Jakarta, 28 Januari 2025 – Bulletin of the Atomic Scientists (BAS), organisasi ilmiah terkemuka, baru-baru ini mengumumkan pembaruan mengerikan pada “Jam Kiamat” (Doomsday Clock). Jarum jam simbolis ini, yang selama puluhan tahun menjadi barometer ancaman eksistensial bagi umat manusia, kini menunjukkan pukul 89 detik menuju tengah malam – satu detik lebih dekat dari sebelumnya ke titik nol yang melambangkan kehancuran global. Perubahan ini mencerminkan keprihatinan yang semakin dalam terhadap situasi global yang rapuh dan ancaman bencana yang semakin nyata.
Pengumuman BAS, yang dirilis pada 28 Januari 2025 melalui situs resminya, menyatakan dengan tegas bahwa pergerakan satu detik ini bukanlah hal yang sepele. "Kami kini memindahkan Jam Kiamat dari 90 detik menjadi 89 detik menuju tengah malam—jarak terdekat terjadinya bencana," bunyi pernyataan tersebut. Pernyataan ini menekankan urgensi situasi dan mendesak tindakan segera untuk mencegah bencana global yang mengancam.
Jam Kiamat, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1947 dengan masukan dari para ilmuwan terkemuka seperti Albert Einstein dan J. Robert Oppenheimer, bukanlah prediksi ilmiah yang akurat tentang waktu terjadinya kiamat. Ia merupakan alat komunikasi simbolis yang menggambarkan tingkat ancaman terhadap kelangsungan hidup peradaban manusia. "Tengah malam" dalam konteks Jam Kiamat merepresentasikan bencana global yang bersifat katastrofik, yang dapat dipicu oleh berbagai faktor saling terkait dan saling memperkuat.
Ancaman-ancaman tersebut, menurut BAS, terutama berasal dari tiga sumber utama: pertama, ancaman penggunaan senjata nuklir, yang tetap menjadi bahaya laten yang mampu memicu perang skala besar dan kehancuran massal. Ketegangan geopolitik yang meningkat, kurangnya kepercayaan antar negara-negara adikuasa, dan penyebaran teknologi nuklir merupakan faktor-faktor yang semakin memperburuk risiko ini. Kedua, perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia terus memperburuk kondisi lingkungan global. Efek rumah kaca yang tak terkendali, kenaikan permukaan laut, kejadian cuaca ekstrem yang semakin sering dan intens, serta kerusakan ekosistem yang meluas mengancam stabilitas kehidupan di Bumi. Ketiga, potensi penyalahgunaan ilmu biologi dan teknologi baru lainnya, seperti kecerdasan buatan (AI) dan bioteknologi, menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Kemajuan teknologi yang pesat, tanpa diiringi oleh kerangka etika dan regulasi yang memadai, dapat menimbulkan konsekuensi yang tak terduga dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Pernyataan BAS secara eksplisit menekankan bahwa pergerakan satu detik menuju tengah malam bukanlah hal yang dapat diabaikan. "Dengan mengatur Jam 1 detik menuju tengah malam, kami mengirimkan sinyal yang jelas: Karena dunia sudah sangat dekat dengan jurang, pergerakan bahkan 1 detik pun harus dianggap sebagai indikasi bahaya ekstrem dan peringatan yang jelas bahwa setiap detik penundaan dalam pembalikan arah akan meningkatkan kemungkinan bencana global," tegas pernyataan tersebut.
Meskipun angka 89 detik menuju tengah malam menimbulkan kekhawatiran yang mendalam, penting untuk diingat bahwa ini bukan prediksi tentang waktu pasti terjadinya kehancuran. Angka tersebut merupakan indikator tingkat risiko yang semakin tinggi, yang menunjukkan kegagalan kolektif manusia dalam mengatasi ancaman-ancaman eksistensial yang dihadapi. Kegagalan dalam mencegah perang nuklir, mengatasi perubahan iklim, dan mengatur perkembangan teknologi baru secara bertanggung jawab akan semakin mendekatkan dunia ke jurang bencana.
Perspektif Al-Qur’an tentang Kiamat
Konsep kehancuran alam semesta, atau kiamat, merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Al-Qur’an secara eksplisit membahas tentang kiamat, menjelaskan peristiwa dahsyat tersebut sebagai suatu kebenaran yang tak terbantahkan. Namun, waktu pasti terjadinya kiamat hanya diketahui oleh Allah SWT. Ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an, salah satunya adalah Surah Al-A’raf ayat 187:
"Mereka menanyakan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang kiamat, ‘Kapan terjadi?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku. Tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk yang) di langit dan di bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.’"
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui waktu pasti terjadinya kiamat. Umat manusia, dengan segala keterbatasan pengetahuannya, tidak dapat memprediksi kapan peristiwa tersebut akan terjadi. Jam Kiamat yang diciptakan oleh BAS, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, hanyalah sebuah model simbolis yang dibuat oleh manusia berdasarkan observasi terhadap ancaman-ancaman yang dihadapi peradaban manusia. Model ini tidak memiliki landasan teologis dalam ajaran Islam.
Tafsir Ibnu Katsir, salah satu tafsir Al-Qur’an yang sangat dihormati, menjelaskan bahwa ayat di atas memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengembalikan pertanyaan tentang kiamat kepada Allah SWT. Hanya Allah SWT yang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang hal ini. Meskipun waktu pasti kiamat tidak diketahui, kepastian akan datangnya kiamat merupakan suatu kebenaran yang tak terbantahkan dalam Islam. Hal ini ditegaskan dalam Surah Al-Hajj ayat 7:
"Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur."
Selain Al-Qur’an, Hadits Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan tentang tanda-tanda kiamat. Hadits-hadits ini menggambarkan berbagai peristiwa yang akan terjadi sebelum datangnya kiamat, seperti terbitnya matahari dari barat, munculnya asap, binatang melata yang berbicara, kemunculan Ya’juj dan Ma’juj, dan lain sebagainya. Namun, hadits-hadits ini tidak memberikan informasi tentang waktu pasti terjadinya kiamat. Mereka hanya menggambarkan gambaran kualitatif tentang peristiwa-peristiwa yang akan mendahului hari akhir.
Kesimpulannya, pengumuman BAS tentang pembaruan Jam Kiamat merupakan peringatan serius bagi umat manusia. Ancaman bencana global yang semakin nyata menuntut tindakan segera dan kolaboratif dari seluruh pihak untuk mencegah terjadinya katastrofi. Meskipun waktu pasti kiamat hanya diketahui oleh Allah SWT, peringatan ini seharusnya mendorong kita untuk merenungkan tanggung jawab kita terhadap lingkungan dan masa depan peradaban manusia. Ajaran Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan bertindak adil terhadap sesama manusia, nilai-nilai yang sangat relevan dalam menghadapi tantangan global yang kompleks ini. Kita harus mengambil hikmah dari peringatan ini dan bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.