Peristiwa Isra Mi’raj merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam, menandai perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT. Perjalanan ini, yang terjadi dalam semalam, merupakan bukti nyata kekuasaan Ilahi dan menjadi sumber inspirasi serta pengokoh keimanan bagi umat muslim hingga kini. Peringatan Isra Mi’raj setiap tahunnya dirayakan dengan berbagai amalan keagamaan, mulai dari salat sunnah, dzikir, hingga membaca shalawat. Namun, ungkapan kekaguman dan refleksi spiritual atas peristiwa agung ini juga seringkali diwujudkan dalam bentuk puisi, sebuah media yang mampu mengeksplorasi kedalaman makna Isra Mi’raj dengan bahasa yang indah dan menyentuh. Puisi-puisi Isra Mi’raj tak hanya menggambarkan keajaiban perjalanan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat keimanan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
Berikut ini analisis mendalam empat puisi Isra Mi’raj yang dipilih, mengungkapkan interpretasi dan pesan spiritual yang terkandung di dalamnya:
1. "Cahaya Isra’" karya Muhammad Dani:
Puisi ini berfokus pada cahaya ilahi yang menerangi perjalanan Nabi Muhammad SAW dan dampaknya bagi umat Islam. Bait "Sebelum sosokmu hijrah ke Madinah, Kau hadiahkan kami sebait kisah, Tentang perjalanan semalam yang kami imani," menunjukkan pengakuan akan keajaiban Isra Mi’raj sebagai hadiah bagi umat manusia. Perjalanan antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa digambarkan sebagai "ujian keimanan," menunjukkan bahwa peristiwa ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga ujian spiritual yang menguji kekuatan iman. Pengulangan frasa "Cahaya Isra’" menekankan cahaya keimanan yang tak pernah padam, menginspirasi dan menerangi jiwa setiap muslim yang merenungkan peristiwa tersebut. Bait terakhir, "Membuktikan kebesaran Allah, Allah yang kusayangi," menunjukkan puncak dari pesan puisi ini, yaitu pengakuan akan kebesaran Allah SWT sebagai sumber segala kekuatan dan rahmat. Puisi ini secara efektif menggunakan metafora cahaya untuk menggambarkan kekuatan spiritual dan keimanan yang dipancarkan oleh peristiwa Isra Mi’raj.
2. "Iman dalam Mi’raj" karya Muhammad Dani:
Puisi ini menekankan aspek spiritual Mi’raj, perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha. Ungkapan "Sebuah puisi hati, Tentang aroma keimanan," menunjukkan bahwa puisi ini lahir dari refleksi spiritual yang mendalam. Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai "laki-laki suri tauladan," menonjolkan kepribadian dan akhlak mulia beliau sebagai teladan bagi umat. Mi’raj dijelaskan sebagai "perjalanan yang Sang Pemilik Hujan anugerahkan," menunjukkan rahmat dan karunia Allah SWT yang melingkupi peristiwa tersebut. Puisi ini juga menyoroti ajaran Mi’raj tentang kewajiban bersujud kepada Allah SWT dan menumbuhkan kecintaan kepada-Nya. Bait "Dan ini sebuah puisi keimanan, Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih," menekankan pentingnya kebersihan hati dan keikhlasan dalam memahami makna Mi’raj. Perjalanan ke Sidratul Muntaha diartikan sebagai "memberikan ketajaman jiwa," menunjukkan peningkatan spiritual dan pemahaman yang lebih dalam tentang Allah SWT. Puisi ini secara keseluruhan mengarahkan pembaca untuk merenungkan kedalaman spiritual dan pengaruh Mi’raj terhadap keimanan.
3. "Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW" karya Gantaq Klagen’s:
Puisi ini memberikan gambaran naratif perjalanan Isra Mi’raj secara kronologis. Dimulai dari Masjidil Haram, perjalanan Nabi Muhammad SAW bersama malaikat Jibril digambarkan sebagai "perjalanan suci," menunjukkan kesucian dan keagungan peristiwa tersebut. Penggambaran "Kau tembus langit yang dijaga para malaikat, Engkau melihat surga dan neraka, Bertemu para malaikat dan anbiya," menunjukkan keajaiban dan keistimewaan perjalanan ini, melampaui batas-batas duniawi. Puncak perjalanan, pertemuan dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha, diungkapkan dengan kalimat "Bertemu Allah Yang Maha Kuasa," menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Penerimaan perintah salat lima waktu, "Engkau mendapat perintah Sholat Sehari semalam 17 raka’at," menunjukkan tujuan utama perjalanan Isra Mi’raj. Puisi ini mengarahkan pembaca untuk mengagumi kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang terwujud dalam peristiwa Isra Mi’raj.
4. "Perjalanan Suci Isra Mi’raj" karya Gantaq Klagen’s:
Puisi ini menekankan kecepatan dan keajaiban perjalanan Isra Mi’raj, "Dengan izin Allah Dalam waktu secepat kilat diberangkatkanlah Rasulullah." Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian ke Sidratul Muntaha digambarkan secara ringkas namun efektif. Pertemuan dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha dan perintah salat lima puluh waktu yang kemudian dikurangi menjadi lima waktu disampaikan dengan jelas. Puisi ini juga menonjolkan ujian keimanan terhadap umat Islam, khususnya keimanan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang tanpa ragu mempercayai perkataan Nabi Muhammad SAW. Bait terakhir, "Isra Mi’raj Rasulullah adalah momentum umat Islam untuk menegakkan tiang agama, Salat lima waktu," menunjukkan makna penting Isra Mi’raj sebagai dasar pelaksanaan salat lima waktu, salah satu rukun Islam yang paling penting. Puisi ini mengarahkan pembaca untuk merenungkan arti keimanan dan pentingnya menjalankan salat lima waktu.
Kesimpulannya, keempat puisi Isra Mi’raj ini, meskipun berbeda dalam gaya dan penekanan, sama-sama mengungkapkan makna spiritual yang dalam dari peristiwa agung ini. Puisi-puisi tersebut tidak hanya menggambarkan perjalanan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menginspirasi refleksi mengenai kekuasaan Allah SWT, pentingnya keimanan, dan kewajiban menjalankan ibadah salat lima waktu. Melalui bahasa puisi yang indah dan menyentuh, penyair berhasil mengungkapkan keindahan dan kedalaman makna Isra Mi’raj bagi umat Islam. Puisi-puisi ini juga menunjukkan bahwa seni puisi dapat menjadi media yang efektif untuk mengungkapkan dan memperkuat keimanan. Peristiwa Isra Mi’raj tetap menjadi sumber inspirasi dan pengokoh iman bagi umat Islam sepanjang masa.