Ibadah sholat, tiang agama Islam, terdiri dari rangkaian gerakan dan bacaan yang sarat makna dan keutamaan. Salah satu gerakan penting yang seringkali luput dari perhatian mendalam adalah itidal, yaitu gerakan berdiri tegak setelah rukuk sebelum sujud. Lebih dari sekadar gerakan fisik, itidal merupakan momen spiritual yang di dalamnya terpatri pujian kepada Allah SWT dan permohonan keberkahan. Gerakan singkat ini, jika dihayati dengan khusyuk, menunjukkan kedalaman keimanan dan ketaatan seorang hamba di hadapan Sang Pencipta.
Memahami Itidal: Lebih dari Sekadar Gerakan Fisik
Secara bahasa, kata "itidal" berasal dari akar kata "i’tadala", "ya’tadilu", yang berarti seimbang, rata, atau tegak. Dalam konteks sholat, itidal merujuk pada posisi berdiri tegak setelah meluruskan punggung dari rukuk. Namun, pengertian itidal melampaui aspek fisik semata. Itidal merupakan momen transisi spiritual yang menghubungkan rukuk (permohonan rendah hati) dengan sujud (penyerahan diri total). Pada saat itidal, hati diharapkan kembali terfokus pada dzikir dan pujian kepada Allah SWT, menciptakan kesinambungan spiritual dalam rangkaian sholat.
Keharusan melakukan itidal sebagai bagian integral dari rukun sholat tidak perlu dipertanyakan. Ketidaksempurnaan atau kelalaian dalam melakukan itidal dapat membatalkan sahnya sholat. Namun, di luar kewajiban tersebut, membaca doa itidal merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Keutamaan doa itidal, yang akan dibahas lebih lanjut, memberikan motivasi bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dengan penuh kekhusyukan. Doa ini menambah kekayaan spiritual sholat dan memperkuat ikatan batin dengan Allah SWT.
Hadits dari Abu Hurairah RA, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, menekankan pentingnya mengikuti imam dalam sholat. Hadits tersebut menyebutkan, "Imam hanya dijadikan untuk diikuti, karenanya janganlah kalian menyelisihi imam, apabila imam takbir, maka takbirlah, apabila imam mengucapkan ‘Sami’allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah: ‘Rabbanaa wa lakal hamd.’" Hadits ini menunjukkan bahwa ucapan "Sami’allahu liman hamidah" (Allah mendengar orang yang memuji-Nya) dari imam diikuti dengan bacaan doa itidal, menandakan pentingnya doa ini dalam konteks ibadah sholat berjamaah.
Doa Itidal: Dua Versi dengan Makna yang Sama Mulia
Praktik membaca doa itidal memiliki dua versi yang umum dikenal: versi pendek dan versi panjang. Keduanya sama-sama mengungkapkan rasa syukur dan pengagungan kepada Allah SWT. Pilihan antara versi pendek dan panjang dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing individu dalam sholat.
1. Doa Itidal Versi Pendek:
Versi pendek, yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW, merupakan bacaan yang ringkas dan mudah diingat. Hadits dari Abu Hurairah RA menyebutkan, "Di saat berdiri (dari rukuk), beliau (Rasulullah SAW) mengucapkan: Rabbanaa wa lakal hamdu." (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Al-Baihaqi, dan Ahmad).
- Arab: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
- Latin: Rabbana wa lakal hamdu.
- Arti: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu lah segala pujian.
Kesederhanaan bacaan ini tidak mengurangi kedalaman maknanya. Doa ini merupakan inti dari rasa syukur dan pengakuan atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT.
2. Doa Itidal Versi Panjang:
Versi panjang menawarkan ungkapan pujian dan pengagungan yang lebih luas kepada Allah SWT. Doa ini mengungkapkan kebesaran Allah SWT yang meliputi seluruh alam semesta.
- Arab: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
- Latin: Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawaati wa mil’ul ardhi wa mil’u maa syita min syal’in ba’du.
- Arti: Ya Rabb kami, bagi Engkau-lah segala puji yang memenuhi langit dan bumi dan memenuhi apa saja yang Engkau kehendaki.
Versi panjang ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas, menciptakan rasa takjub dan kekaguman di hati yang berdzikir.
Tata Cara Membaca Doa Itidal dalam Sholat
Doa itidal dibaca setelah bangkit dari rukuk dan sebelum sujud. Untuk lebih memahami konteksnya, berikut tahapan sholat yang mencakup gerakan itidal:
- Niat: Membaca niat sholat sesuai jenis sholat yang akan dikerjakan.
- Takbiratul Ihram: Memulai sholat dengan mengucapkan "Allahu Akbar" sambil mengangkat kedua tangan.
- Membaca Al-Fatihah dan Surah Pendek: Membaca Surah Al-Fatihah dan surah pendek pilihan setelah berdiri tegak.
- Rukuk: Membungkuk dengan punggung lurus, tangan memegang lutut.
- Itidal: Bangkit dari rukuk, berdiri tegak sambil mengucapkan "Sami’allahu liman hamidah" dan kemudian membaca doa itidal (versi pendek atau panjang).
- Sujud: Melakukan sujud dengan meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan ujung jari kaki di lantai.
Keutamaan Melakukan Itidal dan Membaca Doa Itidal
Melaksanakan itidal dengan khusyuk dan membaca doa itidal memiliki keutamaan yang luar biasa. Bukan hanya sekedar memenuhi rukun sholat, amalan ini mendatangkan pahala dan keberkahan yang melimpah.
Hadits dari Mu’adz bin Rifa’ah bin Rafi’ menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat para malaikat berlomba mencatat bacaan doa itidal yang dibacakan seseorang di belakang beliau. Hal ini menunjukkan betapa besarnya perhatian dan penghargaan Allah SWT serta para malaikat terhadap amalan ini. Doa itidal bukan hanya ucapan pujian semata, melainkan merupakan manifestasi keimanan dan ketaatan yang dicatat sebagai amal saleh yang bernilai tinggi.
Kesimpulannya, itidal dan doa itidal merupakan bagian penting dari sholat yang seringkali kurang diperhatikan. Namun, kedalaman spiritual dan keutamaan yang terkandung di dalamnya menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan detail kecil dalam ibadah. Dengan mengerjakan itidal dan membaca doa itidal dengan khusyuk, kita tidak hanya memenuhi rukun sholat, tetapi juga mendapatkan pahala dan keberkahan yang melimpah dari Allah SWT, serta mendapatkan perhatian dan catatan baik dari para malaikat. Semoga uraian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya itidal dan doa itidal dalam sholat kita.