Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu tonggak sejarah Islam yang sarat makna dan hikmah, diperingati setiap tahunnya oleh umat Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekadar peristiwa historis, Isra Mi’raj menjadi simbol keimanan yang teguh, ketaatan mutlak kepada Allah SWT, dan pengakuan atas kebesaran serta kekuasaan-Nya yang tak terhingga. Perjalanan suci Nabi Muhammad SAW ini, yang termaktub dalam Al-Quran dan hadits, menawarkan renungan mendalam tentang spiritualitas, keteguhan hati, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Istilah "Isra Mi’raj" sendiri berasal dari bahasa Arab. "Isra" berarti perjalanan malam hari, sementara "Mi’raj" merujuk pada perjalanan naik atau tangga menuju ketinggian spiritual. Gabungan kedua istilah ini menggambarkan perjalanan luar biasa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, sebuah perjalanan yang melampaui batas ruang dan waktu sebagaimana yang dipahami manusia biasa, menuju hadirat Allah SWT.
Perjalanan Isra: Dari Makkah ke Yerusalem
Perjalanan Isra dimulai dari Masjidil Haram di Makkah, pusat suci umat Islam. Dalam keheningan malam, Nabi Muhammad SAW, didampingi Malaikat Jibril, melakukan perjalanan yang menakjubkan. Bukan perjalanan fisik biasa, melainkan perjalanan spiritual yang dikaruniai Allah SWT sebagai mukjizat. Kecepatan perjalanan ini begitu luar biasa, melampaui batas kemampuan manusia untuk memahami. Dalam sekejap mata, Nabi SAW tiba di Masjidil Aqsa di Yerusalem, sebuah tempat suci yang juga memiliki kedudukan penting dalam sejarah agama Samawi.
Masjidil Aqsa, yang dalam bahasa Arab berarti "Masjid yang Jauh," dipilih Allah SWT sebagai tempat pemberhentian pertama dalam perjalanan Isra ini. Pemilihan lokasi ini memiliki signifikansi historis dan spiritual yang mendalam. Masjidil Aqsa merupakan tempat ibadah yang pernah digunakan oleh para nabi terdahulu, menunjukkan kontinuitas pesan ilahi dan kesatuan agama tauhid. Di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW memimpin sholat bersama para nabi terdahulu, sebuah momen yang menegaskan persatuan umat dalam beribadah kepada Allah SWT. Peristiwa ini juga mengukuhkan kedudukan Masjidil Aqsa sebagai tempat suci bagi umat Islam.
Mi’raj: Menuju Sidratul Muntaha dan Perintah Sholat Lima Waktu
Setelah perjalanan Isra yang menakjubkan, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan Mi’raj. Beliau menaiki Buraq, makhluk mulia yang digambarkan sebagai hewan tunggangan berwarna putih dengan kecepatan yang luar biasa, menuju langit ketujuh. Perjalanan Mi’raj ini merupakan pendakian spiritual yang membawa Nabi SAW melewati berbagai lapisan langit.
Di setiap lapisan langit, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi terdahulu, seperti Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan lain-lain. Pertemuan-pertemuan ini semakin memperkuat pesan kesatuan dan kontinuitas ajaran tauhid. Setiap nabi memberikan salam dan menyampaikan pesan-pesan yang memperkuat keimanan dan ketaatan Nabi Muhammad SAW. Pertemuan ini juga menunjukkan penghormatan dan pengakuan Allah SWT terhadap para nabi-Nya yang telah mendahului Nabi Muhammad SAW.
Puncak perjalanan Mi’raj adalah Sidratul Muntaha, tempat yang berada di langit ketujuh, batas tertinggi yang dapat dicapai oleh makhluk ciptaan Allah SWT. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah SWT, mengalami pengalaman spiritual yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Pengalaman ini begitu agung dan melampaui batas kemampuan manusia untuk memahaminya secara utuh.
Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat lima waktu. Perintah ini merupakan pilar penting dalam ajaran Islam, menunjukkan pentingnya konsistensi dan ketaatan dalam beribadah kepada Allah SWT. Sholat lima waktu menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, merupakan bentuk penghambaan dan penghormatan kepada Allah SWT. Penerimaan perintah sholat lima waktu di Sidratul Muntaha memperkuat keagungan dan kesucian peristiwa Isra Mi’raj.
Selain perintah sholat lima waktu, Nabi Muhammad SAW juga diperlihatkan gambaran surga dan neraka. Penglihatan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang balasan atas amal perbuatan manusia di dunia. Gambaran surga yang indah dan penuh kenikmatan, serta gambaran neraka yang mengerikan dan penuh siksaan, menjadi pengingat akan pentingnya menjalani kehidupan di dunia dengan penuh ketaatan dan kebaikan. Pengalaman ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa.
Konfirmasi Al-Qur’an tentang Isra Mi’raj
Keaslian peristiwa Isra Mi’raj diperkuat oleh Al-Quran. Surat Al-Isra’ ayat 1 secara jelas menyebutkan perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa:
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Isra’: 1)
Surat An-Najm ayat 13-18 juga mengisyaratkan peristiwa Mi’raj, khususnya pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Jibril di Sidratul Muntaha:
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS. An-Najm: 13-18)
Ayat-ayat ini menjadi bukti sahih akan peristiwa Isra Mi’raj, menegaskan keagungan dan keistimewaan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW. Kebenaran peristiwa ini tidak perlu diragukan lagi, karena telah termaktub dalam kitab suci Al-Quran, sumber rujukan utama bagi umat Islam.
Hikmah dan Makna Isra Mi’raj bagi Kehidupan Umat Islam
Isra Mi’raj memiliki hikmah dan makna yang sangat mendalam bagi kehidupan umat Islam. Peristiwa ini mengajarkan beberapa hal penting, antara lain:
-
Keimanan dan Ketaatan kepada Allah SWT: Isra Mi’raj menunjukkan keimanan dan ketaatan yang luar biasa dari Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT. Beliau rela menempuh perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Peristiwa ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa beriman dan taat kepada Allah SWT.
-
Kekuasaan dan Kebesaran Allah SWT: Isra Mi’raj menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang tak terbatas. Allah SWT mampu melakukan apa saja yang Dia kehendaki, melampaui batas kemampuan manusia untuk memahami. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi umat Islam akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
-
Pentingnya Sholat Lima Waktu: Perintah sholat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Sholat lima waktu menjadi pilar penting dalam ajaran Islam, menunjukkan pentingnya konsistensi dan ketaatan dalam beribadah kepada Allah SWT.
-
Harapan dan Motivasi untuk Berbuat Baik: Gambaran surga dan neraka yang dilihat Nabi Muhammad SAW menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa. Peristiwa ini menjadi pengingat akan balasan atas amal perbuatan manusia di dunia.
-
Kesatuan Umat Islam: Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu di berbagai lapisan langit menunjukkan kesatuan umat Islam dalam beribadah kepada Allah SWT. Peristiwa ini memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara umat Islam.
Isra Mi’raj bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang terus relevan hingga saat ini. Peristiwa ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa beriman, taat, dan berbuat baik. Peringatan Isra Mi’raj setiap tahunnya menjadi momentum untuk merenungkan kembali makna dan hikmah dari perjalanan suci Nabi Muhammad SAW, serta memperkuat keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Semoga dengan memahami peristiwa Isra Mi’raj, kita dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalani kehidupan yang lebih baik.