Peristiwa Isra Miraj, perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit, merupakan tonggak sejarah penting dalam Islam. Peristiwa monumental ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang menandai penerimaan perintah salat lima waktu, rukun Islam kedua yang menjadi pondasi ibadah umat muslim di seluruh dunia. Kejadian ini diabadikan dalam Al-Qur’an dan hadis, menjadi sumber rujukan utama pemahaman kita tentang peristiwa tersebut. Meskipun detailnya beragam dalam riwayat, inti kisahnya tetap konsisten: sebuah perjalanan ilahi yang mengubah lanskap ibadah umat manusia.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengisyaratkan Isra Miraj:
Meskipun Al-Qur’an tidak secara eksplisit menceritakan seluruh detail perjalanan Isra Miraj secara naratif, beberapa ayat memberikan petunjuk dan konfirmasi tentang peristiwa penting ini. Dua surah yang sering dikaitkan dengan Isra Miraj adalah Surah Al-Isra dan Surah An-Najm. Interpretasi ayat-ayat ini telah menjadi subjek kajian mendalam oleh para ulama selama berabad-abad, menghasilkan beragam penafsiran yang saling melengkapi.
Surah Al-Isra (17): Ayat 1:
Ayat ini, yang sering dikutip sebagai bukti Isra Miraj, berbunyi:
(Arab): سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
(Latin): Subḥāna allāżī asrā biʿabdihī lailan mina al-masjidil-ḥarāmi ilā al-masjidil-aqṣā allāżī bāraknā ḥawlahū linuriya-hū min āyātinā ʾinna-hū huwa as-samīʿu al-baṣīr
(Terjemahan): Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ayat ini secara ringkas menyebutkan perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kata "asrā" (perjalankan) menjadi kunci interpretasi. Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik biasa, melainkan perjalanan yang bersifat ilahi, menunjukkan kekuasaan dan keajaiban Allah SWT. Ungkapan "sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami" menunjukkan pengalaman spiritual yang luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW selama perjalanan tersebut. Perlu ditekankan bahwa ayat ini tidak secara eksplisit menyebutkan mi’raj (perjalanan ke langit), namun menjadi dasar bagi banyak ulama untuk menghubungkan ayat ini dengan keseluruhan peristiwa Isra Miraj.
Surah An-Najm (53): Ayat 12-18:
Surah An-Najm memberikan gambaran lebih detail tentang pengalaman spiritual Nabi Muhammad SAW selama perjalanan ke langit, meskipun tidak secara langsung menyebut Isra Miraj. Ayat-ayat ini menggambarkan penglihatan Nabi Muhammad SAW akan Jibril dalam wujud aslinya dan perjalanan beliau ke Sidratul Muntaha, tempat yang sangat dekat dengan Allah SWT.
(Arab): (Ayat 12-18) … وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَعْوَىٰ إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
(Latin): … Wa laqad rā-hu nazlatan ukhrā ʿinda sidrati al-muntahā ʿindahā jannat al-maʿwā iż yaghshā as-sidrata mā yaghshā mā zāgha al-baṣaru wa mā ṭaghā laqad raʾā min āyātil rabbihil-kubrā
(Terjemahan): Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Ayat-ayat ini menggambarkan pengalaman Nabi Muhammad SAW yang luar biasa di Sidratul Muntaha, tempat yang menggambarkan keagungan dan kebesaran Allah SWT. Pengalaman ini, meskipun deskripsinya bersifat simbolik dan metaforis, menunjukkan tingkat spiritualitas yang tinggi dan kedekatan Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT. Para ulama berpendapat bahwa ayat-ayat ini menguatkan peristiwa mi’raj, perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW ke langit.
Perintah Salat Lima Waktu:
Konsensus ulama menyatakan bahwa perintah salat lima waktu diberikan kepada Nabi Muhammad SAW selama peristiwa Isra Miraj. Sebelum peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW menjalankan salat dua rakaat, satu di pagi dan satu di malam hari. Perintah salat lima waktu menandai perubahan penting dalam ibadah Islam, menetapkan struktur ibadah yang teratur dan konsisten bagi seluruh umat muslim. Jumlah rakaat, waktu salat, dan tata cara salat dijelaskan secara rinci dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Perdebatan tentang Sifat Perjalanan:
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah perjalanan Isra Miraj dilakukan secara fisik (jasmani dan ruhani) atau hanya ruhani (spiritual). Sebagian ulama berpendapat bahwa perjalanan tersebut hanya bersifat ruhani, mengingat sifat perjalanan yang melampaui batas-batas ruang dan waktu yang dikenal manusia. Namun, sebagian besar ulama, termasuk ahlus sunnah wal jamaah, berpendapat bahwa perjalanan tersebut dilakukan secara fisik dan ruhani. Pendapat ini didasarkan pada penggunaan kata "abdih" (hamba-Nya) dalam Surah Al-Isra ayat 1, yang menunjukkan perjalanan yang melibatkan jasad dan ruh Nabi Muhammad SAW.
Kesimpulan:
Peristiwa Isra Miraj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam, menandai penerimaan perintah salat lima waktu dan pengalaman spiritual Nabi Muhammad SAW yang luar biasa. Meskipun detail perjalanan ini masih menjadi subjek kajian dan interpretasi yang beragam, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis memberikan petunjuk yang cukup untuk memahami pentingnya peristiwa ini bagi umat Islam. Isra Miraj menjadi bukti nyata tentang kekuasaan dan keagungan Allah SWT, sekaligus menjadi inspirasi bagi umat muslim untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah dan ketaatan. Peristiwa ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama. Perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai detail perjalanan tidak mengurangi keagungan dan pentingnya peristiwa Isra Miraj sebagai tonggak sejarah dan spiritualitas umat Islam. Yang terpenting adalah mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini untuk memperkuat iman dan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.