Jakarta, [Tanggal Penerbitan] – Jam’iyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) resmi memulai era kepemimpinan baru periode 2025-2030. Penyerahan Surat Keputusan (SK) Pengesahan Idaroh Aliyah JATMAN berlangsung khidmat di Gedung PBNU, Jakarta, dihadiri oleh para tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) dan jajaran pengurus JATMAN. Momentum penting ini menandai babak baru bagi organisasi yang berperan signifikan dalam pengembangan tasawuf di lingkungan Nahdlatul Ulama.
Prof. KH. Ali Masykur Musa, yang terpilih sebagai Mudir ‘Ali JATMAN, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) atas kepercayaan yang diberikan. Dalam konferensi pers seusai penyerahan SK, beliau mengungkapkan perjalanan pembentukan kepengurusan yang diawali dengan penunjukan dirinya dan KH. Achmad Chalwani Nawawi sebagai Mudir ‘Ali dan Rais ‘Ali. Proses selanjutnya, melalui mekanisme formatur, menghasilkan susunan kepengurusan yang komprehensif dan representatif.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada PBNU atas amanah yang telah diberikan. Awalnya hanya kami berdua, kemudian melalui proses formatur, terbentuklah kepengurusan yang telah disepakati bersama," ujar Prof. KH. Ali Masykur Musa dengan nada penuh syukur. Kehadiran Dr. KH. Amin Said Husni, Wakil Ketua Umum PBNU, yang mewakili Ketua Umum PBNU dalam menyerahkan SK tersebut, turut diapresiasi oleh Mudir ‘Ali JATMAN. Kehadiran beliau semakin mengukuhkan dukungan dan sinergi antara JATMAN dan PBNU.
Lebih lanjut, Prof. KH. Ali Masykur Musa memaparkan visi dan misi kepengurusan JATMAN periode ini yang dibangun di atas empat pilar utama. Keempat pilar ini, menurut beliau, merupakan kekuatan fundamental yang akan mengarahkan JATMAN menuju masa depan yang lebih gemilang dan berkontribusi lebih besar bagi pengembangan tasawuf dan ummat. Keempat pilar tersebut adalah:
1. Kesejarahan Panjang: Mewarisi Legasi Para Pendahulu
Struktur kepengurusan JATMAN periode 2025-2030 secara khusus memperhatikan aspek historis organisasi. Kepengurusan ini melibatkan para tokoh yang mewakili kontinuitas JATMAN sejak berdirinya pada tahun 1957. Nama-nama besar dari berbagai daerah, termasuk dari Berjan Purworejo, Mranggen, dan pesantren-pesantren besar lainnya yang telah lama berkontribusi dalam pengembangan thariqah di Indonesia, turut dilibatkan dalam kepengurusan. Hal ini menunjukkan komitmen JATMAN untuk menghormati dan meneruskan warisan para pendiri serta menjaga konsistensi ajaran dan praktik thariqah yang telah teruji selama puluhan tahun. Dengan melibatkan para tokoh senior ini, JATMAN berharap dapat menjaga kemurnian ajaran dan sekaligus memperkaya pengalaman dan pengetahuan dalam menjalankan roda organisasi. Pengalaman dan kearifan para sesepuh ini akan menjadi pedoman berharga bagi generasi penerus dalam menghadapi tantangan zaman.
2. Ulama Khos di Bidang Tasawuf: Keahlian dan Pengalaman yang Mumpuni
Pilar kedua menekankan pentingnya peran ulama khos di bidang tasawuf dalam kepengurusan JATMAN. Kepengurusan kali ini diisi oleh para Kiai dan Ulama yang memiliki keahlian dan pengalaman mendalam dalam bidang tasawuf. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa, dengan latar belakang pesantren thariqah yang beragam. Keberagaman ini menunjukkan komitmen JATMAN untuk merangkul seluruh potensi dan kearifan lokal dalam pengembangan tasawuf. Kehadiran para ulama khos ini diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan yang tepat dalam menjaga kemurnian ajaran tasawuf serta mengembangkannya sesuai dengan konteks zaman. Keahlian mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran tasawuf akan menjadi kunci dalam membimbing para anggota dan masyarakat luas.
3. Pengamal Thariqah Nahdliyah Mu’tabarah: Konektivitas dan Sinergi dengan NU
Pilar ketiga menegaskan komitmen JATMAN sebagai bagian integral dari Nahdlatul Ulama. Kepengurusan JATMAN periode ini merepresentasikan para pengamal thariqah Nahdliyah Mu’tabarah. Meskipun pada periode sebelumnya terdapat beberapa tokoh yang belum berafiliasi dengan NU, periode ini menandai semangat baru dengan banyaknya pesantren thariqah, khususnya di Sumatera, yang bergabung dan turut serta dalam JATMAN. Hal ini menunjukkan semakin kuatnya ikatan dan sinergi antara JATMAN dan NU. Dengan melibatkan para pengamal thariqah Nahdliyah Mu’tabarah, JATMAN berharap dapat memperkuat jaringan dan kolaborasi dengan berbagai lembaga dan organisasi di bawah naungan NU. Konektivitas ini akan memperluas jangkauan dakwah dan pengamalan tasawuf di tengah masyarakat.
4. Profesional Sufi Modern: Menyeimbangkan Spiritualitas dan Profesionalitas
Pilar keempat merupakan representasi dari upaya JATMAN untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritualitas dengan kehidupan profesional. JATMAN merangkul para profesional yang tetap aktif dalam dunia kerja, namun juga merupakan pengamal thariqah. Hal ini menegaskan bahwa pengamalan thariqah tidak menghalangi seseorang untuk berkontribusi dalam masyarakat melalui profesinya. Justru, JATMAN memandang bahwa profesionalitas dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan ajaran tasawuf di lingkungan kerja dan masyarakat. Dengan melibatkan para profesional, JATMAN berharap dapat memperluas pengaruh dan dampak positif ajaran tasawuf dalam berbagai bidang kehidupan. Integrasi antara spiritualitas dan profesionalitas ini menjadi ciri khas JATMAN dalam menghadapi tantangan modernitas.
Keempat pilar ini, menurut Prof. KH. Ali Masykur Musa, akan menjadi landasan kokoh bagi JATMAN dalam menjalankan program dan kegiatannya selama periode 2025-2030. JATMAN berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pengembangan tasawuf di Indonesia, menjaga kemurnian ajaran, dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat. Dengan kepemimpinan yang baru dan visi yang jelas, JATMAN siap menghadapi tantangan zaman dan berperan aktif dalam membangun bangsa yang bermartabat dan berakhlak mulia. Semoga JATMAN semakin jaya dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan agama.