Jakarta – Sebuah pernyataan singkat, "Insyaallah," yang terlontar dari mulut Cristiano Ronaldo Jr., putra megabintang sepak bola Cristiano Ronaldo, dalam wawancara bersama YouTuber Amerika Serikat, MrBeast, telah memicu gelombang diskusi luas di dunia maya. Video wawancara yang diunggah di kanal YouTube Cristiano Ronaldo ini menampilkan percakapan ringan antara MrBeast dan Ronaldo Jr. Saat ditanya apakah ia ingin bermain sepak bola bersama ayahnya, Ronaldo Jr. dengan lugas menjawab, "Insyaallah, insyaallah." Kesederhanaan jawaban ini, yang tampak sepintas biasa, justru memicu perdebatan menarik, terutama mengingat latar belakang keluarga Ronaldo yang diketahui menganut agama Kristen.
Kehebohan yang terjadi bukan tanpa sebab. Penggunaan frasa "insyaallah," yang dalam bahasa Arab berarti "jika Allah menghendaki," merupakan ungkapan khas dalam budaya Islam yang mencerminkan keyakinan akan kekuasaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Penggunaan frasa ini oleh Ronaldo Jr., yang meskipun latar belakang keluarganya Kristen, menarik perhatian publik dan memicu perbincangan mengenai pemahaman dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam konteks global yang semakin terhubung.
Secara linguistik, bentuk baku "insyaallah" dalam bahasa Indonesia telah diakui oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Penulisan dalam bahasa Arab, إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ, mengungkapkan makna yang lebih mendalam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Ilahi. Makna ini diperkuat oleh referensi Al-Quran, khususnya Surat Al-Kahfi ayat 23-24, yang melarang seseorang menyatakan kepastian akan tindakan di masa depan tanpa menyertakan frasa "insyaallah." Ayat tersebut menekankan pentingnya selalu mengingat dan bertawakal kepada Tuhan dalam setiap rencana dan aktivitas manusia.
Lebih jauh, buku "Sepenggal Cerita Sejuta Makna" karya Abdul Wahid al-Faiz menjelaskan kedalaman makna frasa "insyaallah" yang sederhana namun sarat akan nilai spiritual. Frasa ini bukan sekadar ungkapan basa-basi, melainkan refleksi dari pemahaman yang komprehensif tentang hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Dalam konteks Islam, penggunaan "insyaallah" memiliki setidaknya tiga makna utama yang saling berkaitan:
1. Bukti Kekuatan Aqidah: Penggunaan "insyaallah" merupakan manifestasi dari kekuatan aqidah (keimanan) seseorang. Ungkapan ini menunjukkan kesadaran akan keterbatasan manusia dan pengakuan bahwa segala sesuatu, termasuk keberhasilan rencana dan cita-cita, tergantung sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Dengan demikian, "insyaallah" bukan sekadar ungkapan sopan santun, melainkan pengakuan akan kedaulatan Tuhan yang mutlak.
2. Bentuk Adab kepada Allah SWT: Ucapan "insyaallah" juga merupakan bentuk adab (kesopanan dan penghormatan) kepada Allah SWT. Penggunaan frasa ini menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan akan kebesaran Tuhan. Hal ini menanamkan keimanan yang mendalam dalam hati seorang muslim, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak dan izin-Nya.
3. Bentuk Tawakal: "Insyaallah" juga mencerminkan sikap tawakal (pasrah dan berserah diri) kepada Allah SWT. Ketika seseorang bertekad untuk melakukan sesuatu di masa mendatang, menambahkan "insyaallah" menunjukkan kepasrahannya atas hasil akhir dari usaha tersebut. Ia telah berusaha semaksimal mungkin, namun tetap menyadari bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai dengan izin dan pertolongan Allah SWT.
Namun, penting untuk memahami konteks penggunaan "insyaallah" agar tidak disalahartikan. M Quraish Shihab dalam "Shihab & Shihab Edisi Ramadhan" menjelaskan adanya larangan dalam penggunaan "insyaallah" dalam situasi tertentu. Meskipun dianjurkan untuk mengucapkan "insyaallah" ketika hendak melakukan sesuatu atau berjanji, tidak semua janji dapat dijawab dengan "insyaallah" begitu saja.
Penggunaan "insyaallah" yang keliru adalah ketika seseorang menggantungkan seluruh kegiatannya pada Allah SWT tanpa disertai usaha dan ikhtiar. Sebagai contoh, jika seseorang diundang bertemu dan menjawab "insyaallah" tanpa niat dan usaha untuk datang, maka penggunaan "insyaallah" tersebut tidak tepat. "Insyaallah" bukan berarti "saya akan berusaha, tetapi jika Allah menghendaki," melainkan ungkapan yang diucapkan setelah seseorang telah bertekad dan berusaha sekuat tenaga, tetapi tetap menyadari bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai dengan izin Allah SWT.
Lebih lanjut, "insyaallah" tidak boleh digunakan untuk menolak atau mengungkapkan ketidakyakinan. Penggunaan yang tepat adalah setelah seseorang telah merencanakan dan berkomitmen untuk melakukan sesuatu, menunjukkan keyakinan dan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan.
Kasus Cristiano Ronaldo Jr. menunjukkan betapa sebuah ungkapan sederhana dapat memicu perdebatan yang kompleks dan mendalam. Pernyataan "insyaallah" dari seorang anak muda yang berasal dari keluarga non-muslim, menunjukkan percampuran budaya dan nilai-nilai keagamaan dalam konteks globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai keagamaan, terlepas dari latar belakang agama seseorang, dapat diadopsi dan dihayati dengan pemahaman yang beragam. Peristiwa ini mengajak kita untuk merenungkan makna "insyaallah" yang sesungguhnya, dan bagaimana kita dapat menerapkan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan sehari-hari dengan bijak dan bermakna. Peristiwa ini juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang toleransi dan saling menghargai perbedaan keyakinan dalam masyarakat multikultural.