270 juta.
Sementara itu, Jokowi meminta Muhammad Lutfi selaku Menteri Perdagangan untuk menggeser produk-produk impor terutama yang ada di mal.
Lantas mengganti rak-rak depan dengan produk lokal dari Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM).
“Pasar baru harus digarap secara serius,” tuturnya, mengutip kumparan.com.
Mendag Sebut Ucapan dan Kemarahan Jokowi Bersumber Darinya
Menanggapi hal itu, Muhammad Lutfi meminta agar pernyataan Presiden itu tidak dibesar-besarkan.
Lutfi menyatakan bahwa ia lah yang memicu Presiden berkata demikian.
Berdasarkan keterangan Menteri Perdagangan, kemarahan Jokowi bersumber dari laporannya hari itu terkait adanya praktik predatory pricing.
Praktik itu merupakan praktik permainan harga dari produk impor yang membuat UMKM tak mampu berkompetisi.
“Ini bentuk kekecewaan bukan hanya beliau, tapi kekecewaan kita semua karena praktik yang tidak adil ini, menyebabkan kerusakan yang masif dari perkembangan UMKM kita,” imbuhnya.
Maksud Lutfi itu ialah adanya salah satu UMKM lokal yang memproduksi hijab dan menuai penjualan yang luar biasa pada 2016 sampai 2018.
Industri ini bahkan mampu mempekerjakan 34 ribu pekerja dengan gaji mencapai USD 650.000 per tahunnya.
“Ketika industrinya maju tahun 2018, tersadap artificial intelligence yang digunakan perusahaan digital asing. Kemudian disedot informasinya. Setelah itu dibuatlah industrinya di China, kemudian diimpor barangnya ke Indonesia, mereka membayar USD 44 ribu sebagai bea masuk, tetapi kemudian industri UMKM hijab itu hancur,” papar Lutfi.
Adapun produk buatan luar negeri tersebut di Indonesia dijual dengan harga sangat miring yakni hanya Rp 1.900 per pcs.
UMKM lokal hijab itu kemudian mati, lantaran adanya produk dari luar dengan harga miring.
Menurut Lutfi, hal itu menimbulkan kompetisi yang tidak adil. Oleh karenanya, dapat membunuh UMKM lokal bila pemerintah biarkan.
“Inilah yang disebut predatory pricing, kita tidak bisa bersaing karena memang ceritanya di E-commerce bagaimana mensubsidi atau meng-anti-dumping harga supaya turun, matinya kompetisi, matinya industri UMKM. Inilah yang menyebabkan kebencian produk asing yang diutarakan Pak Presiden,” jelas Mendag Lutfi.
Luhut Merespons Positif Jokowi, Minta BMKG Lebih Gunakan Produk Buatan Negeri
Sementara itu, ajakan Presiden untuk membenci produk luar negeri mendapat dukungan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Adapun Luhut secara khusus meminta kepada BMKG agar tidak terus-menerus memanfaatkan alat-alat dari luar negeri, terlebih yang bisa RI produksi sendiri. (ITM)